NOVEL SINTING!
End of the story.
Gak deng.
Nggak heran sih kalau novel ini sudah diterjemahkan ke bahasa Jepang, Melayu, dan Inggris karena memang BAGUS BANGET! Ide ceritanya bagus, sisipan sejarah di dalamnya bagus, gaya penceritaannya juga bagus. Kemampuan story telling Eka Kurniawan memang level dewa. Rasanya larut di universe Halimunda ketika membacanya. 😁
Narasi yang menyusun novel ini tergolong panjang tapi nggak membosankan untuk dibaca. Malah cenderung page turner apalagi di tiga bab terakhir. Rasanya penasaran terus dan nggak bisa berhenti sebelum tahu akhir ceritanya seperti apa. Begitu sampai di akhir rasanya lega banget karena semua pertanyaan dan rasa penasaran terbayar tuntas. Jadi nggak ragu untuk memberi novel ini 5 dari 5 bintang.
Cantik Itu Luka diawali dengan cerita yang cukup horor, yaitu bangkitnya seseorang dari kematiannya. Seseorang ini bernama Dewi Ayu. Dewi Ayu diceritakan sebagai seorang wanita berparas menawan peranakan Belanda. Dia berjalan dari kuburan ke rumahnya dan mendapati anaknya yang keempat tengah hamil. Yang membuat Dewi Ayu bertanya-tanya adalah lelaki mana yang menghamili anaknya yang berparas buruk rupa namun secara ironi diberi nama Si Cantik itu?
Jawaban dari siapa lelaki tersebut membawa siapa pun pembaca novel ini untuk berkelana jauh ke masa lalu. Masa di mana Republik masih dijajah oleh Belanda. Asal usul keluarga Dewi Ayu beserta kisah cinta yang rumit di dalamnya diceritakan dalam delapan belas bab. Di sela-sela kisah tersebut disisipkan peristiwa-peristiwa politik yang relevan dengan latar waktunya, seperti pembunuhan para jenderal, pembantaian orang komunis, dll.
Walaupun tidak sevulgar Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas yang menyebut secara terang-terangan nama alat kelamin, diksi yang digunakan dalam Cantik Itu Luka tetap bersifat 18+. Banyak sekali kejadian kekerasan, baik itu pemerkosaan maupun pembunuhan, ditampilkan tanpa penghalusan kata-kata. Kosakatanya kasar dan kejam.
Lima tokoh wanita yang sering diceritakan di dalamnya (Dewi Ayu dan keempat anaknya: Alamanda, Adinda, Maya Dewi, dan Cantik) mengalami banyak sekali kejadian pahit dalam hidup mereka tapi mentalnya baja sekali. Super tangguh! 👏👏👏
Menurut saya, novel ini termasuk novel yang tidak boleh ditinggal lama-lama ketika sudah membaca bab-bab awalnya. Hal ini karena ceritanya panjang sekali, saling bersambung antar bab, dan banyak melibatkan tokoh-tokoh yang jalan hidupnya saling bertautan. Kalau kelamaan ditinggal takutnya lupa dan harus bolak-balik membaca bab sebelumnya. A must read novel bagi yang belum pernah membaca novel ini. 👍
Setelah menuntaskan Cantik Itu Luka, makian anjing ke manusia rasanya makin menegaskan kalimat "kasihan anjingnya disamain sama manusia", saking segitu fucked-up-nya manusia kalau bener-bener udah jahat. 😅 Selain itu, setelah membaca UPHEAVAL, saya jadi mikir sepertinya novel ini juga ditujukan untuk mengkritisi situasi politik tahun 1965. Cantik Itu Luka pertama kali terbit tahun 2002, empat tahun setelah reformasi 1998. Sepertinya jika terbitnya sebelum tahun 1998, novel ini akan dicegah beredar nggak sih? 😅
*
P.S.
Cantik Itu Luka sudah lama ada di daftar wishlist iPusnas saya. Di akhir November kemarin saya beruntung bisa meminjam novel ini. Baru sekali itu saya melihat tulisan "Borrow" di bawahnya, rasanya seperti dapat durian runtuh. 😭
Namun karena masa pinjamnya hanya sebentar, tebal novelnya hampir menyentuh lima ratus halaman, serta tulisannya kecil dan tidak berubah besar secara signifikan setelah di-zoom in, maka baru sepertiga baca novelnya mata saya sudah sepet dan siwer. 😞 Beruntungnya, ternyata seorang teman yang sering berkomunikasi punya versi buku fisiknya. 🎉 Jadi, di awal Desember kemarin novelnya saya pinjam dan akhirnya tuntas membaca Cantik Itu Luka. Yay! Thank you, Ciki!
*
Salah satu novel yang udah aku beli tapi sampe sekarang masih belum berani untuk baca... butuh mental kuat gak sih Mba bacanya? Buku-buku yang ada hubungannya sama sejarah Indonesia atau latarnya di Indonesia jaman dahulu tuh suka bikin was-was duluan sebelom dibaca...
ReplyDeleteKalau mba Tika mudah ketrigger dengan kekerasan seperti pelecehan dan kekerasan seksual, kuat-kuatin mental karena banyak adegan seperti itu di dalamnya. Kalau mudah ketrigger dengan pembunuhan manusia dan hewan juga siapin mental. Kalau kuat dengan itu semua, silakan baca, soalnya bagus banget! Cewek-ceweknya mental baja semua👍
DeleteDikira beneran selesai blogpost ini setelah tulisan "sinting", aku udah keburu kaget duluan 🤣.
ReplyDeletePertama, aku mau bilang selamat untuk Kakak yang berhasil menyelesaikan buku ini 🥳. Congrats! Congrats! Karena banyak banget yang DNF saking terasa berat dan melelahkan bacanya hahaha. Jujur, aku juga termasuk yang merasa berat dan lelah sampai-sampai aku butuh sekitar 3 minggu untuk menyelesaikan buku ini 😂. Kak Endah kalau ditotal selesai baca dalam durasi berapa hari?
Kalau aku ngerasanya capek membaca semua kisah Dewi Ayu ini, apalagi dari awal hingga pertengahan cerita tuh kayak hufth capek banget lah pokoknya 🤣. Tapi tetap aja penasaran gimana endingnya jadi dilanjut teruss wkwk. Mungkin karena pacednya di awal yang lambat banget terus tingkah para karakternya bikin pengen nyebut terus, makanya kerasanya capek 😂.
Anyway, it is a good book!! Tapi bener-bener harus siap mood sama sesuai umur bacanya 😂 (soalnya aku suka lihat di base masih pada minor tp pengen baca ini hiksss)
Hahahaha masih ada lanjutannyaaa. 🤣
DeleteMakasih, Liii. Wow aku baru tau kalau ada yang DNF, kirain lancar-lancar aja orang-orang. Aku baca buku ini kurang lebih 2 minggu. Nggak beda jauh lah ya kita. 😁 Aku jadi inget tau, Li, pernah ada orang yang ngambil secuplik "quote" Dewi Ayu yang tentang istri dan pelacur dari novel ini. Setelah baca novel ini, aku jadi mikir...kalau baca quote itu ya harus baca keseluruhan novel ini biar nggak salah paham. 😅
Wkwkwkwk masa muda Dewi Ayu pahit banget sih emang. Terus kelakuan mantunya juga astaga...dahlah. 😆 Huhu minors please baca novel ini pas cukup umur dulu. Gapapa kok karena novel ini sejauh ini gak lekang oleh zaman walaupun sudah terbit satu dekade yang lalu. :(
Setuju, bagus banget novelnya! Awal ceritanya kok horor, tapi lama kelamaan kok sangat absurd. Hal-hal aneh yang ada di dunia ini bisa masuk ke dalam cerita haha. Rispek sekali sih sama Eka Kurniawan
ReplyDeleteBtw saya kebalikannya, baca novel Cantik Itu Luka dulu baru Seperti Rindu. Dan dua novel ini gaya bahasannya emang gak jauh-jauh amat ya. Cukup vulgar dan nama-nama tokohnya unik
Betul, mas Doni. Dua bab terakhir juga horornya datang lagi ya. 😆 Beneeer tokoh-tokoh buatan Eka Kurniawan namanya unik-unik! Jadi mudah diingat. Katanya emang gayanya beliau yang vulgar-vulgar gitu sih. Pingin baca karya Eka Kurniawan lainnya biar tau apakah "katanya" itu bener.
DeleteHi mba, dulu sejak gonjang ganjing novel Indonesia 18+ bahkan 21+ belum terlalu tertarik baca karena bukan genre favorit, tapi suka baca-baca reviewnya untuk menambah referensi info novel Indonesia. Apalagi kalau sejelas dan selugas ini. 🤩
ReplyDeleteCoba mba Phebie baca buku ini juga. Bagus banget ceritanya!
DeleteSebelumnya congrats mba Endah, karena menemukan buku yang excited buat mba Endah review wkwk. Tbh, aku belum baca bukunya, tapi sering berseliweran di rekomendasiin sama bookstagram yang aku follow di Ig.
ReplyDeleteMenurut pendapat aku, kayanya novel-novel yang mengkritisi era 1960an atau 70an itu emang edan ga si.
Aku pernah baca novel Okky Madasari yang Pasung Jiwa, menurut aku isu yang diangkat triggering banget,tapi masih penasaran untuk lanjut baca hehe.
Kayanya kalau baca novel 1960an itu ada aja Sum Kuning versi lain, karena era itu emang kacau sii pemerintahannya. Penegak hukumnya ampuuun banget.
Makasih mba Sovia. <3 Coba baca kalau dapat kesempatan, beneran ini novel edan. Udah gak mulai dari 60-an atau 70-an lagi ini, dari tahun 1930 malah, zaman penjajahan Belanda.
DeleteNah Pasung Jiwa ini malah yang belum aku baca, pingin baca tapi lagi kena reading slump. *ditoyor* Iya bener, apalagi masalah partai-partai dan pembantaian para jenderal itu. Hhhhh serem.