Wesel Pos menjadi novelet ketiga yang saya baca. Sebelumnya sudah pernah melahap Madre karya Dee Lestari dan Selamat Tinggal, La Wantzenau karya Maria Antonia Rahartanti Bambang Haryo (yang terakhir ini belum sempat diulas, wkwk). Wesel Pos adalah novelet karya Ratih Kumala, penulis Gadis Kretek. Setelah membaca dua karyanya, saya serasa menemukan satu lagi penulis Indonesia yang gaya penuturan ceritanya mengalir lancar seperti Laksmi Pamuntjak, Okky Madasari, dan Dee Lestari.
Versi Wesel Pos yang saya baca tersedia di iPusnas, diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama, dan merupakan cetakan pertama Juni 2018. Karena formatnya novelet, Wesel Pos tergolong tipis dengan terdiri dari 100 halaman saja. Bisa selesai dibaca dalam sekali duduk.
Setelah selesai membaca Gadis Kretek beberapa waktu yang lalu, saya sempat mencari karya-karya lain Ratih Kumala di iPusnas. Waktu itu saya hanya melihat sepintas lalu saja ke novelet ini karena teringat tumpukan buku yang dipinjam masih tinggi. Kemudian beberapa waktu sesudahnya, seorang booktwitter yang saya ikuti mencuit tentang Wesel Pos. Yang membuat saya tertarik adalah kalimatnya yang mengatakan bahwa cerita ini diambil dari sudut pandang benda tak hidup, yaitu si Wesel Pos. Tapi saya belum tergerak untuk meminjamnya di iPusnas (tanpa tahu kalau ternyata harus antre).
Lalu di surel berita yang saya berlangganan, muncul rekomendasi seseorang tentang Wesel Pos. Wah apa semenarik itu ya bukunya? Akhirnya saya antre Wesel Pos dan setiap hari memantau apakah bukunya tersedia atau belum untuk saya pinjam, hehehe.
Suatu hari bukunya sedang tersedia satu copy, langsung gercep pinjam. Setelah saya amati ternyata sampulnya ada warna coklat dan oranyenya. Yasudah sekalian diikutkan di JanexLiaRC bulan ini saja. Wesel Pos menjadi buku paling last minute yang pernah saya review dan submit untuk challenge ini. π
Awalnya saya mengira bahwa isinya akan tentang kehidupan orang-orang kantoran di Jakarta. Ternyata tidak. Isinya adalah tentang seorang gadis dari daerah yang merantau ke Jakarta untuk menemui kakaknya dan sekaligus bekerja di kota besar. Gadis tersebut benama Elisa. Kakak yang dia cari adalah satu-satunya keluarga yang dia miliki. Ibunya sudah meninggal di kampung.
Waktu membaca cerita Elisa yang baru sampai di Jakarta, kesan anak polos sangat kuat di dalam dirinya. Agak gemes dan ber-lho-lho ria ketika membaca adegan Elisa mudah percaya dengan orang asing. Saya jadi teringat ketika pertama kali menginjakkan kaki di Jakarta seorang diri di tahun 2018 dulu, tas yang saya bawa selalu ada di depan badan. Selalu was-was kalau diajak ngomong oleh orang asing, pokoknya hanya mau bertanya ke petugas resmi angkutan umum. πππ
Ya saya lebih beruntung memang daripada Elisa karena keadaan kami berbeda. Saya pergi ke Jakarta dengan tujuan nonton konser boyband Korea, mengenal bank digital, terpapar cerita-cerita tentang ibukota dadi media sosial, dan ada teman yang menjadi tour guide di sana. Kalau saya berangkatnya pas begitu lulus SMA gitu kayaknya akan lain cerita, hahaha. Lagian juga gak bakal diizinin ortu. π
Orang-orang yang ditemui Elisa selama di Jakarta memiliki berbagai macam karakter. Ada yang cuek, tukang gosip, terlihat baik, sampai yang baik beneran. Karakter-karakter ini tidak bisa saya nilai dengan saklek hitam atau putih, kebanyakan abu-abu seperti manusia pada umumnya. Saya yang hanya ke Jakarta untuk waktu tinggal yang sangat sebentar (2-3 hari), jadi membayangkan betapa kerasnya kehidupan Jakarta sehari-hari apalagi untuk masyarakat menengah ke bawah. Saya teringat ke film A Copy of My Mind sebenarnya ketika membaca Wesel Pos. Ada yang pernah membaca Wesel Pos atau nonton A Copy of My Mind juga?
Segini aja review kali ini. Karena bukunya berbentuk novelet jadinya tipis, kalau reviewnya panjang takutnya malah spoiler. π Sampai jumpa di postingan selanjutnya!
*
Sempet lihat buku ini juga setelah baca Gadis Kretek (kebiasaan kalau suka sama karya seorang penulis, langsung cari buku lainnya juga π€£) tapi aku belum mood untuk baca saat itu soalnya aku kira bakalan bahas soal surat menyurat wkwk. Eh, abis baca review Kak Endah kok malah jadi pengin coba baca π€£. Kayaknya menarik setelah baca topik yang diangkat ternyata momen pertama kali menginjakkan kaki ke Jakarta yaaa hahaha. Entah kenapa aku selalu tertarik mendengar kesan orang pertama kali ke Jakarta tuh gimanaa soalnya aku kan tinggalnya dekat dengan Jakarta, jadi pasti memiliki kesan berbeda dengan orang-orang yang baru pertama ke Jakarta.
ReplyDeleteIya hahahah penasaran sama karyanya yang lain ya Li. Ketagihan sama cara nulisnya yang dirasa cocok dan masuk ke selera. xD Iya ceritanya tentang orang yang pertama kali datang ke Jakarta. Coba deh baca. Ada unsur kriminalnya juga. Hahahaha kalo aku pas datang pertama kali ke Jakarta itu asli aku takut tapi harus kelihatan nggak takut biar gak jadi sasaran orang jahat. *parno* xD
DeleteAku masukin list dulu, semua buku2 Ratih Kumala sepertinya memang bagus sih, cuma kurang tebel aja. Itu yg bikin aku ga tertarik beli buku fisiknya dan prefer e-book.
ReplyDeleteBicara wesel pos jadi inget zaman sekolah pas salah satu tulisan diterbitin di majalah bobo wkwkwkwkwk. Dapat wesel pos lupa sih berapa, kayaknya 15rb kalo ga salah. Zaman SD segitu mah gede banget π€£. Pergi ke kantor pos, trus nukerin uangnya. Pertama kali dan trakhir ngalamin Nerima wesel pos π
Kalau Gadis Kretek sama Wesel Pos iya mba Fan nggak tebel-tebel amat. Yang lain juga ya berarti. Iya kalo tipis begini nggak masalah bacanya versi e-book, nggak sepet-sepet amat mata, wkwk.
DeleteWah 15rb ya gede banget mba Fan zaman itu, orang 250 rupiah aja udah bisa dapat jajanan kue lupis aku dulu. xD Mba Fanny sempet ya mengalami pakai wesel pos, bener-bener lintas generasi.
Catet... wkwk Ipusnas kan ya.. jadi catet.. Ahahah π
ReplyDeleteTerus akhirnya gimana mba si Elisa? kaya kisah film The Virgin kah? *Jiakkhh malah minta di spoilerin.. wkwk π
Aku pun smpe sekarang kalau Ke Jakarta suka takut kalau sendirian mba. padahal bisa dibilang sering bolak-balik kesana buat ngurusin perkuliahan. Cuma emang tipe yang nggak bisa melipir kemana-mana sih klau udah disana. Turun kebon jeruk, langsung ke kampus.. Sekalinya kebablasan. Ribett sendiri π Jakarta Keras gehh.. Jalannya juga bercabang. ππ
Gas antre Wesel Pos di iPusnas mas Bay! π
DeleteHahahaha aku kasih spoiler 99.9% aja ya, endingnya Wesel Pos-nya terbang ke udara karena di bawah ada huru-hara.
Aku kira mas Bayu suka jalan-jalan di Jakarta. Iyaaa jalannya banyak banget, kendaraan banyak juga, takut kalau mau nyebrangπ