December 14, 2021

10 Film Berbahasa Indonesia, 2 Film Berbahasa Arab

Whoaaa...akhirnya nonton film berbahasa Arab lagi setelah bertahun-tahun lalu nonton film 'Children of Heaven'. Wait...jangan-jangan film tentang kakak beradik itu bahasanya bahasa Persia? ๐Ÿ˜‚ Kalau misalnya begitu, artinya dua film yang akan saya bahas di postingan ini adalah film pertama dan kedua yang berbahasa Arab yang saya tonton. ๐Ÿ˜

Tapi...sebelum membahas dua film berbahasa Arab, saya mau membahas sepuluh film berbahasa Indonesia dulu. Banyak ya film-film yang ditonton, hehehehe. Masa-masa gumoh nonton film telah berakhir. Jadinya ya gini, nonton banyak film lagi. ๐Ÿ˜œ

Mari langsungkan saja~ Urutan film-filmnya dari yang paling awal saya tonton~

๐Ÿ‡ฎ๐Ÿ‡ฉ๐Ÿ‡ฎ๐Ÿ‡ฉ๐Ÿ‡ฎ๐Ÿ‡ฉ

Eiffel...I'm in Love (2003)
Dulu waktu film ini pertama kali tayang, teman-teman sekelas saya yang termasuk anak-anak gaul pada heboh. Ada satu orang yang sampai tergila-gila dengan Samuel Rizal. Tiap cerita film ini, dia ngomongnya "Sammy" dengan mata berbinar-binar. Saya gimana? Tentu saja hah-hoh nggak tahu mereka ngomongin apa.

Percaya atau enggak, saya nonton film ini ya baru tahun ini hehehe. Pantesan dulu teman-teman saya pada suka film ini, lha emang filmnya bagus. Ditonton sekarang pun tetep bagus. Polos dan lugunya anak SMA tuh kelihatan banget di karakter Tita. Sementara karakter Adit, kalau pakai standar tahun segitu ya emang jadi pujaan cewek-cewek. Cowok tsundere adalah idola pada masanya. Atau anak-anak sekolah sekarang juga masih mengidolakan cowok tsundere? Kalau berdasarkan pengalaman pribadi sih, cowok tsundere itu keren hanya jika mereka di film atau komik, akan lain cerita kalau terjadi beneran di dunia nyata. ๐Ÿ˜

Btw film ini diangkat dari novel remaja dengan judul yang sama. Novel tersebut adalah karya dari penulis Rachmania Arunita. Melihat plot twist-nya, jalan ceritanya khas banget teenlit angkatan tahun segitu. Sifat karakter-karakternya juga khas tahun segitu.

Apa sih kok khas tahun segitu-khas tahun segitu? Oke, ambil contoh karakter Intan. Cewek ceplas-ceplos, bicaranya blak-blakan, sering nohok lawan bicara, tapi yang dia bicarakan itu benar adanya. Karakter kayak gini, dulu dipandang "wah" dan jadi favorit beberapa cewek-cewek abege untuk meniru sifatnya. Kalau sekarang? Ngomong kayak Intan begitu ya mikir-mikir, ada aturan nggak tertulis untuk menghormati lawan bicara karena khawatir omongan kita yang nggak ada filternya itu bisa mempengaruhi kesehatan mental orang lain. Iya nggak? Atau ada pendapat lain?

Ngomongin soal Intan, tokoh ini diperankan oleh Titi Kamal. Ya ampuuun suaranya masih agak cempreng (cempreng in a good way). Semua tokohnya suaranya masih belum sestabil pas mereka dewasa. Bahkan Helmy Yahya juga suaranya kedengeran masih enteng, nggak kayak sekarang. Perbedaan suara ini akan terasa kalau nonton film pertama dan keduanya berurutan.

Terus film yang pertama ini jalan ceritanya tentang apa? Tentang cinta-cintaan dua anak SMA, Tita dan Adit. Awalnya katanya mereka dijodohin, padahal Tita udah punya pacar yang namanya Ergi. Ergi ini diperanin sama Yogi Finanda. OMG YOGI FINANDA SEKARANG APA KABAR???

Tita dan Adit ini bertengkar terus tiap hari. Mana ceritanya Adit ini tinggal di rumah Tita sebelum pergi lagi ke Paris. Orangtua dua anak muda ini berteman. Terus yaaa gitu deh ada plot twist ala cowok tsundere yang nggak akan saya tulis di sini, siapa tahu ada yang belum nonton dan nggak mau kena spoiler. Pokoknya nonton film ini di beberapa tahun setelah perilisannya, rasanya kayak nonton ponakan sendiri yang jatuh cinta, alias pingin pites satu-satu karena gemes banget...hey kalian ngomong jujur dari awal kenapa sih??? ๐Ÿ˜‚ *this adult is no fun* ๐Ÿ˜‚


Eiffel...I'm in Love 2 (2018)
Sekuel dari film 'Eiffel...I'm in Love', menceritakan tentang Adit dan Tita yang udah belasan tahun pacaran jarak jauh. Walaupun udah belasan tahun berlalu, Tita tetap nggak boleh punya ponsel sendiri sama bunda. I was like...hello Madam, apa nggak letih ngetekin anak yang udah 27 tahun? Udah jadi dokter hewan lagi. Wah nggak kebayang gimana repotnya Tita waktu masih kuliah dan nggak punya hape sendiri. Gimana dapat japri jadwal praktikum coba??? Gimana caranya janjian sama dosen pembimbing??? *overthinking*

Sekuel ini kayak FTV sih jalan ceritanya. I know kalau romcom memang kebanyakan too good to be true but this film is a little bit too much. Ada adegan marah-marah ke cewek Perancis juga, marah-marahnya dalam bahasa Indonesia dan nuduh-nuduh tentang selingkuh...di sebuah kafe di Paris. :)

Film kedua ini memang latar tempatnya sebagian besar di Paris. Kalau saya sendiri masih jauh lebih suka film pertamanya. Jalan cerita secara singkat dari film 'Eiffel...I'm in Love 2' ini adalah...Tita sekeluarga pindah sementara ke Paris. Orangtua Tita ingin meneruskan restoran yang mereka kelola dengan orangtua Adit. Orangtua Adit sudah meninggal jadi yaaa siapa lagi yang harus meneruskan selain orangtua Tita yang masih lengkap dan sehat walafiat.

Kesempatan ini juga dimanfaatkan Tita untuk segera menegaskan hubungannya dengan Adit yang sudah berjalan belasan tahun itu. Tita kebanyakan dikomporin sama lingkungannya yang udah pada nikah sih hahahaha. Ada yang udah pernah nonton 'Eiffel...I'm in Love 2'? What do you think about this movie?


Milly dan Mamet (2018)
SUKA BANGET SAMA FILM INI!!! Well...dulu saya agak memandang sebelah mata film 'Milly dan Mamet' karena saya fans Cinta-dan-Rangga garis keras hahahaha, nggak mau nonton kalau sentralnya bukan Cinta dan Rangga. Ternyata...film tentang Milly dan Mamet ini seru dan menghibur banget!

Nontonnya nggak perlu mikir, udah ikutin aja alur cerita kehidupan Milly dan Mamet. Dialognya kocak tapi bukan kocak yang bodor. Kocak yang masih mengandung pelajaran hidup hahaha, apa pula istilah kau ini wak! Terus ada tebaran-tebaran tulisan lawak di kaos atau topi aktor dan aktrisnya, salah satu contohnya: GAJI UMR, GAYA DPR. ๐Ÿ˜‚

Para aktor dan aktris pendukung di film ini banyak banget yang saya tahu nama dan wajahnya, atau hanya sekadar pernah lihat wajahnya tapi nggak tahu namanya. Contoh-contoh yang nggak asing itu kayak Ernest Prakarsa, Bintang Emon, Dinda Kanya Dewi, dan Isyana Sarasvati. Sedangkan yang tahu wajahnya tapi nggak tau namanya, ada asisten rumah tangganya Milly dan salah satu pegawai pabrik yang suka cibir-cibiran sama karakter yang diperankan Bintang Emon wkwkwkwk. Ada Ardit Erwanda juga btw. Ini orang-orang yang saya tahunya hanya sebatas di timeline Twitter. ๐Ÿ˜†

Cerita dari film ini, setelah menikah dengan Milly, Mamet jadi kepala pabrik di pabrik konveksi papanya Milly. Papa Milly diperankan oleh Roy Marten, orangnya keras banget dan suka marah-marah. Suatu hari ada insiden yang membuat Mamet memutuskan resign dari pabrik papanya Milly.

Pasca resign, Mamet membuat usaha kuliner dengan seorang teman kuliahnya yang bernama Alex. Alex ini cewek dan diperankan oleh Julie Estelle. Singkat cerita, Milly ada cemburu gitu deh sama Alex. Dia mulai mempertanyakan value dirinya sebagai ibu rumah tangga.

Fast forward, Milly memutuskan kerja lagi, bukan di bank seperti sebelumnya tapi di pabrik papanya. Lambat laun meletuskan konflik rumah tangga Milly dan Mamet karena kesibukan mereka berdua dan masalah anak. Bagusnya film ini adalah nggak ada drama jeng-jeng jeng-jeng zoom in-zoom out wajah kayak di sinetron, penyelesaian konfliknya tetap dengan gaya kocak. Menghibur banget deh pokoknya.

Buat kamu yang belum nonton film 'Milly dan Mamet' ini, coba tonton deh. Jalan cerita yang saya tulis di postingan ini cuma secuil dari keseluruhan film. Filmnya ringan dan visualisasi makanan bikinan Mamet bikin ngiler. Ah, jadi laper. ๐Ÿ˜‹


Ngenest (2015)
Another movie yang menghibur karena dialognya kocak tapi tetap ada pelajaran hidupnya. 'Ngenest' menceritakan kehidupan Ernest Prakarsa yang dari kecil suka di-bully teman-temannya karena dia keturunan Tionghoa. Tapi pernah suatu hari dia dipalak anak SMA yang salah satunya juga keturunan Tionghoa. Dari situ dua mulai mikir kalau dia di-bully karena berbeda dari teman-temannya. Ernest SMP kemudian mencoba berbaur dengan teman-temannya yang pribumi, dia diterima masuk geng tapi nilai sekolahnya jadi jelek. ๐Ÿ˜‚

Karena nilai jelek inilah dia masuk ke SMA swasta, bukan negeri seperti yang dia inginkan. Ernest pingin banget masuk sekolah negeri karena dia pingin punya pacar pribumi. Ke depannya dia pingin punya anak yang nggak murni keturunan Tionghoa agar anaknya nggak merasakan bully yang dia dapat sewaktu sekolah.

Singkat cerita, Ernest akhirnya pacaran dengan salah satu teman les bahasa Mandarinnya. Teman satu tempat les ini bukan orang keturunan Tionghoa, tapi pribumi seperti yang Ernest inginkan. Setelah pacaran beberapa tahun, mereka akhirnya menikah.

Apakah setelah menikah langsung punya anak? Enggak, Ernest masih takut kalau anaknya nanti bermata sipit seperti dirinya. Menikah dengan pribumi, nggak serta merta membuat anaknya bermata lebar. Hal ini yang membuat sebuah pertengkaran di dalam rumah tangganya.

Nonton film ini tuh saya jadi tahu kalau kehidupan keluarga Tionghoa ya ada miripnya dengan pribumi (karena saya tergolong pribumi ya istilahnya), bedanya cuma gennya aja. Lainnya sama, apalagi sama-sama WNI wkwkwkwk. Kalau mau ngadain resepsi nikahan juga rempong, rempong kayak pribumi.

Seumur-umur di masa sekolah dan kuliah, saya cuma punya satu teman yang keturunan Tionghoa, seorang cece-cece Surabaya. Iya, yang kalau ngomong sangat mempesona (I mean it) karena logatnya medok dan kosakatanya campuran Jawa ngoko, bahasa Indonesia, sama bahasa Inggris. ๐Ÿ˜‚ Kami satu geng, yang keturunan Tionghoa cuma dia aja, lainnya pribumi dan banyakan anak kulonan. Kulonan dalam artian Blitar, Kediri, dan sekitarnya. ๐Ÿ˜‚ Jadi lama-kelamaan kami ngomongnya ikutan anak-anak kulonan ini, jadi banyak "piye-piye"-nya. Nggak terkecuali teman yang keturunan Tionghoa itu. ๐Ÿ˜‚

Memang kalau berteman itu baiknya yang beragam ya, biar heterogen gitu pergaulannya. Biar rasa toleransi bisa dipupuk pelan-pelan tapi pasti. Biar nggak ada bully-bully lagi di masa kecil dan seterusnya. Orang kalau hidupnya di lingkungan yang homogen terus, kadang suka kaget ketika bertemu dengan orang yang berbeda dari kelompoknya. Kalau bisa beradaptasi dan berteman sih bagus, tapi kalau yang radikal dan kemudian ada kebencian lah yang bahaya. Haduh jangan sampai deh perang gara-gara masalah SARA. *ngomongin film terus topiknya melebar*


A Copy of My Mind (2015)
Film ini menceritakan kehidupan seorang perempuan bernama Sari (diperankan oleh Tara Basro). Sari adalah seorang pegawai salon kecantikan. Salon tempatnya bekerja ini adalah salon biasa, bukan salon elit. Setelah selesai bekerja, Sari pulang ke kosnya yang berisi seratusan penghuni dengan sepuluh kamar mandi. Kamar kos Sari ini yaaa seperti kos kalangan menengah ke bawah. Ada sebuah televisi tabung di dalam kamarnya, televisi ini adalah sumber hiburannya nonton film-film bajakan.

Hobi nonton film ini kemudian mempertemukannya dengan seorang tukang translate film bajakan. Laki-laki itu bernama Alek. Nggak beda jauh dengan Sari, Alek juga bukan dari kalangan menengah ke atas. Dia juga tinggal di kosan. Tapi tinggalnya gratis karena dia menghidupi ibu kos tua yang sudah ditinggalkan anak-anaknya.

Cara pengambilan gambar di film ini tuh goyang-goyang, kameranya nggak yang steady gitu. Kalau misal tokohnya lagi jalan, ya kameranya kayak ikutan dibawa jalan. Setting tempatnya sungguh sangat merakyat. Saya kira film ini bakal jadi film yang lempeng dengan menampilkan potret kehidupan masyarakat Indonesia kebanyakan, tapi ternyata ada ketegangan yang terjadi di 40-30 menit menjelang akhir film.

Sari yang ingin pindah kerja akhirnya berhasil pindah kerja ke salon yang jauh lebih elit. Salah satu pelanggan salon ini adalah seorang tahanan kasus suap, namanya Bu Mirna. Ketika datang ke dalam sel tahanan Bu Mirna, Sari mengambil salah satu keping CD tanpa sepengetahuan pemiliknya.

Hobi Sari nonton film ini, sudah dua kali mengantarkannya mengambil barang orang lain tanpa izin. Moral of the story: jangan pernah mencuri barang milik orang lain.

Sesampainya di kosan Alek, Sari dan Alek nonton isi rekaman CD itu bersama. Ternyata isinya bukan film anaconda. Padahal waktu mengambilnya di tahanan Bu Mirna, wadah CD itu gambarnya ular anaconda. Isinya apa? Tonton sendiri filmnya, hehehe.

Sari kaget tentunya setelah nonton isi dari CD yang dia ambil itu. Dia berniat untuk mengembalikannya ke Bu Mirna. Sari ini orangnya nggak ngerti tentang permainan politik orang-orang di atas sana, jadi dia berpikir kalau sudah mengambil CD ya dia harus mengembalikannya kembali dan minta maaf ke Bu Mirna.

Karena nggak berhasil bertemu Bu Mirna lagi, dia bilang ke manajernya. Seketika itu, manajernya langsung nendang Sari. Sejak saat itu Sari jadi dicari-cari dan sering ditelepon orang. Alek tentu melindungi Sari dong ya.

Terus gimana kelanjutannya? Tonton sendiri filmnya (2). Hati-hati nontonnya jangan sama anak di bawah umur soalnya ada adegan dewasa yang cukup eksplisit.


Lovely Man (2011)
Film yang bikin saya menitikkan air mata di salah satu scene-nya. Udah deh kalau kena film yang temanya anak-orangtua begini nggak bisa nggak nangis huhu.

'Lovely Man' bercerita tentang seorang anak perempuan dari daerah yang mencari ayahnya di Jakarta. Anak ini sudah ditinggalkan oleh ayahnya ketika berusia 4 tahun. Selepas lulus SMA ini dia bertekad untuk, paling tidak, sekali saja bertemu dengan ayahnya itu.

Sesampainya di Jakarta, dia bertanya-tanya ke orang-orang yang dia temui perihal alamat ayahnya. Setelah mendapat petunjuk, dia segera pergi ke tempat ayahnya bekerja, tempat itu adalah tepi jalan raya. Tepatnya di jembatan jalan raya. Ayahnya bekerja sebagai waria yang menjajakan dirinya di jalan.

Latar waktu film ini hanya sehari semalam. Sepanjang malam itu, ayah dan anak ini berbincang-bincang dengan...tidak terlalu damai. Ayahnya ini ketus banget, dia kayak marah banget kenapa anaknya mencarinya sampai ke Jakarta. Akting Donny Damara jadi waria patut diacungi jempol. Anaknya diperankan oleh Raihaanun.

Walaupun plotnya terkesan agak dicepetin di scene tertentu, tapi saya merasa film ini bagus. Bagus sampai bikin nangis. ๐Ÿ˜ข Nasihat ayahnya di akhir film seperti ini kurang lebih: kita jalani hidup ini seperti anak kecil yang main hujan-hujanan, menikmatinya dan tidak menghindari setiap masalah yang ada di dalamnya. Dulu ketika masih berusia 4 tahun, anak dari ayah itu suka main hujan-hujanan. Ada yang pernah nonton film ini?


Galih dan Ratna (2017)
Saya sering mendengar lagu Galih dan Ratna tapi nggak pernah nonton filmnya sama sekali. Begitu ada film ini di Netflix ya langsung saya tonton. Nonton karena penasaran seperti apa sih perjalanan cinta Galih dan Ratna ini kok sepertinya sangat fenomenal pada masanya. Well...yang saya tonton bukan film jadul sih tapi film modern hehehehe. Yang penting rasa penasaran teratasi.

Galih di film ini ceritanya adalah seorang siswa SMA yang berasal dari keluarga menengah ke bawah yang selalu mendapat beasiswa di sekolahnya karena dia pintar. Hobinya mendengarkan musik dari walkman. Udah ada di zaman digital tapi dia tetap klasik. Ternyata ayahnya punya toko kaset. Toko kaset ini mau dijual sama ibunya, tapi Galih nggak setuju soalnya itu adalah bangunan yang penuh kenangan. Toko kaset inilah yang membuat Galih dan Ratna berjuang bersama.

Sebelum masuk ke perjuangan mereka mempertahankan toko kaset itu, saya cerita dulu tentang Ratna di film ini. Ratna adalah anak dari kalangan menengah atas. Dia terpaksa pindah ke Bogor karena ayahnya bekerja di luar negeri. Ratna tinggal bersama tantenya di Bogor. Rumah tantenya ini gede dan luas banget halamannya.

Ratna nggak terlalu suka di Bogor, dia ingin balik ke Jakarta aja tapi nggak boleh sama papanya. Selain pindah rumah sementara, Ratna juga harus pindah sekolah. Nah di sekolah barunya inilah dia bertemu dengan Galih. Ratna tertarik dengan Galih, begitu juga sebaliknya.

Suatu hari ketika ingin menyatakan cintanya, Galih membuatkan mix tape di kaset untuk Ratna. Waktu mix tape itu diterima Ratna, yang excited malah tantenya Ratna karena berasa nostalgia hahahaha. Kata tantenya Ratna, mix tape itu semacam surat cinta. Hayo siapa di sini yang pernah dibuatkan mix tape?

Saya suka banget dengan visualisasi film ini. Cara pengambilan gambarnya bagus. Walaupun alurnya agak lambat tapi saya sabar lho nontonnya, tumben wkwk. Ya karena gambarnya bagus, scene-nya bagus. Kayak bersih gitu lho, nggak kumuh. Product placement-nya banyak sih tapi termaafkan karena gambarnya bagus (ini terus alasannya ๐Ÿ˜‚).

Terus Ratna dan Galih gimana kelanjutannya? Mereka berdua menghidupkan kembali toko kaset milik bapaknya Galih. Idealis pokoknya, tapi yang namanya anak muda idealis pasti ada aja kendalanya hehehehe. Yang kendala cinta nggak direstui papanya Ratna lah, yang konflik Ratna dan Galih sendiri tentang siapa yang memborong kaset di toko kasetnya Galih lah, banyak deh.

Ending-nya gimana? Well...sebenernya ending film ini udah diceritain di awal film. Fast forward ke masa depan gitu ceritanya. Kalau di scene akhir, dilihatinnya Galih kuliah ke Malang sedangkan Ratna kuliah di Amerika Serikat. Jadi penasaran Galih kuliah di Malang ini di PTN apa PTS. *dipikirin*


Sang Pencerah (2010)
Film ini menceritakan kisah hidup K.H. Ahmad Dahlan, sang pendiri organisasi Muhammadiyah. Pendirian Muhammadiyah ini melewati berbagai macam lika-liku, mulai dari penolakan keluarga dan orang-orang di sekitar, imam masjid agung, sampai dengan perusakan surau yang dibuat oleh K.H. Ahmad Dahlan.

Ahmad Dahlan ini bukan nama lahir beliau, nama Ahmad Dahlan didapatkan beliau ketika berhaji dan menimba ilmu di Arab Saudi. K.H. Ahmad Dahlan berasal dari keluarga yang cukup terpandang di kampung kelahirannya. Latar waktu film ini adalah tahun 1800-an sampai awal 1900-an. Jadi ada perjuangan melawan penjajah Belanda juga yang ditampilkan di film ini.


Sang Penari (2011)
Film ini berlatar waktu tahun 1960-an awal di Dukuh Paruk. Ceritanya ada pasangan suami istri yang memproduksi bongkrek dan dijual ke masyarakat sekitar. Suatu hari bongkrek jualan mereka ternyata beracun sehingga mengakibatkan banyak orang meninggal dunia, termasuk ronggeng Dukuh Paruk. Pasangan suami istri tersebut juga ikut meninggal. Srintil, anak dari suami istri tersebut, selamat sampai usia dewasa.

Srintil dewasa kemudian menjadi ronggeng Dukuh Paruk berikutnya. Dia melakukan itu untuk menebus dosa yang telah terjadi di masa lalu. Ronggeng Dukuh Paruk ini selain menari juga harus berhubungan seks dengan orang-orang yang membutuhkan bantuannya. Ronggeng Dukuh Paruk ini dianggap orang yang membawa berkah untuk warga Dukuh Paruk. Bahkan ada seorang wanita yang berterima kasih kepada Srintil setelah suaminya berhubungan seks dengan Srintil. Wanita itu bilang semoga setelah ini suaminya bisa membuatnya hamil.

Masyarakat yang digambarkan di film ini memang masih sangat tradisional, masih ada yang memberikan sesaji ke makam-makam orang yang sudah meninggal. Tingkat literasi tentu saja nol, Srintil saja nggak bisa baca. Beberapa warga bisa menulis setelah seorang politikus dari kota datang dan mengajari mereka membaca dan menulis. Yes, selain tentang budaya, film ini juga bercerita tentang politik pada tahun itu.

Rasus, teman masa kecil Srintil yang juga menyukai Srintil, baru bisa membaca setelah bergabung menjadi tentara. Rasus ini keluar dari Dukuh Paruk karena merasa Srintil sudah di luar jangkauannya, padahal Srintil aslinya juga membalas cintanya tanpa pamrih.

Saya kurang begitu paham dengan perpolitikan di tahun 1960-an. Yang pasti kalau di film ini, ceritanya setelah kejadian 1965 yang tragis, terjadi chaos di Dukuh Paruk. Warganya semua dibawa keluar desa secara paksa. Ada scene yang menampilkan sebagian dari mereka dibunuh satu per satu, bahkan politikus yang mengajari warga Dukuh Paruk juga ikut dibunuh. Sepertinya berseberangan paham.

Dialog di film ini sebagian dituturkan dalam bahasa Jawa logat Tegal, cmiiw karena saya tahunya yang ngomong dengan dialek seperti itu ya orang Tegal hehehe.


Banda the Dark Forgotten Trail (2017)
Film ini genrenya dokumenter dengan narasi yang dibawakan oleh Reza Rahadian (versi bahasa Inggrisnya dinarasikan oleh Ario Bayu). Menceritakan tentang Pulau Banda yang sungguh sangat luar biasa populer di tahun 1600-an karena rempah-rempahnya. Kini Banda seolah terlupakan dari peradaban dunia.

Karena sudah pernah baca buku Sejarah Rempah, maka nonton film ini jadi makin paham mengapa orang-orang Eropa dulu sampai rela berseteru untuk menguasai Pulau Banda dan sekitarnya. Wawancara-wawancara yang dilakukan dalam film ini, tidak hanya kepada pakar keilmuan saja tapi juga dengan orang-orang Banda sendiri.

Banda adalah miniatur dari Indonesia, tempat tersebut dihuni oleh suku-suku dari berbagai daerah di Nusantara karena dulunya dijadikan tempat buangan. Berdasarkan narasumber yang diwawancarai, orang Banda sekarang adalah orang Banda generasi kedua. Artinya, orang Banda sekarang sudah berbeda dengan orang Banda zaman dahulu karena adanya percampuran yang terjadi di antara orang-orang dari banyak suku-suku tadi. Mereka berasimilasi dan berakulturasi ratusan tahun hingga menjadi seperti sekarang, orang Banda generasi dua.

Kisah-kisah pilu zaman dahulu juga dituturkan oleh narasumber yang diwawancarai. Zaman ketika Portugis masih berkuasa, jika ada orang Banda yang dianggap bersalah maka hukumannya adalah kedua tangan dan kaki diikat ke empat penjuru. Ikatan tersebut diikatkan ke kuda yang berlari ke empat arah yang berbeda-beda. Bayangkan gimana kejamnya. ๐Ÿ˜ญ

Ada juga kisah dari seorang narasumber yang menyaksikan kejadian pertumpahan darah di Banda setelah Indonesia merdeka. Keluarganya habis dibantai, hanya tersisa beliau seorang. Tanah Banda menjadi saksi bisu beragam kekerasan baik oleh bangsa asing maupun bangsa sendiri. ๐Ÿ˜ญ

Kembali ke masalah rempah-rempah, Banda terkenal dengan pala Banda. Pala ini dulu digemari oleh bangsa Eropa karena kualitasnya terbaik. Pala Banda jika ditanam di tanah selain Banda, hasilnya akan berbeda dengan pala Banda yang ditanam di Banda. Hal ini karena tanah Banda unik, campuran tanah vulkanis dan udara laut. Jika ditanam di tanah vulkanis Jawa, kualitasnya masih di bawah pala Banda yang ditanam di Banda karena di Jawa tanah vulkanisnya tidak terkena udara laut.

Terdengar sangat menguntungkan bukan berbisnis pala Banda di Banda? Ternyata tidak. Harga pala Banda sering jatuh di pasaran karena tidak dikeringkan dengan metode pengasapan sehingga cepat berjamur. Petani sering menjemurnya di bawah sinar matahari saja karena pengasapan memerlukan biaya yang tinggi. :( 

Kompleks banget permasalahan di Banda, Banda masih belum mampu bangkit mengulang masa keemasannya dulu. :( Sedih banget nonton film ini. :(

๐Ÿ‡ธ๐Ÿ‡ฆ๐Ÿ‡ธ๐Ÿ‡ฆ๐Ÿ‡ธ๐Ÿ‡ฆ

The Unknown Saint (2019)
Cerita di film ini bermula dari seorang pencuri yang dikejar-kejar polisi. Dia mengendarai mobil dan berada di tengah-tengah gurun. Menyadari dia sudah tidak punya jalan lari, pencuri itu keluar dari mobil dengan tas berisi uang curiannya, menaiki bukit pasir dan mengubur tasnya di atas bukit itu. Setelah mengamankan uangnya, dia menyerah di tangan polisi dan menjalani hukuman di penjara.

Selesai menjalani masa hukuman, dia kembali ke bukit tempat dia dulu mengubur uang curiannya. Ternyata ketika sampai di sana, tempat penguburan uangnya itu sudah menjadi tempat ziarah bernama "The Unknown Saint" wkwkwkwkwk. Dulu waktu mengubur tas berisi uang, memang dia menjadikan gundukannya seperti kuburan. Berhari-hari dia tinggal di penginapan di dekat situ, menunggu saat yang tepat untuk membongkar bangunan yang mengelilingi "makam" uang curiannya.

Porsi scene yang ditampilkan di film ini tidak hanya si pencuri itu, tapi selang-seling dengan tokoh-tokoh lain seperti seorang pria yang ayahnya kekeuh akan turun hujan di lahan pertaniannya, dan seorang dokter laki-laki yang selalu didatangi ibu-ibu di tempatnya praktek.

Film ini sepertinya satire tentang apa yang terjadi di negara asalnya, berhubungan saya bukan orang sana jadi nggak tahu. Hanya ketawa-ketawa aja karena beberapa adegannya lawak (walaupun aktor dan aktrisnya berekspresi lempeng). Genrenya dark comedy memang. Fyi film ini berbahasa Arab dan tokoh-tokohnya beragama Islam (yang tampak eksplisit di filmnya ya).

Penyajian gambarnya mirip dengan film 'Midsommar'. Tenang, kalem, anteng. Minim dialog juga. Jadi kadang saya malah menikmati pemandangan gurun yang sedang ditampilkan.

Karena saya anaknya cengeng, ada satu scene pemakaman yang saya nangis waktu nonton. Nangisnya bukan karena menangisi orang yang ditinggalkan, tapi menangisi jenazahnya yang jelas banget ditampilkan ketika ditimbun pasir. Langsung kepikiran...ya ampun aku nanti waktu meninggal juga sendirian kayak gitu huhuhuhuhu. *air mata menetes* Sendirian di liang lahat maksudnya. *brb mengumpulkan amal saleh*


678 (2010)
Film ini juga berbahasa Arab, tapi latar tempatnya jelas di Mesir. Film ini berdasarkan pada kisah nyata. Kisah nyata tentang pelecehan seksual yang terjadi di sana.

Ada tiga tokoh utama dalam film ini yaitu Fayza, Seba, dan Nelly. Ketiga perempuan ini mengalami pelecehan seksual di waktu yang hampir bersamaan di tempat yang berbeda-beda. Film ini alurnya ada flashback-nya, tapi nggak membingungkan kok tenang saja.

Fayza adalah seorang ibu beranak dua. Dia selalu naik taksi untuk pergi bekerja karena jika naik bus, dia digrepe pria asing. Fayza dan perempuan-perempuan lainnya banyak yang hanya kaget dan tidak bisa berbuat apa-apa ketika mengalami pelecehan seksual. Suatu hari dia mendapat informasi tentang komunitas perempuan yang peduli terhadap pelecehan seksual. Informasi ini Fayza peroleh dari televisi.

Pendiri komunitas itu adalah Seba, seorang perempuan yang dulunya juga pernah mengalami pelecehan seksual di tempat publik. Ceritanya dia dan suaminya sedang nonton pertandingan sepak bola. Seba kemudian terpisah agak jauh dari suaminya, hal ini mengakibatkan Seba dikelilingi oleh pria-pria tidak bertanggung jawab. Seba tentu trauma dengan kejadian tersebut, ditambah dengan suaminya yang malah seakan menjadi korban. Suami Seba selalu berkata kepada Seba bahwa ketika dia melihat Seba, dia teringat dengan kejadian yang menimpa istrinya. Kayak jijik gitu...padahal yang jijik kan harusnya Seba ya. Lhah ini malah kebalik, Seba yang harusnya dia lindungi malah dia jauhi. Jadi, Seba sangat menyemangati perempuan agar membela diri ketika mengalami pelecehan seksual.

Membela diri ketika mengalami pelecehan seksual dilakukan Fayza dengan menusuk tangan pelakunya dengan jarum yang dia pakai di kerudungnya. See, Fayza ini berkerudung dan berpakaian rapat dan longgar, udah punya anak dua, tetep aja dilecehkan oleh laki-laki yang nggak bertanggung jawab. Yang salah siapa? Ya yang melakukan pelecehan seksual. Kalau ditegur nih, mereka suka bilang kalau busnya penuh sesak, jadi senggolan itu hal biasa. I was like...elo grepe-grepe bagian tubuh orang lain dengan sengaja cuy, senggolan dari Hongkong? Asli emosi banget nonton film ini.

Kasusnya Nelly beda lagi. Ceritanya dia pulang dari bekerja dan diantar tunangannya sampai depan rumahnya. Waktu mau nyebrang, ada pria yang lagi nyetir mobil eh tangannya narik bajunya Nelly. Nariknya di bagian dada. Nelly ketarik sampai jatuh. Udah nggak punya otak deh pelakunya. Untungnya jalanan sedang macet dan Nelly berhasil mengejar mobil itu, dia kemudian marah besar dengan menendang kaca depan mobil pria kurang ajar itu. Nelly kemudian membawa kasus tersebut ke jalur hukum.

Apakah mulus-mulus saja jalan Nelly menempuh jalur hukum? Oh tentu tidak. Ada banyak kendala yang dia hadapi, salah satunya dari keluarga tunangannya sendiri. Nelly disuruh untuk mencabut tuntutan itu karena menganggap kejadian yang dialami Nelly adalah skandal yang akan mempermalukan keluarga tunangannya. Wah ribet deh pokoknya. Again, emosi nonton film ini. Keadilan untuk korban pelecehan seksual ternyata sama aja mau di Mesir, mau di +62, nggak ada bedanya. Kata-kata Nelly yang ngena banget bunyinya kayak gini: I only want safety from men, but I don't get it.

๐Ÿ˜ญ

Seba juga lagi-lagi mendapat pelecehan seksual di tempat umum. Ketika dia melihat-lihat perintilan bros, seorang anak laki-laki memukul bagian belakang tubuhnya. Seba nggak tinggal diam, dia mengejar anak itu sambil berteriak. Ketika anak itu tertangkap, Seba langsung memukuli anak itu. Bayangin, masih kecil udah berani mukul pantat orang. Kalau nggak dikasih pelajaran, gedenya mau jadi apa? Saya nggak memandang anak kecil itu sebagai anak di bawah umur jadinya, saya melihatnya dia sebagai pelaku pelecehan seksual (tanpa memandang usianya).

Entahlah ini berlaku di Mesir saja, atau universal. Jika ada laki-laki yang menyimpan lemon di sakunya, kemudian dia ketahuan melakukan pelecehan seksual di tempat umum, dia akan beralasan kalau ada lemon yang tertinggal di dalam saku celananya. Idk what's the meaning exactly. Probably it's related to something that only men can do when they're in sexual arrousal? Idk.

Anyway, pelecehan seksual ini nggak mengenal jenis kelamin. Semua bisa kena. Asli, saya sedih dan marah banget kalau baca atau nonton film tentang kasus pelecehan seksual. :( Soalnya ngerti rasanya kayak gimana. Ya kaget, ya malu (dulu, sekarang saya sadar kalau yang malu harusnya pelakunya), ya merasa harga diri dikoyak-koyak orang. HHHHH. I still remember every sexual harrasements that I got. So what I can do now is constantly giving sex education to my nieces. I don't want them to get sexual harassement in the future. Or in worst case, if they face the sexual harasser, they can defend themselves and make the do-er regreting their action.

๐Ÿ‘Š๐Ÿ‘Š๐Ÿ‘Š

Kamu pernah nonton film yang mana aja?


*

4 comments :

  1. Cowok tsundere itu cuma asik buat dilihat dari film atau dibaca dari komit mba Endah, nggak asik untuk dijadikan pasangan, yang ada makan hati nanti kitanya ๐Ÿคฃ Wk. Bythe way, bicara soal Eiffel I'm in Love, dulu saya justru suka wajah-wajah modealan Yogi Finanda meski karakter dia di film itu brengky hahahahaha. Terus jadi ingat, jaman film ini keluar di bioskop, sampai pada rebutan orang-orang beli tiketnya ๐Ÿ˜

    Untuk Eiffel dua lupa-lupa ingat sudah lihat apa belum, kayaknya pernah, ada adegan si Tita menangis di kamar gitu nggak sik? Apa salah film yah, saya? ๐Ÿ˜‚ Hahahaha. Terus lihat judul film lainnya, kok nggak ada satu pun yang sudah saya tonton, kemudian jadi penasaran mau menonton Milly dan Mamet soalnya jaman AADC, dua karakter ini cukup kocak, nggak kebayang kalau mereka menikah betulan, secara Mamet karakternya begitu dan si Milly karakternya begono, hahahaha ๐Ÿ˜†

    Thank you untuk rekomendasinya, mba Endah ๐Ÿ˜๐Ÿงก

    ReplyDelete
    Replies
    1. Indeed Kak Eno, emosi terus adanya๐Ÿคฃ

      Hooo Kak Eno dulu suka yang ada imut-imutnya ya dilihat dari preference suka Yogi Finanda wkwk. Wew pantesan temen-temenku heboh dulu waktu Eiffel I'm in Love ini rilis.

      ADAAAA HAHAHAHAHA, nangisnya di kamar yang penuh boneka anjing, ngabisin tisu buanyak banget๐Ÿคฃ persis kayak pas dia masih SMA diputusin sama tokoh Yogi Finanda wkwkwk.

      Ayooo tonton Milly dan Mamet, bagus filmnya. Kocak dan menghibur pokoknya. Sama-sama Kak Eno❤

      Delete
    2. ehh iya dulu pemainnya ada yang namanya Yogi finanda, ini artis mudah tops jaman dulu ya, sekarng udah nggak pernah denger namanya lago
      dari sekian banyak list film diatas, cuman Eiffel aja yang udah aku tonton hahaha, astagahhh
      padahal mily mamet ini juga rame, tapi aku sendiri belomm nonton

      lumayan ini buat list tontonan film ringan gitu

      Delete
    3. Iya mba Ainun, udah jarang kedengeran main film lagi. Hahahahaha ayooo tonton segera Milly dan Mamet, bagus.

      Delete

Halo! Terima kasih sudah membaca dan meninggalkan komentar. Komentar yang masuk akan dimoderasi terlebih dahulu.

Back to Top