April 29, 2022

Catch a Big Fish Again: Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas


Bermula dari nggak bisa nonton film 'Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas' beberapa waktu yang lalu, saya kepikiran untuk membaca bukunya saja dulu sembari menunggu filmnya tersedia di platform streaming (kalau nanti memang tersedia). Untung saja buku yang judulnya sama dengan judul filmnya ini tersedia di iPusnas, meskipun harus antre dan sering kalah gercep dengan orang lain. Mendapatkan buku ini rasanya seperti mendapatkan buku AMBA, hehehehe, kayak ketiban durian runtuh. 

So, what is this book about? 

Buku ini menceritakan tentang seorang laki-laki yang jago berkelahi dan...kelaminnya nggak bisa berdiri. Asli deh kalimat pertama buku ini sungguh sangat frontal vulgarnya. Ibaratnya kalau dibonceng pakai sepeda motor, pemboncengnya narik gasnya nggak pelan-pelan tapi langsung tancap gas ngeeng alias terjengkang bun sayah yang innocent ini. 😂😂😂 

Nama-nama tokoh di buku 'Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas' sangat unik dan mudah diingat karena hanya terdiri dari dua suku kata, bahkan ada yang hanya satu. Contohnya, Ajo Kawir, Si Tokek, Iwan Angsa, Wa Sami, Rona Merah, Budi Baik, Si Kumbang, Mono Ompong, Iteung, dan Jelita. 

Dari segi jalan cerita, buku ini alurnya maju mundur dengan penulisan yang nggak spesifik dijelaskan kapan maju dan kapan mundur. Namun, karena penulisnya piawai, saya jadi nggak bingung membedakan mana masa lalu dan masa kini (bahkan mana yang imajinasi pun bisa dibedakan). Kalimat-kalimatnya sangat baik dalam mendeskripsikan alur dan keadaan yang sedang diceritakan. Saya nggak mengalami kesusahan dalam membayangkan tempat, adegan, dan benda-benda yang sedang dijabarkan. Trigger warning dari buku ini adalah pelecehan dan kekerasan seksual serta pembunuhan. 

Selain eksplisit dalam menggambarkan adegan dewasa, Eka Kurniawan juga terang-terangan dalam menggambarkan adegan yang menjijikkan, seperti ketika Ajo Kawir buang hajat. Untung beta bacanya pas sudah selesai makan. 😭 

Dengan semakin bertambahnya bab yang saya baca dari buku ini, pertanyaan-pertanyaan di dalam kepala rasanya terjawab satu per satu. Mulai dari kenapa kemaluan Ajo Kawir tidak bisa berdiri, kenapa Si Tokek merasa bersalah, kenapa Iteung jago berkelahi, bagaimana Mono Ompong keluar dari kampungnya dan bertemu dengan Ajo Kawir, sampai dengan benang merah antara jalan cerita dan judulnya yang berbunyi 'Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas'. 

Kalau harus menyimpukan buku ini dengan satu kalimat, menurut saya buku dengan jumlah halaman 256 ini tergolong singkat, padat, dan jelas tapi tbh ending-nya membuat saya bertanya-tanya: "Ha?? Lha teros??"Setelah itu saya baca lagi profil penulisnya, kemudian membatin, "Oh kuliahnya filsafat, oke barangkali memang ada alegori tingkat tinggi di sini." Saya nggak mencoba berpikir lebih dalam, sih, karena memang lagi nggak mau wkwk. I just want to enjoy this book as it is, komedi-komedinya ditaruh di saat yang pas. Jadi, kiasan yang saya peroleh dari buku ini hanya sebatas "manusia bisa memilih untuk tetap tenang dan damai, meskipun kehidupan di sekitarnya keras dan brutal".


*

6 comments :

  1. Kak Endahhh, filmnya udah tersedia di Netflix lhooo! tapi suwer, aku nggak kuat sih nonton filmnya 🤣. Jadi cuma aku skip skip aja nontonnya hanya untuk lihat penggambaran para karakternya seperti apa sih dan penggambaran di beberapa adegan cerita. At the end, aku merasa cukup baca bukunya aja karena filmnya terlalu vulgar seperti bukunya 🤣.

    Wkwkwk berasa naik motor terus langsung di gas banget yaaa dari semenjak halaman pertama 🤣. Aku juga merasa maju mundurnya nggak bikin bingung. Selain itu banyak penggambaran adegan adegan yang cukup explisit, lebih explisit jika dibanding Cantik Itu Luka deh kayaknyaa 😂.
    Endingya sih kayak.. HEH GIMANA?! WOY LAH MASA UDAH ENDING?! gitu yang aku rasakan wkwk

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ya ampuuun aku belum langganan Netflix Liii. xD Nanti kalau udah langganan aku tonton, penasaran. >.<

      Oh jadi Cantik Itu Luka nggak sevulgar ini ya, aku belum baca tau Liii masih ngantre nggak dapet-dapet di iPusnas. :)

      BENEEERRR endingnya cuma gitu doang masaaaa, hrrrrrr.

      Delete
  2. Betul Endah udah ada di Netflix ini filmnya... aktingnya Marthino Lio sama Ladya Cheryl kece banget terus aku suka karena pakai bahasanya as it is kayak di novel, vibesnya jadi berasa kayak film-film tahun 80an hanya saja dengan sinematografi yang lebih canggih 😆

    Bener sih filmnya cukup vulgar juga emang, kalau ga kuat mending baca bukunya aja wkwkwk. Tapi aku pas nonton filmnya sama kayak pas baca bukunya, terkagum-kagum karena ceritanya yang luar biasa enggak biasa wkwkwk.

    ReplyDelete
    Replies
    1. HAAAA MAKIN PENASARAN! T___T

      Wkwkwkwk kuat nggak ya aku nonton filmnya. xD Iya lho ceritanya tuh kayak beda banget dengan novel-novel yang pernah aku baca. Kayak...sebagai orang desa tuh kadang kejadian kayak gitu bisa saja terjadi, cuman nggak kepikiran untuk jadi cerita. xD Keren penulisnya!

      Delete
  3. lahh aku kan jadi penasaran
    komenan Lia sama mba eya kok bilang kayaknya seru
    kalau udah ada di netflix, ehmm apa mending aku liat versi visualnya aja kali ya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Coba aja mba Ainun tonton filmnya, bukunya di iPusnas rebutan soalnya (kalau misal mba Ainun pakai iPusnas).

      Delete

Halo! Terima kasih sudah membaca dan meninggalkan komentar. Komentar yang masuk akan dimoderasi terlebih dahulu.

Back to Top