Who is Dancing Snail? Dia adalah penulis buku pengembangan diri berjudul 'Bukannya Malas, Cuma Lagi Mager Aja'. Tidak hanya menulis, Dancing Snail juga menggambar ilustrasi di bukunya tersebut. Buku ini diterjemahkan dari bahasa Korea ke dalam bahasa Indonesia dan diterbitkan oleh TransMedia Pustaka.
Karena ada campuran esai dan ilustrasi, maka saya dapat menyelesaikan buku dengan jumlah halaman 280-an ini dengan cukup cepat. Buku 'Bukannya Malas, Cuma Lagi Mager Aja' yang saya punya adalah cetakan pertama tahun 2020. Saya belinya di bulan September tahun lalu tapi baru selesai baca bulan ini. 😅
Buku ini berisi pengalaman Dancing Snail dalam menghadapi berbagai masalah di usia 20-an. Sebagai seseorang yang juga sudah melewati rentang usia itu, saya banyak setujunya dengan tulisan Dancing Snail. Ternyata permasalahan overthinking, anxiety, dan insecurity yang melanda manusia usia 20-an adalah normal dan dialami oleh banyak orang, tidak peduli dari mana asal negaranya.
Beberapa highlight yang saya dapat dari buku ini adalah sebagai berikut:
Semakin kita terlalu sensitif dalam menghadapi situasi yang buruk, hal itu hanya akan membuat diri kita memiliki pola pikir yang tidak sehat. (hlm. 19)
One hundred percent agree! Ketika banyak hal negatif terjadi di sekeliling saya dulu, entah itu berita buruk dari media, keributan di medsos, maupun tetangga sebelah yang menyetel musik keras-keras, saya selalu menanggapinya dengan marah atau sedih yang berlarut-larut. Hal tersebut sangat tidak sehat dan memperburuk kecemasan diri. Belakangan ini saya belajar untuk tenang dalam menghadapi semua itu dan pikiran serta emosi saya jadi terkendali.
Terkadang kita memang harus melakukan sesuatu tanpa harus meneliti konsekuensinya terlebih dahulu. (hlm. 25)
Yes. Konsekuensi itu diperkirakan dan dipertimbangkan untuk kemudian dihadapi, bukan diteliti. Cukup objek pengamatan skripsi saja yang diteliti. /krik krik/
Mau bagaimana hidupmu itu, di dalamnya pasti ada keindahan tersendiri. (hlm. 51)
Can't disgaree. Saya sudah curhat tentang hal ini di review buku 1 cm Diving.
Tidak perlu kamu ungkit-ungkit lagi dirimu yang telah lalu dan menghubungkannya dengan dirimu yang sekarang. Masa lalu itu justru akan semakin mengejar kita kalau kita terus mengingatnya. (hlm. 102)
Yup! Di masa lalu, saya sudah melakukan hal terbaik yang bisa saya lakukan di masa itu dengan kompetensi terbaik yang saya punya pada waktu itu. Menyesali masa lalu tentu pernah, tapi ternyata penyesalan itu nggak membawa saya ke mana-mana. Yang ada malah berkubang di kubangan kesedihan yang nggak perlu. Penyesalan juga nggak akan mengubah masa lalu, jadi ya percuma. Akhir-akhir ini saya mulai berdamai dengan diri sendiri karena pilihan yang saya pilih dulu kalau dipikir-pikir ya membawa saya ke titik sekarang ini.
Kamu harus berpikir bahwa kebaikan yang dia berikan untukmu selama ini dengan apa yang kamu peroleh saat ini adalah dua hal yang harus dipikir secara terpisah dan tak perlu menciptakan hubungan negatif di antara keduanya. (hlm. 115)
OMG waktu baca ini pikiran saya langsung melayang ke rekan-rekan kerja, hahaha. Dulu itu saya sering merasa harus membalas kebaikan mereka karena khawatir kalau tidak membalasnya maka mereka akan memperberat pekerjaan saya. That's totally wrong. Malah su'uzon nggak sih jatuhnya wkwk, kalau mau membalas kebaikan orang ya lakukan dengan ikhlas dong sisturr. :))) Saya juga pernah berbuat baik dan mengharapkan mereka melakukan hal yang sama ke saya. Ketika mereka tidak melakukannya, saya merasa terkhianati. Ckckckck so stupid and so pamrih. Hhhh...pantesan dulu mentalnya nggak sehat.
Jika kamu tetap miskin meskipun sudah mencoba mengumpulkan uang, lebih baik jadi si miskin yang riang, kan? (hlm. 131)
HAHAHAHAHAHA SETUJU. 😆 Daripada miskin, murung, terus sakit-sakitan kan makin nggak enak ya. :(
Faktor terpenting adalah anggapan default bahwa orang lain menyukai dan menghargai diri kita dibandingkan dengan mencari-cari tahu arti dan sikap yang orang itu lakukan kepada kita. (hlm. 135)
Ini nih! Saya dulu sering menerka-nerka pikiran atasan di kantor padahal saya bukan seorang Legilimens yang bisa baca pikiran orang. Memang tidak tahu diri. 😌 Selain tebakan yang meleset, hal lain yang saya dapatkan adalah tingkat kecemasan dan ketegangan yang semakin tinggi. Memang ya, berbaik sangka itu penting. 💆♀️
Sering-seringlah mengingat hal-hal yang baik saja. (hlm. 207)
I'm on your side, Dancing Snail! Hal ini berlaku juga ketika overthinking sedang kumat. Biasanya saya selalu khawatir kalau sesuatu menjadi tidak beres di masa depan. Saya lupa kalau di masa depan saya akan berkembang, saya juga lupa bahwa di masa lalu saya berhasil mengerjakan sesuatu itu dengan baik. Jadi, sekarang saya berusaha untuk mengingat hal yang indah-indah demi masa depan cerah sehingga tidak membuat pikiran-buruk-yang-sedang-dibuat-di-dalam-kepala itu terwujud. 🌸
🐳🐳🐳
Bagi teman-teman yang juga berjuang menghadapi overthinking, anxiety, dan insecurity, let's fight and don't give up. *BIG HUGS*
*
Aaaaaaah buku ini tuh menjadi bacaan JanexLia di episode awal banget, aku diizinkan ngadopsi buku ini dari Lia, seneng banget karena aku suka sekali dengan bukunya <3
ReplyDeleteDipikir-pikir buku self improvement Korea itu nyambung banget ya sama kita, apa karena sama-sama budaya timur? Kayak budaya nggak enakan (aslikk ilustrasi po*p itu kocak banget WKWKWKWK) ini kan kita banget. Ternyata di sana pun demikian adanya. Waktu masih kerja di luar, aku juga harus maksain diri banget untuk ngomong "nggak" ke rekan kerja saat emang bener-bener harus nolak. Wah, rasanya berat banget tapi setelahnya plong abis.
Buku ini emang layak dibaca temen-temen yang masih menjalani usia 20an sih, khususnya yang fresh graduate masuk ke dunia kerja. Karena banyak ilustrasi, bacanya lebih fun jugak :D
Setujuuu banget sama Ci Jane! Buku ini cucok banget dibaca oleh pembaca yang usia 20an gitu. Buatku sendiri, bukunya cukup ngena sih 😂 dan mungkin karena budaya Korea agak mirip dengan di sini, jadi beberapa part semakin terasa ngena-nya 😂. Aku juga suka sama ilustrasinyaa! Lucu-lucu dan bikin nggak bosan bacanya wkwkwk
DeleteAku beli buku ini juga karena reviewnya Lia. xD Yes setuju sama kalian berdua, untuk yang usia-usia 20-an (apalagi yang early dan mid) cocok banget baca buku ini. Bisa jadi membantu mengatasi rasa insecure, overthinking, dan anxiety yang sedang dihadapi karena relate dengan kehidupan sehari-hari. Ditambah isinya ada ilustrasinya juga. <3
DeleteYang ditulis merasa banyak benernya juga. Hal-hal yang sebetulnya biasa terjadi di kehidupan sehari-hari. Tapi balik lagi di di bagian "terlalu sensitif menghadapi sesuatu yang buruk......" berarti berkaitan dengan respon kita terhadap sesuatu. Jadi latihan merespon sesuatu yg terjadi. Lingkungan juga ikut andil membentuk orang dan pemikirannya...hihihiii
ReplyDeleteSi miskin yang periang, hahahaha...bener sih, jangan sampai udah gada duit masih terlihat sedih dan lemes. Setidaknya tetap ceria dan memberikan energi positif ke yang lain...hehehehehe
Tulisan yang bagus endah :D
Betul, aku juga merasa gitu. Berada di lingkungan yang ganpang cemas, membuat aku ikutan mudah cemas juga. :( Untungnya sekarang udah lebih bisa mengatur, nggak mau ah terus-terusan cemas. :p
DeleteNAH ITU DIA HAHAHAHA. Dengan bersikap lebih ceria ternyata nggak hanya orang lain aja yang ikutan ceria, mood diri sendiri pun juga terangkat.
Makasih mas Vay, makasih juga udah baca dan komentar~~~
Lucu amaaat bukunya pake ilustrasi giniii 😍😍. Nama pena si penulis juga eye catching deh, bikin penasaran 😄.
ReplyDeleteAku paling tertohok pas baca yg terlalu mikirin masa lalu. Itu aku banget pas dulu. Ngerasa nyesel Ama masa lalu yg udah telanjur terjadi, trus mikir senadainya begini seandainya begitu. Padahal kalo dipikir, ngapain juga disesalin. Udah terlanjur kejadian, memang bisa diputar balik. Yg ada aku malah rugi waktu Krn mikirin hal ga penting. Sejak itu jadi belajar utk ga peduliin lagi masa lalu sejelek apapun itu. Mending jadiin pembelajaran
Iya mba Fan, bacanya juga jadi cepet wkwkwkwk. Nama penanya kayak username Twitter fan account, dan dia nggak nge-reveal nama aslinya siapa. xD
DeleteBetul!!! *pelukan sama mba Fanny because I can relate with your sentences* Emang menyesali sesuatu nggak akan mengubah apa pun, yang ada kitanya rugi emosi, tenaga dan waktu. Masa lalu juga nggak bisa berubah walaupun disesali sesesal-sesalnya. Jadi mending move on ya.