Identitas Buku:
Judul buku: Animal Farm
Penulis: George Orwell
Penerjemah: Prof. Bakdi Soemanto
Penerbit: Bentang Pustaka
Cetakan: Ed. II Cet. 9, Februari 2020
Jumlah halaman: iv + 144 hlm.
ISBN: 978-602-291-282-8
ISBN: 978-602-291-283-5 (EPUB)
Suatu malam, Major, si babi tua yang bijaksana, mengumpulkan para binatang di peternakan untuk bercerita tentang mimpinya. Setelah sekian lama hidup di bawah tirani manusia, Major mendapat visi bahwa kelak sebuah pemberontakan akan dilakukan binatang terhadap manusia; menciptakan sebuah dunia di mana binatang akan berkuasa atas dirinya sendiri.
Tak lama, pemberontakan besar-besaran terjadi. Kekuasaan manusia digulingkan di bawah pimpinan dua babi cerdas: Snowball dan Napoleon. Namun, kekuasaan ternyata sungguh memabukkan. Demokrasi yang digaungkan perlahan berbelok kembali menjadi tiran di mana pemimpin harus selalu benar. Dualisme kepemimpinan tak bisa dibiarkan. Salah satu harus disingkirkan ... walau harus dengan kekerasan.
Animal Farm merupakan novel alegori politik yang ditulis Orwell pada masa Perang Dunia II sebagai satire atas totaliterisme Uni Soviet. Dianugerahi Retro Hugo Award (1996) untuk novela terbaik dan Prometheus Hall of Fame Award (2011), Animal Farm menjadi mahakarya Orwell yang melejitkan namanya.
"Sebuah kisah yang bijaksana, penuh kasih, dan mencerahkan untuk era kita saat ini."
-The New York Times
Review:
Meskipun novel ini adalah alegori politik yang sudah ditulis bepuluh-puluh tahun yang lalu, beberapa kondisi satire yang ada di dalamnya tetap masih relevan dengan politik yang ada di masa sekarang. Tentang merasa bahwa golongannya patut diistimewakan atas golongan lain, tentang penyingkiran lawan politik dengan cara culas, tentang fitnah, tentang juru bicara yang bemulut manis, tentang golongan yang tidak mengerti apa-apa dan tidak tahu sebenarnya mereka melakukan sebuah tindakan untuk siapa.
Hewan-hewan di peternakan Manor melakukan pemberontakan terhadap pemiliknya dan mendirikan kembali peternakan tersebut dengan nama baru yaitu "Peternakan Binatang". Peternakan ini dipimpin oleh dua ekor babi cerdas. Awalnya kondisi hubungan antara mereka berdua masih baik-baik saja namun lama-lama terdapat perbedaan ideologi sehingga salah satunya merasa harus menyingkirkan yang lain dengan cara apa pun.
Golongan babi-babi ini bisa membaca dan menulis, sedangkan hewan-hewan lainnya seperti unggas, kuda, dan anjing tidak memiliki keahlian ini. Para babi mengajari hewan lainnya walaupun beberapa dari mereka tidak bisa semahir babi-babi dalam hal membaca dan menulis. Hal inilah yang menjadikan para babi merasa harus mendapat hasil panen terbaik guna menunjang otak mereka untuk memikirkan strategi terbaik bagi Peternakan Binatang. Siapa yang memanen hasil ladang? Tentu saja hewan-hewan selain babi.
Tokoh-tokoh hewan selain para babi digambarkan dengan berbagai karakter. Ada yang kuat dan rajin bekerja, tidak peduli dengan cara kepemimpinan para babi, yang penting mereka bekerja demi kemakmuran Peternakan Binatang. Ada yang melakukan pemberontakan atas kekuasaan seekor babi yang lama-lama menjadi tirani, sama dengan kekuasaan manusia sebelumnya dan bahkan lebih buruk. Ada yang sama sekali tidak tahu menahu dan bingung dengan apa yang terjadi di peternakan tersebut.
Alur cerita di novel ini tergolong cukup cepat dengan hanya terdiri dari sepuluh bab. Gaya penceritaannya tidak bertele-tele tetapi membuat saya berpikir ini kira-kira pihak siapa ya yang diwakilkan oleh binatang-binatang ini pada masa Perang Dunia II dulu? Tapi daripada pusing memikirkan itu terus-menerus, saya lebih memilih untuk pasrah mengikuti alur ceritanya tanpa lebih jauh menebak-nebak isinya untuk satire pihak yang mana. Saya lebih memilih untuk berpikir bahwa beberapa adegan masih sangat relevan dengan politik yang ada sekarang (melihatnya dari kacamata awam).
Para babi yang sedang berada di tampuk kekuasaan dengan semena-mena mengubah aturan terdahulu agar sesuai dan menguntungkan diri mereka sendiri dan golongannya. Sounds familiar, right? Waktu membaca adegan yang sesuai dengan kondisi perpolitikan sekarang, saya rasanya seperti ingin marah tapi saking ingin marahnya sampai tidak bisa marah dan hanya geleng-geleng kepala. Terlebih ketika membaca hewan-hewan lain yang bekerja keras tapi tidak tahu untuk apa dan untuk siapa lagi mereka bekerja mengingat pemimpin mereka ribut sendiri di dalam rumah mantan majikan. Kalau membaca yang ini sih jadinya malah sedih teringat apa yang terjadi di negeri sendiri.
*
Waaah Endah akhirnya udah baca Animal Farm!! Dulu aku pas baca ini langsung overthinking mikirin negara wkwkwk
ReplyDeleteSetelah bersusah payah sehari baca satu bab akhirnya tamat juga kak😂 SAMAAA HUHUHU langsung pusing kok sama banget ini beberapa keadaan dengan masa sekarang😭
Delete