October 1, 2019

When I were in Bangkok - Thailand


Bicara soal Bangkok, saya nggak terlalu familiar dengan kota ini. Beda dengan Kuala Lumpur atau Singapura yang begitu dengar namanya langsung inget menara Petronas dan patung Merlion. Jadi hari-hari sebelum berangkat ke Bangkok dulu, saya agak mikir ekstra dalam mencari landmark apa yang harus dikunjungi.

Tbh pinginnya kayak Red Velvet di 'Level Up Season 1' yang mainnya di pantai Phuket (atau Pattaya?), tapi nggak mungkin soalnya jauh dari Bangkok. Begitu pun dengan Krabi, hehe. Nontonnya variety show Korea terus jadinya yang dicari kalau nggak Phuket ya Krabi.

Setelah browsing sana sini dan nonton vlog beberapa Youtuber tanah air, dapat beberapa daftar tempat yang ingin dikunjungi. Kalau nggak salah dulu ada belasan tempat, kemudian menyusut jadi kurang dari sepuluh setelah melakukan diskusi dengan seorang teman. Akhirnya ke mana saja selama di Bangkok?


1. Museum of Natural History, Chulalongkorn University
Museum ini menyimpan koleksi berbagai awetan makhluk-makhluk dari Kingdom Animalia, mulai dari pisces sampai mamalia. Koleksi macam-macam invertebrata juga dipunyai oleh museum yang letaknya di Department of Biology, Faculty of Science, Chulalongkorn University ini.



Kalau pernah ke Museum Satwa di Jatim Park 2 Batu, kesannya jadi agak familiar sewaktu melihat-lihat koleksi museum ini. Bedanya awetan makhluk-makhluk air di Museum Satwa hanyalah model, kalau di museum ini ikannya asli jadi warnanya pucat.

Bagian yang paling menarik perhatian saya di Museum of Natural History adalah rangka manusia dewasa dan bayi serta awetan janin manusia asli. Kalau di Indonesia udah jadi kontroversi.


Selain itu ada juga model rangka beberapa hewan seperti anjing, kelelawar, katak, ikan, dan ular yang merupakan karya terbaik mahasiswa-mahasiswa di sana. Mereka membentuk satu kelompok yang berisi dua sampai tiga orang dan mengerjakan tugas menyusun rangka itu. Keren banget kan. Jadi pingin kuliah jurusan Biologi hehehe.



2. KBRI di Bangkok
Ini adalah pengalaman pertama seumur hidup: mengunjungi gedung Kedutaan Besar Indonesia di luar negeri. Kalau mengingat-ingat pelajaran Kewarganegaraan waktu SMA dulu, seluruh wilayah kedubes di luar negeri adalah teritori dari negara yang bersangkutan. Mohon koreksi kalau salah.


Ada apa saja di KBRI? Ada petugas keamanan dan karyawan-karyawan yang bertugas pada saat itu. Nggak cuma orang Indonesia, tapi juga orang Thailand. Ada sekolah untuk anak-anak Indonesia mulai TK sampai SMA dan ada masjid. Siang itu lagi sepi, nggak ada acara apa-apa.


3. Chatuchak Weekend Market
Sebelum ke Thailand, teman saya browsing jam buka pasar Chatuchak. Infonya hari Rabu atau Kamis udah ada yang jualan, nggak perlu nunggu akhir pekan seperti namanya: Chatuchak Weekend Market. Nyatanya waktu ke sana di hari yang disebutkan itu ya pasarnya tutup hahaha. Tapi kalau mau cari bibit atau benih tanaman bisa di hari Kamis pagi sebelum hari makin siang.


Melihat tatanan pasar ini, kalau berkunjungnya di akhir pekan sepertinya bakalan asik banget. Berasa belanja sebagai turis yang sesungguhnya kayak di Malioboro atau China Town KL dan Singapura. Info tentang jam buka dan section apa menjual apa bisa dilihat di website ini.


4. The Grand Palace
Waktu ke sini matahari udah agak tinggi jadinya puanasnya pake buanget. Silau men. Sangat dianjurkan untuk pakai topi atau bawa payung. Selain itu juga udah ruame buanget edan isinya manusia semua. Emang bener kata orang-orang yang pernah ke The Grand Palace kalau waktu yang paling baik ke sini adalah pagi hari.

Terus kalau datangnya kesiangan jadi nggak bisa menikmati dong? Masih bisa kok. Jalan-jalan aja menelusuri setiap sudut yang ada di The Grand Palace. Ada beberapa titik yang pengunjungnya nggak terlalu banyak. Kalau mau foto diri dengan background yang sepi masih sangat bisa.

Sebuah contoh jika berfoto di tempat yang ramai.

The Grand Palace adalah kompleks bangunan di jantung kota Bangkok. Bangunan istana tersebut menjadi kediaman resmi raja-raja Thailand sejak tahun 1782. Nggak hanya sebagai rumah kerajaan, di The Grand Palace juga terdapat gedung-gedung pemerintahan dan Temple of Emerald Buddha yang tersohor. Luas areanya mencapai 218.000 meter persegi dan dikelilingi oleh tembok sepanjang 1.900 meter (sumber). 









5. Wat Pho
Letaknya nggak jauh dari The Grand Palace, cukup berjalan sekitar sepuluh sampai lima belas menit. Wat Pho adalah tempat di mana patung Buddha berbaring (reclining Buddha) berada. Suasananya lebih sepi dibandingkan The Grand Palace.

Patung reclining Buddha ini mempunyai panjang 46 m dan tinggi 15 m (sumber).

Kaki reclining Buddha panjangnya 5 m (sumber).







6. Wat Arun
Wat Arun dan Wat Pho posisinya berseberangan dan terpisah oleh sungai Chao Praya. Kalau dari Wat Pho bisa naik perahu dengan membayar tiket seharga 4 THB untuk menyeberang ke Wat Arun.



Luas wilayah Wat Arun lebih kecil daripada Wat Pho, apalagi The Grand Palace. Selain dari luasan, warna dominan ketiga tempat ini juga berbeda-beda. Wat Arun dominan putih, Wat Pho berwarna-warni, sedangkan Grand Palace dominan warna emas.

Wat Arun was envisioned by King Taksin in 1768. The imposing spire rises over 70 metres high, beautifully decorated with tiny pieces of coloured glass and Chinese porcelain placed delicately into intricate patterns (source).






7. Khao San Road
Saya dan teman saya ceritanya habis dari Wat Arun kembali lagi ke Wat Pho untuk naik tuktuk ke Khao San Road. Karena sudah baca majalah pariwisata dari sebuah maskapai waktu terbang ke Thailand soal tarif tuktuk yang mewajibkan untuk deal terlebih dahulu sebelum naik, saya nawar ke sopirnya dengan pakai patokan harga Grab.

Khao San Road adalah sebuah jalan layaknya jalan Malioboro. Di kanan dan kiri banyak sekali kios-kios yang menjual aksesoris khas Thailand. Banyak bar dan tempat makan juga. Kayaknya tempat ini semakin malam semakin ramai.


Beli apa di Khao San Road? Errr...nggak beli apa-apa hahaha. Banyak kios yang nggak melabeli barangnya dengan tulisan harga. Jadi kalau mau beli harus nanya dulu dan nawar. Kalau dipikir-pikir harga aksesoris di sini malah lebih mahal daripada di mall-mall kawasan Siam. Bisa jadi karena yang ke sana kebanyakan bule. Turis-turis Korea Selatan juga banyak banget yang jalan-jalan di Khao San Road.

Pengalaman nggak mengenakkan terjadi di sini. Waktu mau balik ke hotel, saya dan teman saya rencananya naik tuktuk. Kami ngecek tarif dulu di Grab sebelum menerima tawaran para sopir tuktuk di Khao San Road. Ada satu sopir yang menawarkan harga tiga kali lipat lebih tinggi dari tarif rata-rata Grab. Kami nggak mau dong dan nawar sesuai tarif yang ada di Grab. Sopirnya itu nolak dengan alasan macet, yaudah kami berlalu kan.

Eh masih dikejar sambil nurunin tarifnya tapi masih dua kali lipat lebih mahal. Kami nggak mengiyakan karena udah lah pakai Grab aja. Tau nggak apa yang terjadi selanjutnya? Sopir itu banting petanya sambil marah-marah! Kami tetap berjalan dengan langkah sewajarnya menjauhi sopir itu. But deep inside my soul rasanya jantung mau copot, gemeteran, dan deg-degan banget takut kalau-kalau kami dikejar terus disakiti huhuhu. Hati-hati kalau ke Khao San Road, ke sana pas matahari masih bersinar aja.


8. Mall MBK dan Platinum
Saya belanja oleh-oleh di kedua mall yang ada di kawasan Siam ini. Menurut sepengamatan saya, MBK lebih mewah daripada Platinum. Dari segi harga juga MBK sedikit lebih mahal. Makanya Platinum lebih ramai pengunjung. Bagi yang suka belanja, Bangkok adalah surga dunia. Barang-barang yang dijual bagus dan bervariasi mulai dari pernak-pernik, fashion, make up sampai barang elektronik. Harganya pun relatif terjangkau.

Festival jajajan di depan mall MBK.

Anyway akhirnya keinginan saya nyobain banana roti, mango sticky rice, dan coconut smoothie keturutan juga waktu jalan-jalan di depan mall Platinum hohoho. Aslinya pingin coconut ice cream tapi kemudian mikir-mikir kalau makannya kan di hotel jadi pasti nanti es krimnya leleh di jalan dan nggak estetik waktu difoto, akhirnya belok beli coconut smoothie deh. *digampar*


Banana roti yang rasanya mirip pisang goreng.

Mango sticky rice: ketan dan mangganya enak banget. T_____T

Coconut smoothie~


Itu tadi tempat-tempat yang saya kunjungi sewaktu di kota Bangkok. Dari kacamata saya pribadi kota ini mirip dengan Jakarta, gedung-gedung tingginya serta panas dan macetnya.

Bedanya Bangkok lebih bersih dan mobil-mobilnya jarang banget nget nget bunyiin klakson. Padahal nih ya lampu merah di sana tuh panjang banget, semenit lebih. Tapi nggak ada yang klakson-klakson waktu lampu hijau baru nyala. Lampu hijaunya sendiri juga lama nyalanya.

Selama di Bangkok, saya cuma denger klakson mobil dua kali. Pertama, waktu ada turis cewek ngalangin mobil pas telponan di depan penjual coconut ice cream. Itu pun klaksonnya nggak bunyi keras sama sekali, saya sampai minggirin cewek itu soalnya dia nggak denger bunyi klakson. Kedua, waktu di tol mau balik ke bandara. Bunyinya cuma "tin" pendek gitu, nggak tau mobilnya kena apa.

Yang luar biasa lagi adalah pengendara kendaraan bermotor di Bangkok selalu ngalah dengan pejalan kaki yang mau nyebrang. Kalau dilihat ada yang mau nyebrang, mereka langsung injak rem bukan injak gas. :)

Orang-orang yang saya temui di Bangkok juga sebagian besar baik dengan orang asing. Walaupun jalan terburu-buru di stasiun, mereka nggak pernah marah, ngumpat, atau berdecak ke orang asing yang kebingungan baca petunjuk peron atau bingung tap kartu waktu keluar stasiun padahal kartunya harusnya dimasukkan ke mesin pintu keluar. Mereka nggak segan nunjukin sisi pintu lift mana yang akan terbuka ketika bersama orang asing di dalam lift yang pintunya ada di depan maupun belakang. Mereka juga dengan senang hati menunjukkan arah kalau ada yang bertanya.

Pengalaman pribadi mengesankan waktu beli sebuah snack di mall, tulisannya huruf Thailand semua. Lalu saya tanya ke seorang mahasiswi yang kebetulan ada di dekat saya saat itu, apakah komposisi snacknya mengandung babi atau tidak. Mbaknya menjawab dengan ramah banget huhu terharu.

Anak kuliahan di sana pakai seragam lho. Yang cewek pakai kemeja putih yang dimasukkan ke dalam rok warna gelap. Kalau anak cewek yang masih sekolah seragam atasan warna putihnya nggak dimasukin ke rok, sementara yang cowok kemeja atasnya dimasukkan. Saya langsung inget sama seragam Nam dan Shone di film 'Crazy Little Thing Called Love'.

Masih ingat kan kalau Shone di film tersebut diperankan oleh Mario Maurer yang gantengnya bikin mata seger itu? Wajah dia ada di mana-mana di Bangkok. Di badan bus, di papan iklan stasiun, di badan keretanya juga, di produk men's groom, wah...beliau sepertinya ikon kebanggaan negeri.


Wajah Nichkhun dan BamBam GOT7 juga ada di beberapa titik di kota Bangkok. Lisa BLACKPINK yang susah nemuinnya, saya cuma lihat sekali di layar monitor gede waktu ada iklan yang dia jadi bintangnya. Nggak sempet kefoto karena waktu saya ngeluarin kamera, iklannya udah ganti HUHUHUHU SEDIH HATIKU.


Mayoritas penduduk Thailand menganut agama Buddha. Nggak heran di depan gedung hotel, perkantoran, pasar, atau mall banyak ditemui kuil yang ada patung Buddhanya. Mirip dengan kuil-kuil umat Hindu yang bisa dengan mudah ditemui di Bali.

The four-faced Buddha (cmiiw)

Sebagai penutup postingan, saya lampirkan kompilasi video yang saya ambil selama di Bangkok. Selamat nonton dan bagi yang pingin ke Thailand semoga segera terkabul!




*

No comments :

Post a Comment

Halo! Terima kasih sudah membaca dan meninggalkan komentar. Komentar yang masuk akan dimoderasi terlebih dahulu.

Back to Top