October 14, 2019

JOKER (2019): "Don't Smile"


Waktu film ini baru masuk bioskop Indonesia, salah seorang teman nyuruh saya untuk nonton (padahal dia nggak nonton). Saya tentu saja menolak karena udah mikir duluan kalau film ini sama aja kayak film-film super hero dan anti-hero universe buatan Marvel (bedanya Joker di DC) yang mana nggak menarik perhatian saya sama sekali.

Kemudian film Joker ramai dibicarakan di dunia twitter. Banyak sekali yang memuji film ini katanya bagus sampai-sampai bikin gloomy setelah nonton. Ini bukan sarkasme.

Sabtu minggu lalu di saat mood lagi kacau karena suatu sebab, saya nonton trailernya dari channel Warner Bros. Gilaaa...langsung banjir air mata dong huhuhu. Udah hati dan pikiran kacau, nontonnya film yang pemeran utamanya nelangsa banget nasibnya. Kombo nggak tuh. Tapi habis itu saya lega. Emang kalo lagi sedih paling enak dibuat nonton yang sedih-sedih juga biar bisa nangis terus habis itu merasa sedikit lebih baik.

Empat hari setelahnya saya putuskan untuk ke bioskop nonton Joker. Mood udah jauh lebih baik karena hari Minggunya ketemuan sama temen-temen fandomku yang baik hati~~~ yeay!!

Oh iya saya nontonnya di Moviemax Dinoyo Mall. Akhirnya untuk pertama kalinya main ke mall Dinoyo HAHAHAHA. Mallnya lebih sepi dibanding Matos dan MOG. Studio di bioskopnya lebih luas dibandingkan Cinemaxx Matos maupun XXI Transmart Malang. Di samping bioskopnya ada mushola yang luas, enak banget.

Anyway kembali ke topik utama yaitu film Joker. Sumpah saya pingin banget nangis nonton tokoh utamanya, Arthur Fleck. Tapi ya...lagi-lagi saya tahan karena banyak orang. Sebenernya gapapa kan nangis di bioskop, entahlah kayaknya mata saya langsung auto ngerem biar nggak mengeluarkan air mata kalau di tempat ramai hahaha.

Beberapa adegan yang bikin saya mau nangis adalah sebagai berikut:
  1. Waktu Arthur Fleck lagi kerja joget-joget jadi badut di pinggir jalan kota Gotham yang ramai. Nggak ada yang peduli sama dia. Malah ada segerombolan ABG laki-laki yang merebut properti papan tulisan yang dibawa Arthur. Anak-anak ini adalah manusia-manusia yang sedang di dalam fase usia sok, suka petantang-petenteng merasa hebat dan keren karena belum tau kejamnya dunia. Sebel banget asli. Arthur yang lagi lari ngejar mereka mukanya digeplak pakai papan tulisan itu dong astagaaa. Habis itu ditendangin sama mereka. SUSAH BANGET CARI DUIT YA ALLAH. 😭
  2. Waktu Arthur di dalam bus umum dan menghibur seorang anak kecil yang ngelihatin dia terus, padahal Arthur nggak dandan jadi badut. Eh ibunya anak ini malah ngomel ke Arthur dan bilang jangan gangguin anaknya. Seketika Arthur langsung refleks ketawa ngakak yang nggak bisa dia kontrol. Ternyata ini adalah penyakit yang dia derita. Kalau lagi panik atau marah yang nggak bisa dia luapkan jadinya gitu. 😭
  3. Waktu pengobatan sakit mental Arthur dihentikan oleh terapisnya karena masalah keuangan dari rumah sakit pusat. Bahkan pemerintah kota Gotham nggak bisa menjamin kesehatan mental warganya yang membutuhkan. Kacau bener. Emang sistem pemerintahan kota ini lagi carut marut sih. 😭
  4. Waktu mengetahui fakta kalau Arthur merawat ibunya yang sudah tua dan sakit-sakitan di apartemennya yang sempit dan kumuh. Meanwhile dia sendiri struggle dengan pekerjaan, cita-cita, dan kesehatan mentalnya. Gila nggak, kurang menderita apa lagi Arthur Fleck. 😭
  5. Waktu dia disuruh bertanggung jawab mengembalikan properti papan tulisan yang sudah saya ceritakan di poin pertama. Bosnya nggak mau tau kayak apa kejadiannya yang penting Arthur harus balikin atau mengganti rugi papan tulisannya.
  6. Waktu Arthur jadi badut untuk menghibur anak-anak penderita kanker di sebuah rumah sakit. Imagine if you were him, how's your feeling? You have to make other people laugh, meanwhile your life is miserable. Di tengah-tengah aksinya, pistol yang dikasih temannya ke dia jatuh dong. YA ALLAH...DIPECAT SEKETIKA. Mana temen yang ngasih pistol itu ngefitnah lagi bilang kalau Arthur pingin beli pistol itu. 😭
  7. Waktu Arthur masih pakai riasan badut, mau pulang ke rumah malam-malam naik kereta. Di dalam kereta itu ada seorang wanita muda yang digodain sama tiga pria yang masih muda juga. Mereka pekerja kantoran elit tapi moralnya bejat. Arthur marah melihat kejadian itu dan tau kan kalau dia marah dan nggak bisa mengeluarkan amarahnya? Iya, dia ketawa ngakak di luar kuasanya. Tiga pemuda itu nggak terima dan nggak mau menerima penjelasan Arthur, langsung deh mukulin Arthur. 😭

Kejadian lanjutan di poin ketujuh nggak saya ceritakan ah biar spoilernya nggak terlalu banyak hehehe. Kalau misalnya saya nonton lagi, kayaknya ada banyak adegan yang bikin saya pingin nangis. Sampai postingan ini terbit, yang saya ingat hanya tujuh poin tadi.

Tiga per lima film ini memang gloomy dan depresif banget. But I enjoyed it. Rasanya tuh kayak bisa merasakan apa yang Arthur rasakan. Tentang bobroknya sistem pemerintahan maupun pekerjaan contohnya. Like...this world is not fair but I have to keep moving to survive. I can do this, but why this is so damn hard. Begitu kira-kira.

I really want to hug Arthur because I know how hard it is when you have mental illness. Saya nggak lagi depresi atau apa sih, tapi pernah ada di dalam masa terpuruk dan sedih. Kita semua pernah seperti itu bukan? Tentunya dengan level yang beda-beda.

Untungnya semakin mendekati akhir, film ini semakin tampak kadar kefiksiannya. Secara perlahan saya disadarkan gitu lho kalau ini tuh cuman film bukan kisah nyata. Arthur Fleck hanya tokoh fiksi belaka di dalam film super hero. Sedihnya udahan dulu ya, jangan berlebihan. Tindakan Arthur jangan direfleksikan di kehidupan nyata, oke? Oke.

Besoknya saya diskusi dengan beberapa teman. Mulai deh membicarakan tentang teori-teori versi masing-masing. Kalau versi saya begini:

...

Nggak ah. Udah bilang nggak mau spoiler banyak-banyak hahaha.

Yang pasti film Joker ini bagus banget dalam menampilkan komedi ironi. Jalan ceritanya runut dan bisa jadi plot twist untuk beberapa orang yang berpikiran ini plot twist. Pendapat orang beda-beda kan jadi ya suka-suka aja bikin teori atau percaya teori mana yang sudah ada. Scoringnya patut diacungi jempol karena berhasil menyayat hati dan perasaan. Sinematografinya menampilkan pemandangan berantakan, kacau, dan kumuh dengan sangat apik. Penempatan scene kocaknya tepat banget, jadi tenang aja nonton Joker masih bisa tertawa. And...Joaquin Phoenix deserves an Oscar.

See you on my next post!


*

2 comments :

  1. That "kalau versi saya begini... Nggak ah." 😂😂😂 nyebelin yaah wkwkwk.. Setuju banget, Joaquin Phoenix deserves an Oscar for his performance in Joker. Even adegan dia menari doang itu udah award-able banget sih.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wkwkwkwk titik-titik itu isinya sama kayak yang aku ceritain ke kak eya di dm😂 menarinya dia tuh berpegang teguh pada prinsip "dancing like no one watching"👌

      Delete

Halo! Terima kasih sudah membaca dan meninggalkan komentar. Komentar yang masuk akan dimoderasi terlebih dahulu.

Back to Top