May 18, 2022

#JanexLiaRC: Siapa yang Datang ke Pemakamanku Saat Aku Mati Nanti?


What a title!

Buku dengan judul yang cukup panjang ini ditulis oleh seorang penulis Korea bernama Kim Sang-hyun dan diterbitkan oleh Penerbit Haru dengan ketebalan 168 halaman di cetakan kelima bulan Juli 2021.

BUKUNYA TENTANG APA?
'Siapa yang Datang ke Pemakamanku Saat Aku Mati Nanti?' tergolong buku non-fiksi bergenre self improvement dengan rating 15+. Di dalamnya berisi delapan puluh lima esai pendek Kim Sang-hyun tentang perenungan terhadap hidup. Dia sedang berusaha untuk hidup sedikit lebih baik, lebih bahagia, dan lebih sejahtera. Delapan puluh lima esai pendek tersebut dibagi menjadi empat bab.


KESAN
Sering kali ketika membaca buku kumpulan esai yang dibagi per bab seperti ini, saya nggak terlalu memedulikan tema tiap bab. Saya merasa tiap tulisannya ya sama saja tentang pengembangan diri, perenungan hidup, dan terkadang bisa diambil beberapa kalimat di dalamnya sebagai QOTD.

Mengenai keterkaitan judul dengan isi buku secara umum, menurut saya agak nggak nyambung, hehehe. Hal ini karena judulnya hanya nyambung dengan satu esai saja. Esai tersebut berjudul 'Kenangan dan Kematian'. Esai ini menjadi salah satu tulisan yang saya favoritkan dari buku 'Siapa yang Datang ke Pemakamanku Saat Aku Mati Nanti?'. Esai lain yang saya sukai berjudul 'Latihan Mengurangi Kekuatan'.

Di 'Kenangan dan Kematian', Kim Sang-hyun menceritakan tentang film Coco dan kepergian kakek yang disayanginya. Melalui perenungan dua hal tersebut, dia ingin hidup sebaik-baiknya dengan hati yang penuh kehangatan, serta ingin menjadi orang baik dan bertemu dengan orang baik lainnya.

Sementara di 'Latihan Mengurangi Kekuatan', Kim Sang-hyun bercerita tentang kengototannya dulu terhadap hubungan dan pekerjaan. Tanpa ia sadari, hidupnya menuju ke arah "ingin terlihat punya banyak teman, banyak uang, dan lebih bahagia daripada orang lain". Keadaan itu malah menyiksanya, dia justru menjadi orang yang banyak kehilangan. Seiring bejalannya waktu, Kim Sang-hyun sadar bahwa ada hal-hal yang tidak bisa ia dapatkan meskipun ia ngotot. Dia lalu membuat dirinya memiliki waktu dan ruang untuk memikirkan hidup dan orang lain, serta mengurangi kebencian terhadap hal-hal yang tidak dia sukai (karena kebencian akan merugikan perasaan dan waktu). Kim Sang-hyun berharap menjadi orang yang hangat, bisa menjaga hubungan dengan jarak yang tepat, mencintai semua hal yang indah, dan orang-orang yang ia sayangi berada di sisinya.

Membaca buku ini membuat saya tidak lagi bingung dengan konsep "lakukan apa yang ingin kamu lakukan". Saya juga mendapat sudut pandang yang tepat dalam memandang orang baik dan orang yang suka memanfaatkan kebaikan orang lain. Selain itu, saya pun jadi bisa menangkap dengan jelas konsep take and give, dan perbedaan antara orang yang jujur dalam mengungkapkan perasaan dengan orang yang ugal-ugalan mengatakannya (alias dia merasa jujur tapi sebetulnya itu adalah muntahan emosinya).


KUTIPAN MENARIK
  1. Kebaikan adalah kebaikan dan gampangan adalah perkara yang berbeda. Yang jadi masalah bukan aku yang terlihat gampangan karena baik, tetapi orang yang menggampangkan kebaikan. (hlm. 25-26)
  2. Tidak perlu mencemaskan kecemasan, tidak perlu gelisah akan kegelisahan, dan tidak perlu takut akan rasa takut. Karena, kebahagiaan akan segera datang. ... Hidup tidak ditentukan atau dinilai oleh satu saat tertentu saja. ... Kita ini sedang melalui sebuah perjalanan, karena itu kita menghadapi berbagai hal. (hlm. 29)
  3. Ada begitu banyak arti dari kalimat 'lakukanlah apa yang ingin kau lakukan': mengejar mimpi, merasakan cinta, juga melakukan hobi yang membuat kita bertahan melalui hari-hari yang sulit. ... Kita tidak akan pernah tahu bagaimana hasilnya tanpa mencoba. Saat sedang mencobanya pun kita tidak akan tahu bagaimana akhirnya. ... Orang lain pun tidak mengetahui semuanya. ... Meski menuju ke arah yang tidak sesuai dengan harapan, kita sedang menuju ke sebuah tempat yang bagus. Jadi, jangan cemas. (hal. 30)
  4. Aku ingin hidup tanpa menyesali pilihanku yang salah. Aku percaya ada alasan untuk itu. ... Masa-masa sulit dan kekurangan dalam berbagai bentuk akan menghampiri semua orang selama hidup di dunia ini. (hlm. 32)
  5. Bukankah tidak ada salahnya mengarahkan kejadian buruk apa pun ke arah yang lebih baik? Dengan demikian, itu akan bisa diingat sebagai kejadian yang lebih bermakna. Apa pun itu, jika pada akhirnya semua akan menjadi kenangan, aku ingin meninggalkan kenangan yang indah. (hlm. 37)
  6. Jika kamu tidak bisa menunjukkan sosok terbaik dirimu kepada semua orang, jangan jadikan itu beban pikiran. ... Tidak penting bagaimana orang berpikir tentangmu. ... Hiduplah sebagai dirimu. (hlm. 44)
  7. Mau gagal dan malang pun, kita harus tetap makan. ... Aku teringat akan satu hal, bahwa semuanya akan berlalu. Jadi, aku harus tetap berusaha dan bertahan. ... Pada akhirnya, cobaan punya masa kedaluwarsa, kemudian berlalu. (hlm. 56-57)
  8. Memberi dan menerima perasaan pada akhirnya adalah tentang memikirkan, berempati, dan memahami orang lain. Simpati, empati, dan kebersamaan dapat membuat perasaan stabil. (hlm. 61)
  9. Menyampaikan rasa cinta, terima kasih, dan permintaan maaf dengan jujur adalah cara yang paling efektif. ... Mengekspresikan perasaan secara jujur dan memuntahkannya secara membabi buta adalah dua perkara yang berbeda. (hlm. 70)
  10. Jika seseorang memberimu kantong sampah, buanglah. Tidak perlu kecewa, kesal, dan terluka sendirian oleh fakta bahwa orang itu memberimu sampah. Kamu tidak perlu membawa sampah itu ke dalam hidupmu yang sudah cukup sulit untuk kamu lalui sendirian. (hlm. 103-104)
  11. Aku selalu yakin bahwa aku bisa melakukan semuanya dengan baik dan bahwa semuanya akan membaik, dengan begitu aku bisa melangkah maju dengan penuh keberanian. ... Daripada hanya mengharapkan kebahagiaan di esok hari, lebih baik segera cari apa yang membuatmu bahagia hari ini. (hlm. 135)
  12. Nyatanya, memang ada kebahagiaan di antara ketidakbahagiaan dan kemalangan. Jadi, jangan terlalu bersikap negatif jika ada kemalangan datang kepadamu, karena yang sebenarnya akan datang setelah itu adalah kebahagiaan. Aku ingin merawat kebahagiaan di sekelilingku, satu per satu, lalu menanamnya dalam hati. (hlm. 164)


*

No comments :

Post a Comment

Halo! Terima kasih sudah membaca dan meninggalkan komentar. Komentar yang masuk akan dimoderasi terlebih dahulu.

Back to Top