Seperti Berkaca Membaca 'Semangat, Tante Sasa!'

[99% curhat, 1% review]

Sebagai tante-tante milenial berponakan dua, yang mana satunya adalah Zillenial akhir sedangkan satunya lagi generasi alpha, saya tentu ikut merasakan bagaimana rasanya mengasuh anak kecil. Yaaa...walaupun nggak 24/7 juga sih, hehehehe. Paling-paling dalam satu hari, saya hanya menghabiskan waktu 3-4 jam bermain dengan mereka. Itu pun sudah capek pake banget plz.

Makanya ketika membaca ulasan novel 'Semangat, Tante Sasa!' yang ditulis oleh mba Tika, Lia, dan Ci Jane, saya merasa nggak asing dengan beberapa hal tentang pengasuhan anak. Novel 'Semangat, Tante Sasa!' karya mba Thessalivia ini bercerita tentang seorang wanita karir yang harus menjadi pengasuh keponakannya yang masih berusia enam tahun. Wanita karir ini bernama Sasita, keponakannya bernama Velisa. Velisa dititipkan ke Sasita karena ibu Sasita pergi naik haji. Jadilah Sasita menjadi "ibu" untuk Velisa selama empat puluh hari.

Begitu mendapat kesempatan untuk membaca novel 'Semangat, Tante Sasa!', tentu nggak saya sia-siakan (THANKS A LOT LIII!). Di sela-sela pekerjaan yang lagi banyak, novel ini menjadi penghibur diriku di kala pikiran sedang ruwet.

Cerita di dalam novel ini dekat dengan kehidupan sehari-hari, nggak asing lah saat membacanya. Alurnya juga nggak membingungkan walaupun ada beberapa bab kilas balik. Selesai membaca novel ini, rasanya...the ending made me craving for a sequel. >.<

Anyway, hal yang membuat saya seperti melihat diri sendiri ketika membaca 'Semangat, Tante Sasa!' adalah kebersamaan Sasita dan Velisa. Sumpah ya Velisa ini bener-bener tingkahnya mirip dengan keponakan saya, hahaha. Misalnya kalau Velisa lagi makan tuh suka lamaaa banget selesainya. Persis dengan keponakan saya waktu dia TK dulu. Sarapan sambil nonton televisi, beuhhh...udah deh. Kalau nggak diingetin buat menyuap, lupa lah dia kalau lagi makan. Begitu diajak makan di luar, eh mendadak makannya jadi cepet banget. Mana ekspresi wajahnya happy lagi. 😂

Selain tentang makan, kesamaan lain Velisa dengan keponakan saya adalah saat nonton YouTube. Apalagi keponakan yang paling kecil, udah gedenya di masa pandemi, yaudahlah jadinya akrab banget sama platform berbasis video itu. Bahkan jempolnya sudah ready untuk menekan 'Skip this Ad'. 🙂 Begitu diajak bermain permainan yang mengasyikkan, dia lupa dengan ponsel.

Hohoho...semudah itu ternyata perhatianmu teralihkan. *digampar* *APANYA YANG MUDAH HAH APANYA* 😭

Main sama anak kecil memang asyik, tapi capeknya brooo...nggak nahan. 😂 Kalau main board game sih masih mending ya, kalau sampai dia ngajak kejar-kejaran atau main engklek gitu...udah deh umur nggak bisa bohong. Anak kecil sungguh energinya luar biasa nggak habis-habis.

Tularkan energimu ke tante dong say biar akika kuat menghadapi dunia. /PLAK/

Walaupun kadang sebel dan capek menemani anak-anak bermain (karena doi nanya mulu cuy, bahkan untuk pertanyaan yang sebenarnya dia tahu jawabannya😂), lalu kalau tiba-tiba mereka spontan mengeluarkan kalimat ajaib seperti "terima kasih ya tante sudah mau main sama aku" atau "senang banget main sama tante", wahhh...tetep capek sih LOL. Tapi jadi langsung gemes dan bahagiaaa. Berasa orang penting sedunia huhuhuhu. Sayang keponakan-keponakanku dan Velisa. Terima kasih sudah membuat tante lupa sejenak dengan kecapekan duniawi. ❤

Duh...anak kecil tuh emang inosen banget ya, jadi kalau misalnya kita (kita???) kesal dengan hal lain tapi kemudian jadi marah-marah ke mereka, mereka cepet banget maafinnya. 😭 Jujur waktu baca bagian ini saya pingin nangis deres teringat kelalaian di masa jahiliyah. Pingin lari ke rumah meluk para keponakan. Namun apa daya motor masih diservis. Iya, saya bacanya di ruang tunggu bengkel. Hehe hehe.

 

Tips: Sangat tidak disarankan membaca novel 'Semangat, Tante Sasa!' di ruang publik untuk pembaca yang gampang mewek seperti hamba. JADI NGGAK BISA NANGIS! 😖

Hubungan Sasita dengan ibunya yang diceritakan di beberapa bab juga membuat saya ingin meneteskan air mata. Komunikasi yang baik antara orangtua dengan anak memang sangat penting.

Komunikasi yang baik juga berlaku di lingkungan pekerjaan maupun percintaan. Sasita ini tuh orangnya nggak enakan (wow sungguh mengingatkanku pada masa awal-awal bekerja hahahaha). Nggak enakan ke orang lain ini bisa jadi memberatkan kita sih, tapi untuk mengatasinya juga nggak mudah. Oleh karena itu, saya pingin peluk satu-satu orang-orang yang mudah merasa nggak enakan ke orang lain baik yang sudah berhasil mengatasinya maupun yang masih dalam proses. It must be really hard buddy but you are matter just like everybody else. You also deserve to be happy just like everybody else. 🤗

Tentang percintaan...hmmm intinya jangan pernah menjalin hubungan dengan orang yang sudah punya ikatan pernikahan dengan orang lain. Just don't. Baca deh novel ini biar tahu gimana ribetnya Sasita menjalin hubungan dengan pria beristri. HHHHHHHHHH.

Novel 'Semangat, Tante Sasa!' berisikan banyak pelajaran hidup tentang kasih sayang dan keikhlasan. Hati rasanya hangat begitu selesai membacanya. Udah plotnya nggak bikin mikir, ada tips mengasuh anak kecil pula yang dirangkumin sama mba Thessa. Gimana nggak seneng coba bacanya. ❤

Kalau kamu sedang mencari bacaan fiksi dengan genre keluarga dan konfliknya nggak segengges sinetron tanah air beta, I recommend you to read 'Semangat, Tante Sasa!'. Semoga bisa merasakan hati yang hangat juga nanti pas baca ya.

Cukup sekian ulasan novel fiksi dari seseorang yang hobinya baca buku non-fiksi. Harap maklum jikalau isinya banyakan curhat. 😝

See you on my next post. Have a great day!

*

P. S.

Tbh saya dipanggil "mbak" bukan "tante" sama para ponakan wkwk. Ya kayak Jan Ethes manggil "mbak Ayang" ke Kahiyang gitu deh~ 😆

#penting

*

P. P. S.

I also made a video version of 'Semangat, Tante Sasa!' review😝 check it here: Review Novel: Semangat, Tante Sasa!

**