Beberapa waktu yang lalu, saya nonton beberapa film Indonesia yang bertema diskriminasi suku dan ras, penjajahan oleh bangsa asing, dan perjuangan mendapatkan kemerdekaan. Pendapat pribadi tentang film-film tersebut, saya tuliskan di postingan ini. Urutannya sesuai urutan nonton. Enjoy!
Film ini diangkat dari karya sastra Buya Hamka dengan judul yang sama. Ceritanya ada seorang pemuda bernama Zainuddin yang memiliki darah Minang (dari jalur ayah) dan Makassar (dari jalur ibu). Awalnya Zainuddin tinggal di Makassar bersama kedua orang tuanya. Namun setelah keduanya meninggal, Zainuddin merantau ke tanah Minang untuk memenuhi keinginan menginjakkan kaki di tanah kelahiran ayahnya.
Zainuddin ini adalah contoh orang yang mengalami diskriminasi ras di internal bangsa sendiri. Di Makassar dia dianggap orang Minang, dan ketika di tanah Minang dia dianggap orang Makassar. Hal ini mempersulitnya dalam hubungan cinta dengan wanita pujaan hatinya yang bernama Hayati.
Hayati sebenarnya juga sudah tidak memiliki orang tua, tapi dia tinggal bersama keluarga besarnya di Batipuh. Keluarganya ini sangat menjunjung tinggi kemurnian darah dalam menjalin hubungan pernikahan. Ya mirip-mirip pure blood totok di serial Harry Potter lah ya.
Zainuddin di sini ceritanya jadi sad boy. Dia patah hati sejadi-jadinya. Patah hati dalam urusan cinta dan patah hati dalam urusan kesukuan. Yang kedua lebih ngenes sih, sedih banget di mana-mana nggak diterima huhu. Untung dia orangnya tegar dan nggak mudah menyerah. Ya sempat drop sakit sih tapi kemudian bangkit lagi untuk melanjutkan hidup. Zainuddin merantau ke tanah Jawa dan sukses menjadi penulis dengan berbekal pengalaman patah hatinya terhadap Hayati.
Apakah ending-nya seperti itu saja? Oh tentu tidak, itu baru separuh cerita. Silakan tonton sendiri filmnya untuk mengetahui akhirnya seperti apa, saya nggak mau spoiler banyak-banyak. Yang jelas film ini mengajarkan paling tidak dua hal kepada penontonnya, yaitu (1) supaya bangkit lagi dan lagi setelah jatuh berkali-kali, dan (2) karya terbaik dihasilkan ketika patah hati. π Hayo siapa di sini yang pernah patah hati kemudian jadi produktif nulis entah itu nulis cerita, puisi, atau bahkan lirik lagu? Intinya, manfaatkan patah hatimu sebaik mungkin, kamu nggak akan pernah tahu masa depan akan seperti apa. π
Filmnya berlatar waktu tahun 1930-an. Tone filmnya sebagian besar warna kuning biar kelihatan tua, kalau lagi adegan sedih tone-nya biru. Setting tempatnya niat, dalam artian kelihatan zaman dahulu. Pakaian-pakaian pemainnya juga gitu, nyambung dengan latar waktu pada tahun segitu.
Zainuddin diperankan oleh Herjunot Ali, sedangkan Hayati diperankan oleh Pevita Pearce. Dialog di dalam film ini dituturkan dalam bahasa Makassar, bahasa Minang, dan bahasa Indonesia dengan dialek kedua daerah tersebut. Jangan kaget ketika mendengar tata bahasanya, susunan kalimatnya sangat baku jika dibandingkan dengan bahasa zaman sekarang. Bisa dibilang di beberapa bagian, dialognya sangat puitis. Saya belum pernah membaca novel karya Buya Hamka 'Tenggelamnya Kapal Van der Wijk' ini sih, ada yang pernah baca? Gimana tata bahasa di dalamnya?
Bumi Manusia (2019)
Film ini juga diangkat dari karya sastra dengan judul yang sama. Karya sastra 'Bumi Manusia' ditulis oleh Pramoedya Ananta Toer. Ada yang sudah pernah baca?
Tema cerita 'Bumi Manusia' tidak hanya tentang kisah cinta antara dua anak manusia, tetapi juga tentang perjuangan mempertahankan harga diri ketika diinjak-injak bangsa pendatang. Menonton penggambaran perlakuan orang-orang Belanda ke penduduk pribumi pada masa itu di film ini bener-bener bikin saya geregetan.
Tbh saya dulu pernah mikir begini: kenapa Indonesia nggak dijajah Inggris aja ya biar jadi negara persemakmuran? Kemudian menemukan jawaban di buku 'Nusantara' karya Bernard H. M. Vlekke yang mengatakan bahwa orang Inggris nggak begitu tertarik dengan Indonesia. Kemudian juga berpikir setelah melihat film ini bahwa misalnya kalau beneran Inggris berminat menjajah Indonesia dan Indonesia menjadi negara persemakmuran, bisa jadi pribuminya malah jadi minoritas seperti tanah jajahan Inggris lainnya. π Langsung istighfar (tapi masih lebih istighfar lagi kalau baca berita penggarong uang rakyat, maling-maling begini ini yang bikin pingin kabur ke negara lain yang lebih makmur, jujur aja sorry not sorry, but yeah...I love this country but I don't like some bad people in it).
Back to the movie. Pribumi benar-benar diperlakukan tidak manusiawi oleh bangsa pendatang. Bahkan ada pelarangan masuk ke beberapa gedung dengan papan pengumuman "PRIBOEMI DAN ANDJING DILARANG MASUK". Bangsa-bangsa pendatang itu juga memanggil penduduk pribumi dengan sebutan monyet, bodoh, dan kata-kata makian lain yang nggak enak didengar di telinga. Orang-orang pribumi juga dilarang berbicara dalam bahasa Belanda. Akses ke pendidikan hanya terbatas untuk pribumi keturunan priyayi. Hanya anak-anak pejabat saja yang bisa mengenyam pendidikan di sekolah yang sama dengan anak-anak orang Belanda. Salah satunya adalah tokoh utama dalam film ini yang memiliki nama panggilan Minke.
Minke ini laki-laki, di dalam film 'Bumi Manusia' karakternya diperankan oleh Iqbaal Ramadhan. Minke jatuh kepada seorang peranakan Belanda bernama Annelies. Ayah Annelies seorang Belanda, sedangkan ibunya seorang pribumi bernama Nyai Ontosoroh. Nyai pada masa itu memiliki reputasi yang tidak begitu baik di mata masyarakat. Seorang wanita pribumi yang menikah dengan orang Belanda, tidak serta merta mengangkat derajat sosialnya. Yang ada malah memburuk dan dituduh yang tidak-tidak.
Perlakuan orang Belanda juga tidak berubah menjadi baik kepada Nyai-Nyai. Mereka tetap memandang para Nyai sebagai pribumi yang harus jongkok ketika berjalan di pengadilan Belanda. Para Nyai juga tidak boleh berbicara dalam bahasa Belanda, dan tidak bisa mewarisi harta suaminya meskipun sudah berketurunan. Anak-anak blasteran ini ketika ayah Belandanya meninggal, maka harus dibawa pulang ke Belanda untuk diasuh walinya yang ada di sana.
Hal-hal serba tidak adil itulah yang diperjuangkan oleh Nyai Ontosoroh dan Minke. Annelies bukan satu-satunya anak Nyai Ontosoroh, ada kakak Annelies yang bernama Robert. Robert ini sikapnya sangat angkuh dan berlagak seperti orang Belanda murni. Padahal pada masa itu, statusnya ada di bawah orang Belanda asli (tapi di atas orang pribumi). Wah pokoknya rasanya emosi banget nonton film ini.
Tokoh Nyai Ontosoroh di film ini jadi favorit saya sih karena beliau ini seorang wanita yang cerdas, pandai mengelola lahan pertanian, mengayomi pegawai-pegawainya, sayang kepada anak-anaknya, dan tidak gentar menghadapi berbagai ancaman Belanda.
Film ini durasinya cukup panjang, yaitu 180-an menit. Latar waktunya tentu ketika Indonesia belum merdeka dan sedang dijajah Belanda. Latar tempatnya dibuat setradisional mungkin. Pakaian-pakaian aktor dan aktrisnya menyesuaikan dengan latar waktu. Tone warna filmnya dibuat agak kuning dan itu membuat film ini terlihat makin terasa tradisionalnya. Orang-orang Belandanya juga orang bule, bukan orang Indonesia yang dibule-bulekan. Saya menikmati ketika menonton film ini.
Sultan Agung: Tahta, Perjuangan, dan Cinta (2018)
Latar waktu film ini lebih tua lagi bila dibandingkan dua film yang saya bahas sebelumnya. 'Sultan Agung: Tahta, Perjuangan, dan Cinta' menggunakan latar waktu tahun 1600-an ketika mulai banyak orang-orang Eropa yang menginjakkan kakinya di tanah Nusantara.
Saya suka banget dengan latar tempat yang ada di film ini. Hijau sejauh mata memandang. Seger banget hutan di mana-mana masih lebat, kecuali ketika berperang. Akting para pemainnya juga tidak main-main karena...cuy banyak banget aktor dan aktris terkenal di film ini kayak Ario Bayu, Christine Hakim, Lukman Sardi, Adinia Wirasti, Meriam Belina, Putri Marino, Siti Fauziah "Bu Tejo", dll. Btw Siti Fauziah yang viral karena memerankan Bu Tejo di film pendek berjudul 'Tilik' ini juga bermain di film 'Bumi Manusia' sebagai salah satu asisten rumah tangga di rumahnya Nyai Ontosoroh wkwk.
Seperti judulnya, 'Sultan Agung: Tahta, Perjuangan, dan Cinta', film ini menggambarkan tiga tema tersebut. Raden Mas Rangsang yang ketika naik tahta memiliki gelar Sultan Agung ini harus banyak berkorban ketika dipilih oleh para tetua untuk meneruskan kekuasaan ayahnya. Beliau ini dipilih ya, bukan mencalonkan diri untuk jadi pemimpin. Selain meninggalkan cita-citanya menjadi kaum Brahmana, Raden Mas Rangsang juga harus mengesampingkan rasa cintanya kepada Lembayung. Raden Mas Rangsang dan Lembayung ini sama-sama murid di padepokan yang sama. Padepokan tempat mereka berdua berguru ini banyak mengamalkan ajaran Sunan Kalijaga yang mengkombinasikan ajaran Islam dengan seni budaya Jawa.
Sepanjang menonton film ini, saya teringat-ingat terus dengan buku 'Atlas Wali Songo' yang saya tamatkan membacanya tidak lama sebelum nonton hehehehe. Jadi tidak asing ketika Lembayung dan Raden Mas Rangsang bersahut-sahutan menjawab pertanyaan enam kasta yang ada di masyarakat pada masa itu. Deskripsi enam kasta itu sama persis dengan apa yang sudah saya baca. Waktu meneliti credit scene-nya, ternyata ada nama Dr. Agus Sunyoto yang dirujuk oleh kru film ini menjadi salah satu sumber konsultasi. Dr. Agus Sunyoto adalah penulis buku 'Atlas Wali Songo' yang saya baca.
Kalau kamu suka film Indonesia dengan genre sejarah, coba tonton film ini deh. Konfliknya kompleks tapi nggak membingungkan, adil gitu lho menampilkan tema tahta, perjuangan, dan cintanya (ada yang tentang pengkhianatan juga btw).
Guru Bangsa Tjokroaminoto (2015)
Nah kalau film ini latar waktunya agak mudaan dikit, tahun 1940-an. Garis besar ceritanya tentang perjuangan H.O.S. Tjokroaminoto melawan penjajah melalui jalur organisasi bernama Sarekat Islam (SI). Tjokroaminoto tidak tahan melihat perlakuan semena-mena orang-orang Belanda terhadap bangsa pribumi dan golongan Tionghoa. Belanda sengaja memisah-misahkan serta mengadudomba kedua belah pihak.
Bicara tentang SI, organisasi ini mewadahi orang-orang dari berbagai kalangan, baik itu dari golongan priyayi maupun rakyat jelata. SI segera memiliki banyak anggota dalam waktu yang relatif singkat dibandingkan dengan organisasi pendahulunya. Tjokroaminoto sebagai pendiri SI, menghadapi berbagai macam konflik: konflik dengan Belanda karena Belanda tidak ingin penduduk yang dijajahnya bersatu, konflik internal dengan orang-orang di dalam organisasi, dan konflik keluarga dengan mertuanya yang tidak sreg putrinya ditinggalkan suaminya dalam waktu yang lama.
Jalan cerita film ini memang merujuk ke kehidupan asli H.O.S. Tjokroaminoto, tetapi ada tambahan beberapa adegan yang disesuaikan. Aktor yang memerankan tokoh Tjokroaminoto adalah Reza Rahadian. Nama-nama tidak asing lain yang turut mengambil peran dalam film ini di antaranya Sudjiwo Tedjo, Maia Estianti, Chelsea Islan, Deva Mahenra, dan Christine Hakim. Beberapa dialog dalam film ini dituturkan dalam bahasa Jawa dan bahasa Belanda.
Soekarno (2013)
Menonton film ini jadi semacam lanjutan dari film 'Guru Bangsa Tjokroaminoto' hehehe. Karena apa? Karena istri pertama Bung Karno adalah Oetari, putri H.O.S. Tjokroaminoto. Yaaa walaupun di film 'Soekarno' ini ceritanya Bung Karno sudah berpisah dengan Oetari dan menikah dengan Bu Inggit. Bu Inggit diperankan oleh Maudy Koesnaedi dan Bung Karno diperankan oleh Ario Bayu.
Film 'Soekarno' menceritakan sepenggah kisah kehidupan presiden pertama Republik Indonesia mulai dari masa kecilnya yang sering sakit (yang mengakibatkan namanya diganti), masa remaja, sampai dengan Indonesia merdeka. Nggak hanya tentang perjuangannya dalam hal merebut kemerdekaan dari Belanda, Jepang, kemudian Belanda lagi, tetapi juga dalam hal romansa dengan Ibu Fatmawati. Dari film ini saya baru tahu kalau Bu Fatmawati ini aslinya murid Bung Karno dan asalnya dari Minang hehehe. Ibu Fatmawati diperankan oleh Tika Bravani.
Saya suka akhir cerita film ini yang menampilkan foto-foto asli para tokoh-tokoh yang diceritakan dalam film 'Soekarno'. Oh iya Lukman Sardi di film ini memerankan tokoh Bung Hatta, sedangkan Tanta Ginting berperan sebagai Sutan Sjahrir. Ada tokoh Kotaro 'Kelas Internasional' juga yang memerankan tokoh Laksamana Muda Maeda.
Nah, itu tadi film-film Indonesia bertemakan diskriminasi, penjajahan, dan perjuangan menuju kemerdekaan yang sudah saya tonton. Kamu udah pernah nonton yang mana?
Oh iya, penyebutan istilah pribumi dan golongan Tionghoa di postingan ini saya kutip langsung karena di filmnya bilang begitu ya. Jaga-jaga aja siapa tahu ada yang nggak sengaja mampir ke blog ini dan agak sensitif dengan istilah-istilah tersebut. Maaciw. Salam Bhinneka Tunggal Ika!
*
Saya pernah menonton Tenggelamnya Kapal Van der Wijk waktu rilis di bioskop mba, hihihi, ingat banget saat itu Herjunot Ali lagi hot-hotnya, terus juga ada beberapa script yang lumayan terkenal sampai ditiru orang-orang termasuk teman di sekitar saya π
ReplyDeleteSelain itu belum ada yang saya tonton lagi kalau dari list di atas, namun saya penasaran sama Bumi Manusia setelah baca review mba Endah. Ikut kesal juga membayangkan bagaimana bangsa kita diinjak-injak oleh pendatang, huft. Dan dari penjelasan mba Endah jadi tau soal kenapa kita nggak jadi bagian negara persemakmuran Inggris, hehe, ada baiknya memang meski sekarang kondisi negara kita nggak baik-baik saja π€§
Eniho, thank you for the recommendation, mba Endah π
Wih script yang mana Kak Eno?π Dialognya puitis banget kalau diukur pakai standar percakapan zaman sekarang. Aku tahan nonton film Tenggelamnya Kapal van der Wijk juga karena Junot HEHEHE.
DeleteSip, tonton aja Bumi Manusia, bagus walau durasinya 3 jam. Iya Kak Eno, yaaa emang cobaan akan selalu datang ya di kehidupan berbangsa dan bernegara ini. ππͺ
Sama-sama Kak Eno, makasih udah mampirπΈ
kalau mau nonton bumi manusia, aku sarankan untuk baca novelnnya terlebih dahulu mbak eno. Penggambaran karakter nyai ontosoroh di novelnya juga sangat kuat. Filmnya bagus dan aku suka dengan dialog bahasa belanda di film tersebut :D
DeleteEh...kata pengulas buku Bumi Manusia di podcast Kutu Buku juga gitu mas Vay. Penggambaran tokoh Nyai Ontosorohnya kuat banget di novel. Hmmm jadi pingin baca nih hehehe. Masukin wishlist dulu. :p
DeleteJadi inget waktu awal-awal dulu Tenggelamnya Kapal Van der Wijk ada yang ribut katanya 'mengadaptasi' Titanic wkwkwk mon maap ini bukunya udah ada dari lama sebelum ada film Titanic cuy, ketahuan yang komen belum nonton filmnya atau baca bukunya wkwkwk
ReplyDeleteDari list yang Endah review, yang belum aku tonton cuma Bumi Manusia, waktu dulu ga nonton karena image Iqbaal sebagai Dilan masih melekat wkwk, tapi sekarang kayaknya mau nyobain nonton karena lihat aktingnya Iqbaal di Ali & Ratu Ratu Queens cukup oke juga :D
Pas nonton Soekarno aku suka sama karakternya Sutan Sjahrir yang dibawain sama Tanta Ginting walaupun perannya dia ga banyak. Kayaknya pas nonton itu juga habis baca essay tentang Sutan Sjahrir di salah satu website gitu, jadi agak kesorot langsung ke karakternya beliau deh..
HAH???? πππππ JAUH BANGET SAMA TITANIC KALEEEπππ Betul Kak Eya, itu yang komen masih sebatas baca judulnya aja kelihatannya. π
DeleteHahahaha di Bumi Manusia aktingnya bagus si Iqbaal, udah lupa juga aku kalau dia pernah jadi Dilan. Tonton Bumi Manusia segera Kak, bagus.
Wih keren Kak Eya baca dulu sebelum nonton. Waktu nonton Tanta Ginting tuh aku kayak pangling gitu lho Kak awalnya, kayak...ini siapa ya kok kayaknya familiar dan pernah lihat wajahnya di sitkom The East. Ealah ternyata Tanta Ginting, kumisnya ilang aja aku udah pangling. π
Aku jadi inget ada 1 tweet yang bilang judul film yang spoiler banget adalah Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk soalnya dari judulnya aja udah dikasih tahu kalau kapalnya bakal tenggelam π€£
ReplyDeleteBtw dari semua judul yang Kakak sebutin di atas, belum ada yang aku tonton dong π. Sultan Agung udah nonton sedikit tapi belum lanjut lagi π. Terus aku jadi penasaran sama film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk dan Bumi Manusia π. Dulu nggak mau nonton Bumi Manusia juga karena alasan yang sama dengan Kak Eya, image Iqbal akan Dilan masih terlalu melekat saat itu, jadi aku susah move on gitu ceritanya eaak wkwkwk. Sekarang udah mulai tertarik buat nonton karena bukunya terkenal jadi bikin penasaran π
Terima kasih ya Kak Endah atas rekomendasinyaa π
LHAH IYA BENER UGHAπππ Sepanjang nonton juga aku nungguin sih kapalnya tenggelam kenapa dan kapanπ
DeleteHahahaha I feel you Liii, nonton film-film di atas juga aku pake jeda-jeda biar nggak bosen dan berakhir closed sebelum filmnya selesai, atau di skip-skipπ
Iya coba aja tonton Bumi Manusia, bagus walaupun panjang banget durasinya.
Sama-sama Li, makasih udah baca dan komenπ
Dari semua judul diatas yg paling Mba Endah rekomendasiin apa Mba?? Karena jujur ni ya. Aku belum nonton semuanya... wkwkkw π€£π€£π€£π€£
ReplyDeleteAku tahunya film Tenggelamnya kapal Van Der Wick ini yg sering di jadiin meme sama orang2 "Hayati Lelah, Bang.." tapi nggk pernah nonton filmnya.. haha
Mulai dari sini aja dlu kali ya..
Oalaaah meme hayati lelah itu ternyata dari film Tenggelamnya Kapal van der Wijkπππππππ baru tau HAHAHAHAHAHAH makasih mas Bay atas infonyaπππ
DeleteKalau aku sendiri paling menikmati nonton Bumi Manusia, yang kedua Sultan Agung, dan yang ketiga Tenggelamnya Kapal van der Wijk.
Boleh mas Bayu, silakan tonton yang menurut Anda menarik terlebih dahulu, terus lanjut ke yang lain~~~
dari semua film yang disebut, aku sudah nonton film Bumi manusia. Sebelum nonton aku sengaja baca bukunya dulu. Bukunya sangat kuat penggambaran karakter dan latarnya. bisa dibilang buku berbobot.
ReplyDeleteAku sangat menikmati dialog bahasa belanda-nya. Jadi enak didengar. Apalagi ada aksen asli dan bawaan ala nyai ontosoroh. Aku pernah datang ke lokasi syutingnya di daerah sleman. Selain untuk film bumi manusia, tempatnya juga untuk syuting sultan agung.
ulasan yang menarik endah :D
oyaa, udah pernah nonton film Gie..? sebagian besar lokasi syutingnya ada di semarang :D
Gie sudah ada di netflix :D
MAS VAYππππ Keren banget emang traveler satu iniπππ nggak heran sih ya buku Bumi Manusia ini berbobot, soalnya yang nulis Pak Pramπ€© iya lho, aku kagum sama aktor-aktor di Bumi Manusia, bahasa Belandanya kedengeran lancar banget, gimana belajarnyaπ
DeleteUDAAAAHHHH, jujur aku nontonnya karena Nicsap HEHEHEHEH. Tapi pas selesai nonton tuh emang itu filmnya bagus, Gie bener-bener orang yang berpegang teguh sama prinsip. Seandainya orang-orang yang berkuasa mementingkan kepentingan bersama dari golongannya seperti idealisme Gie, Indonesia jadi masuk ke jajaran negara maju kali yaπ aku lupa-lupa ingat kalau lokasinya, tapi misal ada bangunan di Semarang yang pernah aku kunjungi muncul di film gitu pasti aku dalam hati heboh ngomong "AKU PERNAH KE SANA!!!"π
Makasih mas Vay udah bacaπ€©
Ulasan yang menarik banget. Dari semua yang sudah saya tonton baru Bumi Manusia. Mungkin karena udah baca bukunya jadi takut kalo nonton jadi ekspektasi kegedeaan wkwk.
ReplyDeleteInggris pernah kok menjajah Indonesia setelah era Daendels berakhir. Mungkin ingat Raffles? Legacy nya terhadap ilmu botani cukup signifikan walau sebentar.π Tapi ya kemudian dicaplok Belanda lagi kita.π Soal mentalitas ya memang hidup di negara kaya gitulah mba. Nggak ngerampok negara lain kayak para imperialis yang dirampok lumbung sendiri.π€£
Rekomen film sejarah yang apik menurut saya : Tjoet Nya' Dienπ itu keren bingits.
Halo mba Phebie, makasih udah mampir dan ninggalin komen. <3 Hahaha siapin mental dulu kalau gitu dan turunkan ekspekatsi serendah mungkin. :p
DeleteIya pernah, tapi nggak selama Belanda. Dan nggak diperjuangkan banget gitu lho sama Inggris maksudku hehehehe. Bener mba Phebie, jaman penjajahan dulu itu kok ya orang-orang sana pada rakus ngeklaim tanah orang as milik mereka sendiri. :(
Hooo oke makasih rekomendasinya, masuk to be watch. ^^b