November 19, 2018

Crazy Rich Asians (2018): Another "Rich Boy Poor Girl" and "Me vs. Camer" Story


Berbekal excitement luar biasa dari warga twitter yang kapan hari heboh dengan istilah crazy rich Asians, crazy poor Asians, dan crazy rich Surabayans, akhirnya saya nonton juga film 'Crazy Rich Asians'. Sepertinya saya salah karena menaruh ekspetasi yang terlalu tinggi untuk film ini. Waktu nonton film ini saya berharap mendapatkan lebih dari sekedar kisah cinta. Saya mengharapkan dapat gambaran lebih detail seperti apa kehidupan orang super kaya itu sehari-hari. #SobatKisminPenisirin

Well...mungkin saya bisa dapat gambaran lebih detail kalau membaca novelnya. 'Crazy Rich Asians' ini film yang diangkat dari sebuah novel karya Kevin Kwan, salah satu konglomerat Singapura dan keturunan salah seorang pendiri bank tertua di Singapura, OCBC. Karena sudah nonton filmnya duluan dan kelamaan juga nunggu kapan saya baca bukunya, langsung saja berkomentar tentang film 'Crazy Rich Asians'.

Film ini dibuka dengan flashback tahun 1995 di London dimana keluarga Young mendapatkan perlakuan rasis dari pengelola hotel. Eleanor Young membawa dua anaknya dan seorang pengasuh ke sebuah hotel untuk menginap. Mereka berempat basah kuyup kehujanan. Oleh pengelola hotel mereka ditolak padahal sudah melakukan reservasi dan disuruh cari penginapan di China Town saja. Eleanor kemudian menghubungi suaminya dan hotel tersebut dibeli. DIBELI.

Mamam tuh. Makanya jangan rasis.

Kemudian pindah adegan ke New York tahun 2018 dimana Rachel Chu mengajar strategi ekonomi melalui permainan mahjong kepada mahasiswa-mahasiswanya. Rachel Chu ini seorang profesor ekonomi di NYU dan berpacaran dengan Nick Young tanpa tau kalau keluarga Nick tajir melintir. Nick berencana mengajak Rachel ke rumahnya di Singapura untuk menghadiri pernikahan sahabatnya sekaligus mengenalkan Rachel ke ibunya, Eleanor Young.

Terjadi gesekan budaya antara Rachel dengan Eleanor. Meskipun sama-sama Chinese, pola pikir mereka berbeda akibat tanah kelahiran dan lingkungan yang berbeda pula. Rachel Chu seorang Chinese-American yang lahir dan besar di Amerika Serikat, sedangkan Eleanor Young seorang Singaporean-Chinese yang besar di lingkungan keluarga yang menjaga tradisi nenek moyangnya. Eleanor sebenarnya "rasis" juga ke Rachel, beliau menganggap Rachel adalah orang Amerika dan bukan Chinese dari golongannya sehingga nggak pantas untuk jadi menantunya.

Nggak asing kan dengan konflik semacam itu? Yup mirip konflik Shancai vs. Nyonya Daoming. Seperti Shancai, Rachel Chu juga ibarat "rumput liar" yang melawan orang-orang penginjak-injak harga dirinya, mulai dari Eleanor Young, kerabat-kerabat Nick lainnya, sampai cewek-cewek yang iri dengannya.

Makanya waktu nonton film ini saya nggak yang wah wah takjub begitu soalnya dari kecil udah familiar sama tipe konfliknya. Nggak meleleh juga dengan kisah cinta Rachel Chu dan Nick Young. Apalagi pas Rachel dilamar di depan orang banyak itu, yang Nick sampai berlutut, waw daku sama sekali tidak terkesan. *jahat*

Masih lebih suka adegan Daoming Shi melamar Shancai di Barcelona (Meteor Garden II), di mana momen itu hanya ada mereka. Sangat privat sekali.

Jujur saya awalnya bingung dengan para tokoh-tokohnya karena banyak sekali. Tapi lama-lama bisa mengenali dan mengidentifikasi hubungan mereka dengan The Youngs. Beberapa dari mereka menurut saya norak sekali dalam menunjukkan jati diri sebagai orang kaya. Cewek-cewek kaya yang iri dengan Rachel juga kelakuannya norak.

Film ini tertolong dengan humornya. Saya ngefans banget sama sahabat Rachel Chu yang bernama Goh Peik Lin. Dia ini tajir juga tapi nggak semelintir keluarga Young. Kocak banget, nyentrik, dan sangat sayang dengan Rachel. Dialah yang memberi semangat kepada Rachel supaya nggak minder sama intimidasi nyonya Eleanor Young beserta keluarganya. Selain itu ada juga Oliver T'sien, sepupu Nick, yang juga humoris. Dia membantu Rachel memilih gaun untuk menghadiri pernikahan sahabat Nick.

Oh iya, adegan kulineran Rachel, Nick, sahabat Nick beserta tunangannya juga jadi penyelamat film ini di mata saya. Street food di Singapura bikin ngilerrr haaaaaaaa aku laparrrrrr. :Q

Oh iya lagi, saya suka adegan Rachel bermain mahjong dengan Eleanor Young. Menurut saya Rachel cerdas dalam menunjukkan identitasnya sebagai Chinese kepada Eleanor. Adegan itu seolah menjadi bukti bahwa meskipun dia dibesarkan di Land of Freedom aka USA, dia nggak lupa dengan "akar"nya. Sekaligus "menampar" Eleanor Young bahwa meskipun Rachel Chu dan ibunya nggak kaya-kaya banget, dia dan ibunya nggak bisa dipandang rendah begitu saja.


*

2 comments :

  1. Ternyata memang bukan aku doang yang ngerasa ini mirip cerita Daoming Si dan Shancai, hahahaha. Baca bukunya lebih ribet lagi karena karakternya buanyak banget. Sampe ada gambar pohon keluarganya hahahaha filmnya cukup oke sih, tapi aku masih lebih suka novelnya hihi

    ReplyDelete
    Replies
    1. wkwkwk sama plek temanya sama meteor garden xD
      oh wow aku jadi mikir-mikir mau baca bukunya :"

      Delete

Halo! Terima kasih sudah membaca dan meninggalkan komentar. Komentar yang masuk akan dimoderasi terlebih dahulu.

Back to Top