Tetralogi The Journey diakhiri dengan The Journey:
Beautiful Life. Buku keempat ini mengakhiri series The Journey dengan
sangat kalem. Ibaratnya, The Journey: Beautiful Life ini adalah
anti-klimaks dan penyelesaian dalam teori cerpen yang pernah aku dapat
di bangku SMP. Perkenalannya di The Journey: Beautiful Crossroad,
pemunculan konfliknya di The Journey: Beautiful Goodbye, dan klimaksnya
di The Journey: Beautiful Hello karena banyak banget hal-hal menarik yang
harus aku simpan dalam bentuk tulisan biar nggak lupa.
Hal-hal
menarik juga tentunya ada di buku keempat ini, tapi seperti yang aku bilang tadi, nuance penyampaiannya dilakukan dengan sangat calm.
Pertama, don't take something for granted. Karakter Gue sangat
mengeluarkan effort untuk hubungannya dengan Jay, sampai Jay nggak tahu
bisa mengimbangi atau tidak. Karakter Gue lalu menjelaskan bahwa, (1)
"You should know that whatever you receive in a relationship from me is a
form of my effort in loving you, so don't waste it before I end up
chooses to give up on loving you," dan (2) "I am very picky. So if you
succeed in getting my energy, my attention, my love, I hope you don't
take me for granted. Because what I give you is very valuable." Ya
memang sudah semestinya kan kita harus menghargai effort orang lain ke
kita. It's a basic manner. Etika. Nggak malah memanfaatkan. Once you
take someone for granted, they will leave you.
Kedua,
tentang kewajiban dan tanggung jawab. Aku suka banget dengan prinsip Gue dan
Jay ini dalam hal household chores. Menurut Jay,
housework is a shared responsibility. Ketika membersihkan rumah, action
itu bukan untuk menolong Gue, tapi memang itu kewajiban dan tanggung
jawab Jay. Pun dengan melipat underwear satu sama lain. Ketika Gue
melipatkan untuk Jay, maka itu adalah bentuk pertolongan Gue untuk Jay,
bukan tanggung jawab Gue kepada Jay. Karena Jay harus bertanggung jawab
terhadap barang-barang kepunyaannya sendiri. Saking kentalnya paparan budaya
patriarki di sini, pemikiran seperti itu udah kayak barang mewah. Padahal ya memang seperti itu lah seharusnya.
Ketiga,
tentang hak untuk merasa dicintai dengan caranya agar tidak merasa
empty di dalam hubungan. Karakter Gue dan Jay memiliki cara mencintai
yang sedikit berbeda. Jay merasa bahagia ketika dia 'memberi (giving)'
kepada Gue. Namun ketika melakukan physical contact, Jay tidak hanya
bahagia tapi juga merasa dicintai oleh Gue. Itulah mengapa Jay
memperjuangkan apa yang menjadi haknya dalam hubungan. Hak untuk merasa
dicintai dengan caranya dan untuk merasa penuh hatinya, meskipun itu
berarti harus menerima penolakan beberapa kali. Jika salah satu pihak
terus-menerus 'giving' tanpa bisa 'taking' sesuatu dari pasangannya, di satu titik dia mungkin akan menyerah. So, it's important to balance the
giving and taking in a relationship.
Keempat,
tentang privilege. I really really love this part. Sudut pandang Gue
tentang privilege ini bagus banget dan wajib aku tulis lengkap di sini.
(1) "I think acknowledging the role of our parents in raising
us and giving us privileges, it does not mean we do not try at all to
achieve success. Unless we take it for granted and do not wanna try,
then it is a different story. So I think, acknowledging the role of
parents in raising and giving us privileges, is a form of our
gratitude."
(2) "There is nothing wrong with being
born into privilege, what is wrong in my opinion is, if we do not make
good use of that opportunity to grow, to achieve success and to live
according to what we have planned. I think the privilege from parents is
a way opener but after that, we still have to responsible for our
lives."
(3) "There are many types of privileges
that parents can give to their children♡ And it is not always in the
form of material or abundant money. So privilege is not only for the
rich. Every parent can try to give privilege to their child, whether it
is in the form of self-esteem, courage in making decisions, intelligence
in determining the life path, knowledge in enjoying happiness from
simple things ~ how to live mindfully, or the privilege of being born
into a warm family."
Overall, tetralogi The Journey adalah sebuah gentle reminder bahwa hubungan itu perlu dirawat. Seperti halnya sebuah hubungan, hidup pun dibangun dari momen-momen kecil dan berarti yang membentuk siapa kita dan bagaimana kita berhubungan dengan orang lain.
*
No comments :
Post a Comment
Halo! Terima kasih sudah membaca dan meninggalkan komentar. Komentar yang masuk akan dimoderasi terlebih dahulu.