November 3, 2024

Beautiful Goodbye, Beautiful Story


Barusan ngecek blog, twit, dan catatan bacaan dengan harapan menemukan kapan terakhir kali baca buku, hasilnya nihil. Nggak ada catatan kapan terakhir saya baca buku. ☹

Sejak menghapus aplikasi Goodreads dari handphone beberapa waktu silam (LUPA JUGA KAPAN HAPUSNYA HUHU), unfollow salah satu bookfluencer, dan bookfluencer satunya lagi udah jarang ngetwit, saya seperti kehilangan arah. *lebay* Ternyata pengaruh para bookfluencer di media sosial ini baru terasa kalau mereka nggak hadir. Ternyata secara tidak sadar, kebiasaan membaca saya turun perlahan namun pasti. Ini nggak bisa dibiarkan berlarut-larut.

Seperti yang sudah saya ceritakan di postingan kemarin, saya nggak bisa lanjut baca bacaan selanjutnya kalau bacaan sebelumnya belum ditulis di blog. Begitu selesai menulis review tersebut saya langsung gas membaca buku The Journey: Beautiful Goodbye. Buku ini adalah lanjutan dari buku pertamanya, yaitu The Journey: Beautiful Crossroad.

Buku The Journey: Beautiful Goodbye saya habiskan dalam satu hari saking sukanya, HAHAHAHA. Suka banget dengan sekuel kedua ini karena bacanya berasa naik roller coaster. Ketika tiba di bagian goodbye, rasanya kayak...LHOH??? Udahan ini?? Beneran??? Ikutan nggak rela sumpah. Kayak ada sesuatu yang mengganjal gitu dengan perpisahannya. Kayak nggak notok jedok juga alasan mau pisahnya (bingung gimana mau ngasih perumpamaan). Kayak...ini tuh masih bisa diusahain lagiii. GEMESSS!!! No, kalian nggak boleh pisah pokoknya! *posesif*

Membaca The Journey: Beautiful Goodbye ini saya nggak terlalu banyak mikir. I just enjoyed the show. Dan bener aja, salah satu kalimat di buku ini menuliskan bahwa "Memang kadang hidup ini hanya perlu dijalani saja ♡ Nggak perlu terlalu banyak dipikirkan sampai membuat pusing kepala. Suka duka, sedih dan senang." SUPER LOVE! Salam dari hamba yang kalau kebanyakan mikir, endingnya kalau nggak migren ya mumet. ๐Ÿ˜‘

Seperti halnya buku pertamanya, sekuel kedua seri The Journey ini juga ada bonus perintilan foto-foto negara yang menjadi latar tempat cerita-cerita di dalamnya. Di The Journey: Beautiful Goodbye, ada tiga negara yang diceritakan, yaitu Vietnam, Singapura, dan Hongkong. Suka banget dengan cara Kak Eno dan Jay dalam menikmati liburan mereka di luar negeri. Santai dan slow dalam melakukan hal-hal sederhana untuk mengisi quality time berdua. ๐Ÿงก

Kalau diranking tentang liburan di negara mana yang terfavorit, saya akan milih Hongkong, lalu Vietnam, dan terakhir Singapura. Hongkong menjadi peringkat pertama karena cerita yang Kak Eno jabarkan membuat saya nostalgia juga dengan film-film Hongkong yang sempat merajai layar kaca tanah air di tahun 90-an. Lalu ketika Kak Eno menyebutkan lagu Tien Mimi-nya Teresa Teng, wah...itu lagu langsung (((berdendang))) di dalam kepala sih, HAHAHAHAHA.

Kisah Kak Eno dan Jay di seri The Journey baru memasuki hari ke-129 tapi rasanya kayak udah lama banget wow. Saya kira untuk bisa sampai di topik-topik obrolan yang diceritakan di buku ini, harus nunggu minimal setahun. Ternyata ya nggak juga kalau sudah bertemu dengan orang yang satu frekuensi. Buku ini tetap menekankan pentingnya berkomunikasi dan saling mengetahui perasaan satu sama lain. Caranya dengan apa? Ya dengan ngomong secara jelas dan baik-baik

Sebagai orang yang kurang bisa berkomunikasi dengan baik, buku ini menjadi reminder bagi saya untuk take it slow, calm down, kepala harus dingin, nggak boleh sumbu pendek. Teori memang mudah, prakteknya sungguh syulittt. WKWKWKWKWKWK. Wish me luck semoga hamba bisa menjadi pribadi yang bisa berkomunikasi dengan baik terutama kepada orang-orang terdekat. ๐Ÿงก

Nggak sabar nunggu buku selanjutnya! >.<


*

1 comment :

Halo! Terima kasih sudah membaca dan meninggalkan komentar. Komentar yang masuk akan dimoderasi terlebih dahulu.

Back to Top