Buku Kepunahan Keenam ditulis oleh Elizabeth Kolbert. Edisi asli berbahasa Inggrisnya pertama kali diterbitkan pada tahun 2014. Kepunahan Keenam diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Zia Anshor dan diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama. Buku yang saya punya merupakan cetakan kedua September 2021 dengan tebal xi + 297 halaman.
WHAT I GOT FROM THIS BOOK
- Manusia secara sadar atau tidak sadar berperan dalam contoh kepunahan yang dituliskan di Bab I-III, yaitu kematian massal beberapa spesies katak di Queensland sampai California pada awal 2000-an, kepunahan mamut Amerika (Mammut americanum) tiga belas ribu tahun yang lalu dan alka besar (Pinguinus impennis) di tahun 1800-an.
- Sebelum
manusia muncul, bertubuh besar dan berbiak lambat adalah strategi bertahan hidup yang
amat sukses. Itulah mengapa makhluk-makhluk besar mendominasi planet ini. Megaherbivora seperti badak, gajah, dan kuda nil
dewasa tidak punya pemangsa alami (tak ada hewan yang berani menyerang mereka). Beruang dan
kucing besar juga tidak dimangsa. Gajah tidak pernah hamil anak kembar,
dan tidak mulai berbiak sampai berumur belasan tahun. Dan alasan gajah ada
adalah bahwa jika mencapai ukuran tertentu, hewan lepas dari
pemangsaan. Tidak lagi rawan diserang.
- Konsep kepunahan baru muncul di Prancis zaman revolusi oleh seorang naturalis bernama Georges Cuvier.
- Dalam istilah geologi, "kala" adalah bagian "zaman", "zaman" adalah bagian "masa". Contohnya, Holosen adalah kala dalam Zaman Kuarter, yang merupakan zaman dalam Masa Kenozoikum.
- Ahli kimia Belanda, Paul Crutzen, menciptakan istilah 'Antroposen' (kala geologis yang dalam banyak hal didominasi manusia). Menurutnya kita sudah tidak dalam Kala Holosen lagi tapi Antroposen.
- Konsentrasi karbon dioksida di udara sekarang ini (sedikit di atas 400 ppm) lebih
tinggi daripada kapan pun dalam 800 ribu tahun terakhir. Hal ini terjadi karena manusia telah membakar cukup banyak bahan bakar
fosil (batu bara, minyak, dan gas alam) sejak awal revolusi industri sehingga menambah sekitar 365
miliar ton karbon dioksida ke atmosfer, penggundulan hutan menambah
sekitar 180 miliar ton, dan tiap tahun manusia menambah sekitar 9 miliar
ton (jumlah ini naik sampai 6% per tahun).
- Satu
molekul karbon dioksida yang dihasilkan pembakaran bahan bakar fosil akan
memerangkap panas seratus ribu kali lebih banyak daripada yang dilepas
ketika memproduksinya, selama berada di atmosfer. Mungkin pada akhir
abad ini kadar karbon dioksida dapat mencapai nilai yang belum pernah ada sejak
palem ada di Antartika pada Kala Eosen (sekitar 50 juta tahun
yang lalu). Tidak diketahui apakah spesies-spesies masih punya ciri-ciri
yang memungkinkan leluhur mereka bertahan hidup di dunia zaman dulu yang
lebih hangat.
- Karbon dioksida mempunyai banyak sifat menarik, salah satunya larut dalam air membentuk asam. Ketika larut dalam air, CO2 membentuk asam karbonat (H2CO3) yang efektif "memakan" ion karbonat, sehingga menurunkan kejenuhan. Selain dalam hitungan pH, efek pengasaman digambarkan dalam "kejenuhan kalsium karbonat" atau "kejenuhan aragonit" (kalsium karbonat memiliki dua bentuk tergantung struktur kristalnya; aragonit, yang dibentuk karang, adalah versi yang lebih mudah larut). Penurunan pH 0,1 berarti laut sekarang 30% lebih asam dibanding tahun 1800. pH bersifat logaritmik, jadi perbedaan angka kecil menggambarkan perubahan sangat besar di dunia nyata.
- Jika kita menambahkan karbon dioksida ke udara dengan lebih lambat, proses-proses geofisika seperti erosi batu-batuan akan berperan mengimbangi pengasaman. Namun sekarang, perubahan terjadi terlalu cepat untuk diimbangi proses lambat seperti itu.
- Pengasaman bisa memengaruhi proses dasar seperti metabolisme, kegiatan enzim, dan fungsi protein. Pengasaman akan memengaruhi fotosintesis dan akan mengubah senyawa yang dibentuk logam terlarut (dalam beberapa kasus bisa beracun). Pengasaman juga akan mengubah jumlah cahaya yang menembus air. Pengasaman laut mempersulit kalsifikasi dengan mengurangi jumlah ion karbonat. Di titik tertentu, air menjadi korosif dan melarutkan kalsium karbonat padat. Salah satu penghuni laut yang melakukan kegiatan kalsifikasi adalah karang.
- Terumbu karang adalah paradoks organik: struktur keras perusak kapal yang dibuat oleh makhluk-makhluk kecil lembek. Makhluk karang itu sebagian hewan, sebagian tumbuhan, dan sebagian mineral, penuh kehidupan sekaligus sebagian besarnya mati. Yang membedakan karang dengan pelaku kalsifikasi lain adalah karang membangun strukturnya secara gotong royong selama bergenerasi-generasi (tidak bekerja sendirian membuat cangkang atau lempeng kalsitik). Karang tumbuh paling cepat di kejenuhan bernilai 5, lebih lambat di 4, dan lebih lambat lagi di 3. Di kejenuhan bernilai 2, karang pada dasarnya berhenti membangun. Ketika tingkat kejenuhan turun, energi yang dibutuhkan untuk kalsifikasi akan naik sedangkan laju kalsifikasi menurun. Tingkat kejenuhan yang lebih rendah juga menyebabkan penurunan pembuahan serta pertumbuhan dan menetapnya larva (proses ketika larva tidak lagi berenang bebas, menempel ke sesuatu yang keras, dan mulai membuat koloni baru) pada spesies Acropora millepora (salah satu hewan penyusun terumbu karang).
- Perairan
tropis cenderung mengandung lebih sedikit zat gizi (seperti nitrogen
dan fosfor) yang penting bagi kebanyakan bentuk kehidupan (hal ini ada
kaitannya dengan struktur termal kolom air dan menjadi alasan mengapa
perairan tropis sangat jernih). Tanpa karang, laut tropis hanya akan
menjadi gurun berair. Terumbu
karang bukan hanya hutan hujan di bawah air, melainkan hutan hujan di
Sahara bawah air. Karang tidak
mengusir makhluk lain di laut, karang menopang mereka. Terumbu karang (atau sebenarnya makhluk-makhluk
karang) telah mengembangkan sistem yang amat efisien untuk mengedarkan
zat gizi dari satu kelompok organisme ke kelompok lain. Tiap individu
polip karang adalah satu hewan, sekaligus inang tumbuhan mikroskopik
yang dikenal sebagai zooxanthellae. Zooxanthellae menghasilkan
karbohidrat melalui fotosintesis, dan polip memanen karbohidrat. Karang tampak
berubah putih (coral
bleaching) tanpa
zooxanthellae (sumber warna-warni fantastis karang). Koloni yang mengalami pemutihan berhenti tumbuh dan mati jika
kerusakannya cukup parah.
- Walaupun sudah membebaskan diri dari batas-batas evolusi, manusia tetap saja bergantung kepada sistem biologis dan geokimia Bumi. Dengan mengganggu sistem-sistem itu (membabat hutan hujan tropis, mengubah komposisi atmosfer, mengasamkan laut) kita membahayakan kelangsungan hidup kita sendiri.
- Beberapa
organisme yang amat toleran akan menjadi makin banyak, tapi secara
keseluruhan keragaman akan hilang. Itulah yang terjadi dalam semua
kepunahan massal besar.
REVIEW
Saya suka sekali dengan cara penulis membawa pembacanya untuk memahami kepunahan akibat ulah manusia. Dimulai dari peristiwa yang belum lama terjadi hingga ditarik mundur ke belasan ribu hingga jutaan tahun yang lalu. Penjelasan tentang kemunculan konsep kepunahan, istilah geologi, pengasaman laut, dan hal-hal tentang terumbu karang dituliskan dalam bahasa yang mudah dimengerti. Penulis memadukan pengalaman pribadinya dengan pustaka-pustaka dari buku dan artikel-artikel ilmiah dengan sangat baik sehingga tidak membosankan ketika membacanya.
BAGIAN FAVORIT
Bagan tentang beberapa peristiwa besar dalam sejarah kehidupan dalam setengah miliar tahun terakhir:
Kalau bicara kepunahan hewan aku jadi selalu ingat badak putih afrika. Pada tahun 2021 lalu, badak putih jantan terakhir mati karena usia tua. Sedangkan dua badak betina tidak bisa berkembang biak karena tidak adanya badan putih jantan. Hewan ini dinyatakan sudah punah. Salah satu penyebab terbesarnya adalah perburuan yang dilakukan oleh manusia.
ReplyDeleteAku merasa sedih ketika banyak hewan meninggal karena konflik dan perburuan oleh manusia. Kita sudah sering lihat hewan seperti gajah, orang utan jadi korban atas kebrutalan manusia.
Nah badak putih itu juga dibahas di buku ini mas Vay. Kasian banget baca-baca makhluk yang terancam punah karena ulah manusia. 🥺 Iya bener, apalagi kalau latar belakang berburunya tuh buat hiburan. ðŸ˜
DeleteMemang sedih kalau mendengar tentang kepunahan, apalagi kepunahan itu akibat ulah manusia demi menuruti egonya.
ReplyDeleteMemang sedih kalau mendengar tentang kepunahan, apalagi kepunahan itu akibat ulah manusia demi menuruti egonya.
ReplyDelete