June 9, 2023

What I Got from SEJARAH ASIA TENGGARA


Saya perlu dua bulanan untuk menyelesaikan membaca buku ini dan tiga bulanan untuk mengumpulkan mood menulis reviewnya. Akhir-akhir ini mood menulis kenapa terjun bebas ya, hahaha. Bahkan di blog sebelah tuh bulan kemarin saya nggak nulis apa-apa. 😬
 
Kalau diteruskan seperti ini sepertinya blog ini bakal menjadi sarang laba-laba. 😂 Jadi hari ini bismillah mulai nulis lagi walaupun bingung mau nulis gaya apa untuk mengulas buku sejarah tebal ini. Hzzz. Review sambil curhat dan nostalgia aja kali ya, awokwok.

⚠️Tulisan ini sangat panjang. Jika merasa bosan di tengah-tengah membacanya, silakan langsung loncat ke bagian IN CONCLUSION...⚠️

Buku Sejarah Asia Tenggara: Dari Masa Prasejarah sampai Kontemporer ditulis oleh pakar-pakar kajian sejarah Asia Tenggara, yaitu M.C. Ricklefs, Bruce Lockhart, Albert Lau, Portia Reyes, dan Maitrii Aung-Thwin. Buku dengan tebal xxvii + 828 halaman ini diterbitkan oleh Komunitas Bambu. Buku yang saya punya adalah cetakan pertama, Mei 2013.


BLURB
Buku Sejarah Asia Tenggara: Dari Masa Prasejarah sampai Kontemporer yang baru dan komprehensif ini mencakup periode panjang, yaitu mulai dari zaman prasejarah sampai tahun 2000-an. Sejarawan M.C. Ricklefs menggandeng empat sejarawan lainnya yang menjadi rekan kerjanya di National University of Singapore. Mereka adalah para pakar utama Asia Tenggara dalam lingkup sejarah politik, sosial, ekonomi, agama, dan budaya.

Ceritanya dibuka dengan kelompok etnis serta struktur sosial dan budaya periode awal Asia Tenggara. Dilanjutkan menyusuri zaman sejarah 'klasik' negara-negara Asia Tenggara, kedatangan agama Hindu, Buddha, Islam dan Kristen serta pengaruh para pelaku sejarah yang berlomba-lomba ke kawasan regional ini, yaitu aktor-aktor non-Pribumi. Lantas, sejarah kolonial dan munculnya kekuasaan modern yang baru berdiri serta diwarnai berbagai transisi kekuasaan. Ulasan ini masih disusul dengan analisis dampak Perang Dunia ke seluruh penjuru Asia Tenggara. Penguaraian catatan lengkap seputar Asia Tenggara pada masa akhir kolonialisme dan pembangunan bangsa-bangsa pascakolonial. Sebelum akhirnya mengantar pembaca ke masa-masa modern Asia Tenggara untuk mengetahui lebih lanjut usaha bangsa-bangsanya bangkit dari keterpurukan krisis ekonomi global dan memainkan peran di kancah dunia.

Tim yang terdiri dari lima penulis ini menampilkan karya ensiklopedik dengan narasi terpercaya dan mudah dicerna, menggunakan hasil-hasil penelitian mutakhir dengan sumber-sumber lainnya yang kaya dan rinci. Kerja bersama yang memukau ini merupakan kontribusi penting terhadap kajian Asia Tenggara.

***

"Kajian Asia Tenggara dengan tingkat  kedalaman dan keluasan jauh melampaui karya serupa yang pernah dikerjakan D.G.E. Hall sekitar 55 tahun lalu. Suatu kajian dengan wacana intelektual terkini, rangkaian masalah penelitian yang aktual dan instrumen-instrumen terbaru yang tidak hanya berfungsi sebagai informasi, tetapi juga motivasi bagi generasi yang akan datang ihwal sejarah Asia Tenggara yang kompleks dan kaya. Tidak diragukan lagi, naskah sejarah ini merupakan pencapaian historis tersendiri." (Victor Lieberman - Profesor Sejarah, Universitas Michigan, USA)


BUKUNYA TENTANG APA?
Buku ini terdiri dari empat belas bab dan dilengkapi dengan peta-peta Asia Tenggara mulai dari tahun 800 M sampai dengan Asia Tenggara masa kini. Total ada delapan peta di dalamnya. Karena wilayah Asia Tenggara cukup luas, petanya sampai dilipat (tidak diperkecil ukurannya) supaya hurufnya masih bisa dibaca.

Bab satu menjelaskan tentang etnosejarah, kebudayaan, struktur sosial dan politik kuno Asia Tenggara. Saya tidak terlalu paham bab ini karena informasinya benar-benar baru saya ketahui, terutama asal usul etnis Asia Tenggara daratan. Bahasa-bahasa yang mereka tuturkan juga baru saya ketahui namanya.

Bab dua berisi tentang Asia Tenggara dari era protosejarah sampai dengan sejarah kuno serta pembentukan negara-negara kuno. Hal-hal penting yang saya highlight dari bab ini adalah pengertian protosejarah serta Indianisasi dan Cinanisasi di Asia Tenggara masa lalu.
 
- Protosejarah adalah periode ketika suatu kawasan tertentu belum menghasilkan catatan tertulisnya sendiri tapi sudah muncul dalam sumber-sumber asing.
- Sejarah kuno Asia Tenggara sangat dipengaruhi oleh kebudayaan Cina (di Vietnam) dan India (di hampir semua tempat lainnya di kawasan ini).

Inti Indianisasi adalah penerimaan praktek-praktek agama India (pemujaan dewa-dewa Hindu atau pun Buddha). Indianisasi menghubungkan negara-negara Asia Tenggara dengan India secara budaya, psikologis, dan menciptakan ruang kehidupan yang menjadi rumah kebudayaan-kebudayaan tersebut.

Aspek Cinanisasi terpenting bagi orang Vietnam adalah sistem nilai dan kepercayaan. Inti kebudayaan Cina dibentuk dari 'Tiga Ajaran': konfusianisme, buddhisme, dan taoisme.
  1. Konfusianisme: pokok ajarannya menciptakan dan mempertahankan etika hubungan antarsesama manusia, terutama yang memiliki status berbeda, di dalam hirarki sosial atau keluarga.
  2. Buddhisme: mengandung ajaran moral, tapi sebagian besar penekanannya adalah pada dunia lain [menawarkan 'jalan' reinkarnasi dlm kehidupan selanjutnya, kelahiran kembali di surga, atau mencapai pencerahan (Nirwana)].
  3. Taoisme: sistem kepercayaan dan praktek yang kompleks, difokuskan untuk mencapai kehidupan harmonis dengan kekuatan-kekuatan kosmik yang tidak terlihat, mencapai keabadian, atau mendapatkan berkat dari dewa-dewa.

Bab tiga berisi tentang negara-negara 'klasik' pada puncak kejayaannya. Perbedaan mencolok negara-negara 'klasik' dengan negara-negara kuno di bab sebelumnya adalah ukurannya lebih besar; masa pemerintahannya lebih lama; pusat politik lebih stabil; pusat geografis, budaya, dan politiknya bertahan hingga berabad-abad.
Kerajaan-kerajaan Angkor, Pagan, dan Sriwijaya masuk dalam bab ini.

Struktur kerajaan-kerajaan klasik:
  • Konsep mandala (sebuah kekuasaan terpancar dari pusat kerajaan, bahkan hingga mencengkeram daerah pinggiran yang cukup jauh), atau model negara pesisir (penguasa pesisir bisa memperluas wilayahnya hingga ke daratan, jauh dari laut).
  • Otoritas penguasa bersifat personal daripada institusional
  • Kekuasaan raja-raja Asia Tenggara terkait erat dengan unsur religius dan ritus

Bab empat berisi tentang perkembangan agama dan pemikiran global abad ke-13 di Asia Tenggara. Di bab ini dijelaskan tentang ajaran Mahayana vs Theravada, Islamisasi dan pribumisasi, evangelisasi dan pribumisasi Katolik, serta penyebaran agama Protestan di Asia Tenggara.

Rasanya seru sekali membaca bab empat karena saya menjadi tahu perkembangan agama-agama selain Islam, reformasi Protestan di Eropa abad ke-16, dan teknologi kesusasteraan masa Islam dan masa Katolik
itu seperti apa (masa Islam: penjilidan buku, masa Katolik: percetakan buku).

Bab lima berisi tentang negara-negara baru abad ke-14 seperti Burma, Ayutthaya, serta kerajaan-kerajaan di Jawa dan luar Jawa abad ke-16. Di bab ini saya menemukan titik awal penjelasan mengapa Thailand menjadi satu-satunya negara di Asia Tenggara yang tidak dijajah bangsa Barat.

Di bab ini juga disinggung tentang Malaka dan kegiatan perdagangannya sekitar tahun 1400-1511. Perdagangan internasional Asia tdk dikawal militer bersenjata. Kebijakan yg ada adalah yang memfasilitasi perdagangan, bukan memeras melalui pajak. Lalu datanglah Portugis di Malaka... 🙂
 
Bab enam berjudul 'Aktor Non-Pribumi' yang berisikan peran bangsa-bangsa Cina, India, Arab, dan Eropa di Asia Tenggara. Di bab ini akhirnya saya mengerti mengapa raja-raja di kawasan Asia Tenggara zaman dahulu sering mengirimkan upeti ke kaisar Cina seperti yang sering disebutkan di buku-buku pelajaran sejarah SD dan SMP dulu.
 
Pada awal abad ke-14 Cina adalah negara pelaut terbesar di dunia. Sedangkan Eropa pada abad ke-14 dan 15 dalam konteks global adalah tempat yg relatif terbelakang. Kertertarikan bangsa Eropa terhadap Asia muncul dari keterbelakangan intelektual dan teknologi mereka tersebut.

Tiga hal penting yg membuat Eropa mampu berlayar hingga ke Asia Tenggara: (1) pembuatan kapal (
orang Eropa meminjam layar lateen dari orang Arab dan mengkombinasikannya dengan layar persegi mereka), (2) navigasi (astronomi Arab maju pesat di Eropa), dan (3) peperangan [orang Eropa ingin menyingkirkan pedagang muslim (musuh lawas di masa Perang Salib Eropa)].

Kaum muslim pada masa itu mendominasi perdagangan Asia yang salah satu komoditasnya adalah rempah-rempah. Rempah-rempah ini amat sangat berharga bagi bangsa Eropa pada masa itu. Rekomendasi bacaan khusus tentang bahasan ini ada di buku SEJARAH REMPAH: Dari Erotisme sampai Imperialisme.

Peperangan dengan sesama bangsa Eropa juga dijelaskan di bab enam. Mulai dari persaingan Portugis dan Spanyol dalam membagi-bagi dunia di abad ke-16, perang Belanda Calvinist vs Spanyol Katolik, sampai konflik tajam Inggris-Belanda demi menguasai perdagangan rempah.

Bab tujuh berjudul 'Negara Modern di Asia Tenggara'. Walaupun judulnya negara modern, isinya masih belum berupa negara-negara Asia Tenggara yang kita kenal saat ini. Indonesia masih belum ada. Rentang waktu yang ada di bab ini adalah tahun 1600-1800 M.

Informasi yang ada di bab ini termasuk baru bagi saya karena selama ini hanya tahu sejarah cikal bakal Indonesia saja. Sejarah tentang Burma, Siam, Vietnam, Laos, Brunei, Filipina, dan Negeri Melayu belum pernah tahu. Banyak sekali peristiwa dan tokoh penting di masing-masing negeri.
 
Bab delapan menceritakan tentang kehidupan masyarakat Asia Tenggara di masa kolonial abad ke-19. Abad ke-19 ditandai dengan sejumlah konflik bersenjata yang brutal. 
 
Dunia Barat mengalami revolusi industri. Asia Tenggara memiliki sejumlah penawaran strategis dalam hal sumber daya alam, jumlah sumber daya manusia, dan letak geografis bagi industrialisasi Barat. Namun mereka tidak mengincar faktor-fakrot tersebut, mereka takut kekuatan Eropa lainnya akan tiba terlebih dahulu.

Highlight kehidupan masyarakat era kolonial di wilayah Asia Tenggara adalah sebagai berikut:
  1. Di Thailand, elite kerajaan Pribumi menyambut teknologi, pendidikan dan teknik pemerintahan Barat berdampingan dengan Buddha reformis. Kombinasi ini ditambah posisi geopolitik yang menguntungkan (Prancis di timur dan Inggris di barat merasa memerlukan adanya negara penyangga), membuat Thailand terbebas dari serangkaian dampak pecah belah kekuasaan kolonial di tempat lain. Setelah suksesi Mongkut pada 1851 dan pada masa kepemimpinan Raja Chulalongkorn, keputusan mengeluarkan investasi besar untuk mendidik pemuda Siam di luar negeri adalah untuk memastikan adanya elite berpendidikan Barat yang mampu memerintah negara dan menjaga hubungan dengan kekuatan-kekuatan Eropa. Orang Siam ingin memastikan bahwa apa pun yang terjadi, orang Eropa tidak akan memandang mereka sebagai bangsa terbelakang dan primitif; dan bahwa kondisi pemerintahan internal mereka bukan alasan untuk dapat dengan mudah diintervensi, entah itu dalam bentuk 'proteksi' atau hukuman. Ketika elite Siam kembali pulang mereka tidak dipermalukan; mereka tidak menjadi bawahan orang asing yang notabene lebih rendah kualitasnya dalam konteks status sosial dan pendidikan.
  2. Belanda baru menancapkan akar kolonialismenya di Jawa untuk pertama kali setelah Perang Jawa (Perang Diponegoro). Tingkat literasi (kemampuan membaca dan menulis) di wilayah yang dijajah oleh Belanda tersebut masih sangat terbatas. Belanda tidak pernah memprioritaskan bahasa mereka untuk diajarkan kepada orang Indonesia.
  3. Filipina awalnya dijajah oleh Spanyol, sempat memproklamasikan kemerdekaan pada 12 Juni 1892 (menjadi negara kolonial pertama di Asia Tenggara yang mendeklarasikan kemerdekaannya [dan yang terakhir dalam Imperium Spanyol]) tapi kemudian diambil alih oleh kekuatan kolonial baru, Amerika Serikat. Pada Februari 1898, di tengah-tengah revolusi Kuba melawan Spanyol, USS Maine meledak di Pelabuhan Havana. Amerika Serikat menyalahkan Spanyol lalu menyatakan perang. Pada Desember 1898 Spanyol menyerahkan Filipina kepada Amerika Serikat degan imbalan dua puluh juta USD. Di bawah penjajahan Amerika Serikat, seperempat populasi Filipina dapat berbicara dalam bahasa Inggris pada 1939.
 
Bab sembilan berisi tentang beragam peristiwa reformasi dan munculnya ide-ide baru di Asia Tenggara, serta The Great Depression tahun 1930-an. Rentang waktu yang dibahas di bab ini sekitar 1900 sampai 1942.

Bab sepuluh menceritakan tentang Asia Tenggara di masa Perang Dunia II (tahun 1942-1945). Depresi di tahun 1930-an menyulut lahirnya ketidakpuasan Pribumi yang semakin besar hingga kepercayaan terhadap rezim-rezim kolonial kian surut. Di sisi lain, ada sebuah negara yang sukses mengejar proses modernisasi dan reformasi instan setelah Restorasi Meiji pada 1868, yaitu Jepang. Hal ini mengusung Jepang menjadi kekuatan dunia. Jepang berharap dapat menghamparkan jubah kekaisarannya. Asia Tenggara juga dipandang sebagai sumber bahan mentah yang sangat penting bagi kelangsungan pertumbuhan Jepang sebagai negara imperium dan industri modern.

Highlight kehidupan masyarakat di wilayah Asia Tenggara pada masa pendudukan Jepang adalah sebagai berikut:
  1. Invasi Jepang ke Indonesia dimulai pada 10 Januari 1942 (pada 8 Maret 1942 Gubernur Jenderal Belanda menyerah di Batavia, tamat sudah rezim kolonial Belanda dan tidak pernah dipulihkan kembali). Penaklukan Jepang terhadap Indonesia terjadi sangat cepat sementara dampak pendudukannya sangat besar. Pendudukan Jepang di Indonesia tidak bertahan lama, hanya tiga setengah tahun. Walaupun jauh lebih singkat daripada zaman Belanda, pendudukan Jepang di Indonesia bersifat penuh penderitaan bagi masyarakat dan lebih brutal daripada saat Belanda berkuasa (situasi semacam ini juga melanda hampir semua tempat pendudukan Jepang di Asia Tenggara).
  2. Thailand menunjukkan perlawanan ketika pasukan Jepang mendarat di wilayah mereka pada 8 Desember 1941. Namun dalam waktu beberapa jam saja Phibun menghentikan pertempuran dan menandatangani perjanjian dengan Tokyo tiga hari kemudian.
  3. Situasi di Indo-Cina bersifat anomali karena termasuk koloni yang dikendalikan oleh pemerintahan Vichy di Prancis yang menderita kekalahan. Sikap pemerintah Vichy yang pro Jerman membuatnya secara de facto menjadi sekutu Jepang.
  4. Jepang melarang penggunaan bahasa Inggris dan membuat bahasa Jepang dan Tagalog menjadi bahasa resmi di Filipina dalam upaya mewujudkan de-Amerikanisasi rakyat Filipina dan memuliakan kebudayaan yang mereka anggap sebagai budaya Pribuminya sendiri.
  5. Orang Cina dan Melayu terlibat bentrokan di beberapa tempat di Malaysia. Perpecahan etnis yang semakin melebar ini adalah akibat dari tidak adilnya Jepang dalam penanganan persoalan berbagai komunitas dan meningkatnya persaingan antar-etnis serta keresahan yang disebabkan oleh kondisi masa perang.

Fakta menarik: "Di antara negara-negara Asia yang meraih kemerdekaan setelah Perang Dunia II, hanya Vietnam dan Indonesia yang merdeka lewat revolusi bersenjata."

Bab sebelas menjelaskan tentang perjuangan masyarakat Asia Tenggara dalam merebut kembali kemerdekaan pasca-1945.

Secara umum di masing-masing negara konflik mendasarnya adalah antara kekuatan yang dipimpin komunis dengan antikomunis (dengan dukungan kekuatan asing tertentu), hubungan antara sekutu asing dan lokal berlainan pada setiap kasus. Dari sudut pandang komunis ini adalah sebuah revolusi tunggal. Sebaliknya, di mata lawan-lawannya ini merupakan 'perang melawan agresi komunis'. Apa pun itu, konflik di masing-masing negara memiliki kedinamisan dan keunikan sendiri-sendiri.

The most interesting part:
"Pada 2 Desember 1949 Belanda mengakui Indonesia sebagai negara merdeka yang mencakup seluruh bekas Hindia Timur Belanda kecuali Papua (bagian barat Pulau New Guinea). Tidak dimasukkannya Papua meninggalkan warisan persoalan politik yang tak kunjung tuntas selama beberapa dekade berikutnya."

Bab duabelas menyoroti kondisi Asia Tenggara hingga tahun 1990-an. Bab ini menarik sekali karena menjawab beberapa pertanyaan yang menggantung di kepala. Pertanyaan-pertanyaan tersebut muncul ketika sudah dewasa seperti sekarang. Dulu waktu masih kecil hanya mendengar omongan orang-orang yang lebih tua atau mendengarkan dari siaran berita, itu pun tidak paham mengapa kejadian tersebut terjadi.

Pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah:
  1. Mengapa ada gerakan di Papua yang ingin Papua merdeka? Jawaban: Pada 1962, Belanda (dengan mediasi sekaligus tekanan dari Amerika) menyerahkan urusan kedaulatan Papua kepada PBB yang setahun kemudian justru menyerahkan wilayah tersebut kepada Indonesia. Namun, tidak ada upaya untuk mengetahui apa yang sebenarnya diinginkan orang Papua.
  2. Mengapa Timor Timur ingin melepaskan diri dari Indonesia? Bagaimana asal-usulnya? Jawaban: Invasi dan penaklukan Timor Timur yang dilakukan Indonesia pada 1975 secara diam-diam disambut baik oleh kekuatan-kekuatan Barat. Sejak 1989 eksploitasi dan penyelewengan kekuasaan yang dilakukan Indonesia di wilayah itu terdeteksi semakin luas.

The most annoying part: "Catatan pelanggaran hak-hak asasi manusia rezim Soeharto kadang kala menyebabkan kesulitan diplomatik." 😑

Pantas saja paspor Indonesia tidak sakti sama sekali. 😑😑😑

Bab tiga belas menjabarkan pasang surut ekonomi Asia Tenggara sekitar tahun 1990-2008 (economic crisis 1997 and 2008 everyone~). Kira-kira negara mana ya di Asia Tenggara yang posisinya cukup tangguh menahan krisis? Ya, betul! Singapura!

*nobody shocked*

Singapura bisa seperti itu karena perekonomiannya dikelola dengan baik, ditambah dengan pemerintahan yang kuat, efisiensi modernisasi dan nihil korupsi~~~

Indonesians can't relate. 😉

You know who: "Sejak saat itu (21 Mei 1998) hingga wafatnya pada Januari 2008 ia menghindar untuk memberikan pertanggungjawaban terhadap kejahatan-kejahatan rezimnya dengan mengklaim bahwa ia terlalu sakit untuk menjalani persidangan."

Bab empat belas membahas Asia Tenggara masa kini (paling tidak sampai awal 2010-an). Bab ini cukup pendek. Hal-hal yang menarik dan perlu saya soroti dari bab ini adalah: (1) empat isu politik yang selalu ada dalam masyarakat Asia Tenggara adalah kerapuhan demokrasi, korupsi, berlanjutnya pemerintahan otoriter, dan peran agama dalam kehidupan politik; (2) masa depan kawasan Asia Tenggara tergantung pada seberapa besar tuntutan populasi terhadap sumber daya alamnya; dan (3) Brunei yang sangat kecil adalah negara makmur dan sejahtera dengan pemerintahan otoriter di bawah kekuasaan Sultan (kemungkinan selamanya akan tetap seperti itu).


IN CONCLUSION...
Buku ini berhasil menjawab beberapa pertanyaan yang menggantung di kepala saya, di antaranya mengapa orang Filipina bahasa Inggrisnya lebih jago daripada orang Indonesia, mengapa Thailand tidak pernah dijajah bangsa Eropa, mengapa raja-raja Nusantara zaman dahulu gemar memberikan upeti kepada kaisar Cina, siapa bangsa Eropa yang menjajah Myanmar dan negara-negara Indo-Cina, mengapa nama Raja Mongkut dan Raja Chulalongkorn dijadikan nama universitas di Thailand, sejak kapan Belanda menjajah Indonesia (karena kabarnya bukan 350 tahun dijajah), ada apa dengan Papua dan Timor Timur, serta mengapa mantan presiden yang berkuasa selama 32 tahun di sebuah negara tidak mendapat hukuman atas kejahatan rezimnya.


8 comments :

  1. Saya jadi tau beberapa fakta baru berkat tulisan ini, terima kasih.
    Kalau disuruh baca bukunya sih saya nggak bakalan sanggup.

    Jangan lupa power pointnya trus dikumpulkan tugasnya ya,
    *eh

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wkwkwk baik Pak, tugasnya sudah saya submit. 🙏

      Makasih sudah baca~

      Delete
  2. Ayo semangat update blog kayak dulu lagi :D
    Sepertinya bukunya lumayan berat dan sangat tebal (bagiku). Kalau yang suka sejarah mungkin bakal suka demgan buku ini.

    Tanpa disadari, bangda tiongkok dan india banyak mempengaruhi negara-nrgara di asia tenggara. Mereka sejak dulu sudah merantau di berbagai negara. Kampung india dan pecinan smbanyak terdapat di wilayah indonesia. Mereka tidak hanya berpindah, tapi juga bawa kebiasaan, dan kearifan lokal milik mereka. Seperti dalam hal berpakaian dan makanan.

    Tulisan yang bagus endah :P

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya nih lagi usaha rajin nulis lagi. :")

      Tbh buatku juga berat, mas Vay, wkwkwkwk. Prinsipnya harus aku baca sampai habis karena sudah beli. 😆

      Betuuul, dua bangsa itu juga persebarannya luas di dunia. Bisa dibilang hampir di semua negara bisa ditemui orang-orang dari dua bangsa tersebut. Keren sih jiwa migrasi nenek moyangnya. 👏👏👏

      Hehehew maaciw. 😝

      Delete
  3. ohmaigodd 800an halaman ya, bisa sebulan lebih nih aku, mengingat kesibukan sekarang udah ya lumayan hahaha #alesan
    Kalau dulu baca novel sebanyak ini halamannya, masih oke oke aja.
    Yang aku heran sampe sekarang, kenapa waktu Indonesia dijajah Inggris misalnya, kok nggak menjadikan bahasa Inggris sebagai bahasa resmi ya wkwkkw.
    Kalau dijadiin bahasa resmi, aku ga perlu repot repot les hahaha

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wkwkwkwk Inggris kalau nggak salah cuma sebentar mbak di Indonesia, lebih tertarik ke Semenanjung Malaya.

      Delete
  4. Gilaaaaa halamannya tebeeeel. Aku tuh suka novel tebel, tapi kalo non fiksi 🤣🤣🤣. 1200an halaman kayak buku musashi GPP deh. Cuma kalo sejarah, bakal lama sih bacanya Mbaaa 🤣🤣🤣

    Tapi setelah baca poin2 nya, menarik sih memang. Jadi inget, alasan sakit supaya ga bisa ikut sidang, memang dari zaman you know who lah yaaa 🤣🤣. Gapapa mba, dia kayaknya lebih suka ngadepin persidangan akhirat 😂.

    Aku inget banget pelanggaran ham yg tuh kakek lakuin di Aceh. Nyeseeek banget. Ga peduli anak atau wanita atau lansia, di bantai Ama pasukan baret merah . Ga heran Aceh sempet memberontak :(.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahahaha ngantuk ya mba Fan kalo nonfiksi setebel ini. xD Aku pun ini dua bulan baru tamat.

      WKWKWKWKWKWK lebih milih persidangan yang lebih serem ya orangnya. T_T Aku sebel banget mbaaa waktu baca akibat kejahatan HAM di rezimnya jadinya kesulitan masalah diplomatik, hhhh. Jadinya ngaruh sampai sekarang. -___-

      Oh iya yang di Aceh itu sayang banget nggak dibahas di buku ini, padahal aku penasaran banget. Mba Fanny ada rekomendasi bukunya nggak?

      Delete

Halo! Terima kasih sudah membaca dan meninggalkan komentar. Komentar yang masuk akan dimoderasi terlebih dahulu.

Back to Top