May 1, 2019

Arctic, Chef, The Favourite, dan Voice of Murderer

pixabay.com

Judul postingan = judul film yang saya tonton di akhir bulan April kemarin, hehehe. Mari langsungkan saja berkomentar.

Arctic (2018)
Film ini mengangkat tema survival di tempat dengan kondisi ekstrim (suhu udara yang sangat dingin dan minim makanan). Seorang pria terdampar di kutub utara setelah pesawatnya kelihatannya mengalami sebuah kecelakaan. Nggak dijelaskan kecelakaannya seperti apa, yang jelas pada saat itu dia satu-satunya orang yang ada. Pria ini tentunya bukan orang sembarangan, melalui aktivitas yang dia lakukan terlihat bahwa orang ini sangat ahli di bidang navigasi, P3K, dan kemampuan bertahan hidup.

'Arctic' bukan film dengan banyak dialog. Dialog di film ini sangat minim mengingat pria yang terdampar ini hanya seorang diri. Ada sih nanti orang lain yang terdampar juga tapi orang ini luka parah dan nggak bisa ngapa-ngapain.

Pemandangan berupa pegunungan dan padang es yang putih disajikan sepanjang film ini. Yup film ini tidak menampilkan latar waktu malam gelap, ceritanya di kutub utara lagi mengalami peristiwa white night dimana matahari nggak pernah tenggelam.

Kalau saya bandingkan dengan film survival lain seperti '127 Hours', 'Arctic' cenderung lebih serius. Mungkin buat yang nggak suka alur lambat akan bosan dengan film ini (but I'm totally fine with it, I really enjoyed this movie). Sisi drama 'Arctic' lebih menang dibanding '127 Hours', '127 Hours' menang di sisi komedinya (dan kegantengan James Franco hahaha). 'Arctic' bikin emosi saya sedikit diaduk-aduk dengan beberapa momen kesetiakawanan, kehilangan, dan kepasrahan.

Oh iya saya pernah nulis postingan tentang kutub bumi juga, tapi kutub selatan alias Antartika. Barangkali ada yang mau baca untuk menambah referensi tentang gambaran kutub bumi seperti apa langsung saja klik: 'Akhirnya LOTJ ke Antartika!'.


Chef (2014)
Nonton film ini setelah judulnya disebut-sebut oleh DK dan Vernon di video 'Going Seventeen 2019' episode 4 hehehe. Film ini mengangkat tema tentang masak-masak. Ceritanya ada seorang chef bernama Carl Casper yang bekerja di sebuah restoran milik seorang pria bernama Riva. Chef Carl ingin berkreasi dengan memasak makanan yang berbeda dengan daftar menu restoran. Tentu saja nggak bisa dong karena dia kan kerja ikut orang ceritanya, jadi ya menunya sesuai dengan apa yang diminta pemilik restorannya.

Sebuah konflik meledak ketika masakannya direview jelek oleh seorang food blogger terkenal bernama Ramsey Michel. Review tersebut menyebar secara cepat di dunia maya, Twitter salah satunya. Carl minta dibuatkan akun Twitter ke anaknya dan berbicara ke akun Twitter Ramsey tanpa tau cara kerja Twitter. Intinya keadaan semakin memburuk dan amarah Carl meledak ketika Ramsey makan malam di restoran bosnya. Oh...mantan bosnya karena Carl siangnya sudah dipecat. Taulah ya jaman sekarang kejadian kayak gitu suka direkam dan dimasukkan ke Youtube dan viral tentu saja. Carl menjadi sangat terkenal dengan cara yang.....tidak elegan hehehe. Kemudian dia pasrah ikut mantan istrinya ke Miami saat anaknya libur sekolah musim panas. Mantan istrinya kerja sementara dia mengasuh anak laki-laki satu-satunya. Jadi nanny aja nih? Ya nggak dong, mantan istrinya itu mempertemukan Carl dengan mantan suaminya untuk dimodali berbisnis food truck. Sejak saat itu hidup Carl berubah.

Nonton 'Chef' pas lapar adalah siksaan hahaha. Cara memasak makanan dan tampilan makanannya disajikan dengan apik dan membuat saya menelan ludah berkali-kali sambil ngambilin cemilan biar air liur nggak ngeces terus. Menurut saya film ini menampilkan banyak sekali sisi-sisi kehidupan manusia selain urusan masak-memasak. Sisi-sisi kehidupan lain itu seperti hubungan dua orang yang tetap akur walau sudah berpisah, kasih sayang orang tua kepada anak, mengejar passion, dan generation gap di bidang teknologi.

Separuh film ini menampilkan Carl sebagai pegawai, sedangkan separuh sisanya menampilkan dia sebagai seorang wirausahawan. Nonton film ini sangat menyenangkan karena komedinya mengalir sepanjang durasi film dengan lancar tanpa ada kesan memaksa (nggak ada slapstick tenang saja, komedinya banyak di dialog antar tokoh). Pembawaan filmnya ringan dan nggak bikin stres. Lagu-lagu soundtrack-nya pun bikin santai serasa di pantai, alunan lagu-lagu Latin jazz bikin saya joget-joget sendiri wkwkwk.


The Favourite (2018)
Film ini direkomendasikan oleh Kak Eya karena pacar Taylor Swift, Joe Alwyn, jadi salah satu aktor di dalamnya HAHAHAHAHA.

'The Favourite' adalah film dengan genre black-comedy drama dengan latar tempat kerajaan Inggris dan latar waktu abad ke-17 dimana Inggris masih berperang dengan Perancis. Tenang saja film ini nggak menyoroti perangnya sama sekali kok, tapi lebih ke konflik dua sepupu di dalam kerajaan Inggris yang sedang dipimpin oleh Ratu Anne. Dua sepupu itu adalah Sarah dan Abigail, mereka berdua masih punya darah ningrat. Sarah sudah menjadi orang yang dekat dengan Ratu Anne, sementara Abigail jadi pelayan di kerajaan pasca bangkrutnya sang ayah. Perlahan-lahan Abigail menaikkan status sosialnya di dalam kerajaan, menjadi dekat dengan Ratu Anne untuk menyisihkan Sarah.

Buat yang suka dengan istana kerajaan Eropa, film ini akan sangat memanjakan mata. Interior kerajaan yang megah dan kostum yang dikenakan para pemain film 'The Favourite' sangat-sangat mengundang decak kagum saya (emang dasarnya bencong banget sama hal-hal kayak gini). Ditambah lagi dengan pemeran Abigail, yaitu Emma Stone, dipasangkan dengan Joe Alwyn HUHUHUHU LUCU BANGET GEMES! Joe Alwyn berperan sebagai Samuel Masham (bangsawan juga) yang nantinya jadi suami Abigail. Kalau saya lihat-lihat Joe Alwyn di sini mirip sama Joseph Gordon-Levitt versi lebih ganteng dan lebih tinggi. Mbak Tay luar biasa memang. Bisa nggak Mbak Tay nikah sama Joe Alwyn aja? HEHEHE.

Anyway beberapa hal di film ini memang beneran ada di kejadian nyatanya dulu, seperti perseteruan memperebutkan perhatian sang ratu dan Ratu Anne yang kehilangan anak-anaknya. Sebagian besar hal lain-lain yang terjadi hanyalah fiksi untuk kebutuhan hiburan. Bisa dibaca di wikipedia untuk lebih lengkapnya.


Voice of Murderer (2007)
Film dari Korea Selatan yang saya tonton setelah nyimak video Korea Reomit yang ini:



'Voice of Murderer' didasarkan pada kisah nyata yang terjadi di tahun 1991. Namun nama tokoh-tokohnya diubah (pemeran anak kecilnya ngingetin saya ke penampilan masa kecil Hoshi Seventeen HUHUHU). Kalau sudah mendengarkan penjelasan dari video Korea Reomit, nonton film ini akan makin miris karena astagaaa ada gitu ya orang psikopat kayak gitu. Edan beneran edan sungguh. Nangis saya nontonnya. Semoga kita dijauhkan dari orang-orang jahat dan orang-orang jahat itu diberi hidayah untuk segera bertobat.


Cukup sekian untuk hari ini, saya mau kerja dulu. Hari Buruh nih tapi tetep masuk kerja wkwkwk. Sampai jumpa di postingan selanjutnya~~


*

2 comments :

  1. Aku rekomendasiin The Favourite tapi malah baru nonton kemarin wkwkwk visualisasinya buagush banget memaaang mataku termanjakan banget sama interior dan kostumnya huhuhu.. Aku udah nonton Chef, bikin laper :)) kapan-kapan nyoba dua film lainnya yang belum ditonton deh :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahahaha akhirnya nonton juga, indah banget ya kan visualisasi filmnya.
      Bikin laper BANGET! Pingin makan jajanan food truck :(
      Tonton kak bagus kok, apalagi arctic, kalo yang voice of murderer itu kadang bosenin tengah-tangahnya tapi tetep worth to watch

      Delete

Halo! Terima kasih sudah membaca dan meninggalkan komentar. Komentar yang masuk akan dimoderasi terlebih dahulu.

Back to Top