May 16, 2019

Review Buku 'Hidup Minimalis ala Orang Jepang'


Identitas Buku:
Judul: Goodbye, Things Hidup Minimalis ala Orang Jepang
Penulis: Fumio Sasaki
Alih bahasa: Annisa Cinantya Putri
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
ISBN: 978-602-03-9840-2
Cetakan: III, Februari 2019
Tebal: xxxii + 248

Blurp:
Fumio Sasaki bukan ahli dalam hal minimalisme; ia hanya pria biasa yang mudah tertekan di tempat kerja, tidak percaya diri, dan terus menerus membandingkan diri dengan orang lain--sampai suatu hari, ia memutuskan untuk mengubah hidupnya dengan mengurangi barang yang ia miliki. Manfaat luar biasa langsung ia rasakan: tanpa semua "barangnya", Sasaki akhirnya merasakan kebebasan sejati, kedamaian pikiran, dan penghargaan terhadap momen saat ini.

Di buku ini, Sasaki secara sederhana berbagi pengalaman hidup minimalisnya, menawarkan tips khusus untuk proses hidup minimalis, dan mengungkapkan fakta bahwa menjadi minimalis tidak hanya akan mengubah kamar atau rumah Anda, tapi juga benar-benar memperkaya hidup Anda. Manfaat hidup minimalis bisa dinikmati oleh siapa pun, dan definisi Sasaki tentang kebahagiaan sejati akan membuka mata Anda terhadap apa yang bisa dihadirkan oleh hidup minimalis.


Review:
Di enam belas halaman pertama buku ini, pembaca disuguhi dengan foto-foto contoh rumah milik orang-orang bergaya hidup minimalis (ada yang masih single dan ada yang sudah berkeluarga), salah satu contoh tentu saja sang penulis sendiri. Satu contoh unik terakhir bukan menampilkan rumah melainkan isi tas seseorang yang berkeliling dunia dan menerapkan gaya minimalis. Bisa dicontoh nih supaya kalau traveling nggak kebanyakan gembolan.

Buku ini terdiri dari lima bab yang masing-masing topiknya urut mulai dari (1) alasan menerapkan gaya hidup minimalis, (2) alasan orang mengumpulkan banyak barang, (3) tips berpisah dari barang-barang yang dimiliki, (4) perubahan hidup setelah menerapkan minimalisme, dan (5) tentang kebahagiaan. Semua itu ditulis berdasarkan pegalaman pribadi penulis dan beberapa orang yang beliau kenal yang juga para minimalis (sebutan untuk orang yang bergaya hidup minimalis).

Di beberapa bagian perpindahan antar bab maupun subbab, penulis sering menyisipkan quote-quote dari beberapa orang terkenal yang menarapkan gaya hidup minimalis. Siapa saja? Di antaranya ada Steve Jobs, Mahatma Gandhi, dan Albert Einstein.

Menurut saya, metode pengurangan barang hingga ke titik minimal yang ada di dalam buku ini digambarkan secara umum dan tidak terlalu mendetil. Seandainya saya belum pernah baca buku Marie Kondo yang 'The Life-Changing Magic of Tidying Up' sih sudah pasti saya ndak nutut memahami isi bukunya. Karena saya anaknya harus dikasih detil-detil dulu cara beres-beres dan menjaga barang yang memang membangkitkan kebahagiaan. Kalau langsung ujug-ujug dikasih tips berpisah dengan barang ya saya pasti bingung dan akhirnya hanya menjadi sebuah wacana semata.

Fumio Sasaki selaku penulis buku ini memang beberapa kali menyebutkan metode Konmari di dalam bukunya. Kemungkinan beliau menerapkan metode itu terlebih dahulu sebelum berlanjut ke minimalisme. Karena memang kalau saya rasa-rasakan buku ini tuh semacam supplementary untuk metode Konmari. Tapi nggak bersifat wajib, opsional saja. Sudah pandai beres-beres, rumah sudah rapi, barang-barang sudah nggak bertumpuk, tapi belum bisa jadi minimalis ya nggak apa-apa, begitu.

Tapi kalau nggak nyambung sama Konmari dan lebih nyambung sama kiat-kiat di buku ini, ya monggo saja. Bebas aja asal bisa live the life to the fullest.

Uniknya buku ini buat saya adalah nggak melulu tentang mengurangi barang tapi juga secara nggak langsung memotivasi untuk tetap bahagia dalam hidup. Di bab empat dan lima, saya merasa ikut bahagia membaca cerita perubahan hidup penulis yang menjadi lebih positif setelah menerapkan gaya hidup minimalis. Banyak filosofi-filosofi hidup yang penulis sisipkan di antara tulisan-tulisannya. Seperti di halaman 205 baris 13-15, penulis menuliskan:
"... . Kaya atau miskin, tenar ataupun tidak, kita semua hanyalah manusia biasa yang saling bertemu dalam hidup ini. ..."
Kutipan itu membuat saya kagum dan berpikir ulang kalau sebenarnya nggak perlu merasa insecure hahaha. Tapi ya emang insecure ini nyebelin sih suka muncul tiba-tiba tanpa peringatan. Kalau sudah begitu kayaknya harus mengingat-ingat kalimat Fumio Sasaki di atas deh biar pikiran tenang.


*

4 comments :

  1. Aku kok ya rada skeptis sama buku-buku bertemakan minimalis yaa, termasuk Mba Marie Kondo yang tersohor itu huahahaha *ditimpuk para hamba konmari*

    Menurutku konsep hidup minimalis sebenarnya lebih ke meringankan beban diri sendiri gitu, bukan cuma soal barang, karena barang sedikit atau banyak itu relatif nggak sih? Karena ada yang merasa 20 pasang sepatu itu biasa aja buat dia. Emang sihh kalo abis beberes gitu, menyingkirkan barang yang nggak diperlukan jadi lebih 'plong' yah.

    Cuma kukagum sih dengan lifestyle Japanese, mereka memang tertib dan organized buangettt.

    ReplyDelete
    Replies
    1. SINI AKU TIMPUK! xD
      Aku habis baca buku ini pun merasa nggak cocok (atau belum cocok) dengan gaya hidup minimalis, nggak sanggup bayangin rumah polos kayak yang ada di foto sampulnya hahaha. Cuman emang pas baca perubahan hidup dia itu, aku ikutan seneng dan ikutan tenang gitu, mungkin mentalku yang tersentuh dengan ceritanya bukan metode membuang barang agar minimalisnya.

      Delete
  2. antara 1 -10, rekomen engga? aku penasaran sih sama konsep hidup minimalis ini

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalau aku sendiri buku ini 7/10, biasa aja karena buku marie kondo lebih cocok denganku, kalau buku marie kondo aku berani kasih 9/10 karena udah praktek juga sampai sekarang

      Delete

Halo! Terima kasih sudah membaca dan meninggalkan komentar. Komentar yang masuk akan dimoderasi terlebih dahulu.

Back to Top