Akhir Desember kemarin, teman saya nikah di luar kota (tempat asalnya sebenarnya). Tepatnya di kota Mojokerto, Jawa Timur. Saya ke sana bareng sama rombongan orang kantor, nggak semua sih cuma beberapa aja yang nggak berhalangan hadir. Ada bapak-bapak, ibu-ibu, dan yang sepantaran juga. Seimbang lah proporsinya. Singkat cerita habis kondangan buibunya pingin belanja sepatu di sana sekalian karena kebetulan rumah pengantinnya ini ada di desa penghasil sepatu. Tau ya kalau buibu dah belanja pasti suweru banget ngikutinnya HAHAHAHAHA. Dari siang sampai sore berburu sepatu terus driver-nya pingin mampir ke Museum Majapahit.
Sampai di Museum Majapahit udah pukul setengah empat sore. Sedangkan museumnya tutup jam empat wkwk. Cepet-cepet deh kami menjelajah museumnya. Untung ada ibu tour guide baik hati yang bersedia menemani sampai jam empat lebih. Beliau rela lembur huhuhu.
Keterbatasan waktu bikin saya nggak bisa konsentrasi seratus persen ke penjelasan ibu tour guide, yang paling saya ingat dari penjelasan beliau adalah bahwa koleksi benda-benda peninggalan Kerajaan Majapahit yang berupa keramik pecah belah didapatkan dari peti-peti yang terkubur di dasar laut sehingga bentuknya masih bersih dan utuh. Benda-benda lain seperti patung, genteng, kendi, dan celengan sudah banyak yang rusak/patah di beberapa bagian.
Salah satu mangkuk keramik di dalam Museum Majapahit |
Barang pecah belah yang terbuat dari keramik menunjukkan bahwa pada masa itu Kerajaan Majapahit sudah menjalin hubungan dengan kekaisaran di China. Sedangkan adanya celengan menunjukkan bahwa pada masa itu, rakyat sudah mengenal sistem menabung. Uang logam peninggalan Kerajaan Majapahit juga dipamerkan di Museum Majapahit. Menurut penjelasan dari ibu tour guide, pada waktu penggalian uang ini ada sebuah wadah yang terkubur jauh di dalam tanah berisi banyak uang logam yang sudah meleleh dan lekat menempel satu sama lain. Diperkirakan pemiliknya adalah orang kaya pada masanya yang mengubur hartanya supaya nggak dicuri orang.
Pengambilan gambar dilarang di dalam bangunan museum, jadi nggak banyak yang bisa saya pajang di sini. Sebenarnya boleh saja berfoto di dalamnya, dengan catatan fotonya harus fokus ke orang-orang bukan ke bendanya. Jadi foto gaya narsis gitu, bukan dokumentasi ke bendanya. Larangan ini lebih ketat untuk turis mancanegara karena dikhawatirkan turis yang mengambil gambar akan menulis artikel di luar tanpa seijin pihak museum (just like this lmao). Saya kira karena alasan klenik ternyata bukan.
Lanjut ke luar bangunan yang bisa dijelajah lebih dari jam empat sore. Sama dengan di dalam bangunan, di luar bangunan pun benda-benda peninggalan Kerajaan Majapahit seperti stupa dan patung-patung banyak dipajang. Beda di ukuran aja, yang di luar ini ukurannya lebih besar daripada yang di dalam.
Hasil penggalian dan penyisiran arkeolog di halaman belakang Museum Majapahit. Objek ini diperkirakan adalah kamar mandi pada jaman Kerajaan Majapahit. |
Hasil kerajinan gerabah dan batu bata jaman Kerajaan Majapahit |
Patung-patung dewa |
Stupa-stupa batu di halaman samping Museum Majapahit |
Lingga dan yoni |
[Baca juga: Check In Jakarta City]
Ada satu poster yang menarik perhatian kami karena gambarnya sama dengan logo almamater kampus kami dulu. Gambar itu adalah Raden Wijaya. Sosoknya plek ketiplek dengan logo Universitas Brawijaya hahaha ya emang orang yang sama. Raden Wijaya ini punya sejarah yang sangat erat dengan Kerajaan Majapahit. Berikut kisah singkat berdasarkan keterangan yang ada di poster:
Berdirinya Kerajaan Majapahit
Beberapa sumber sejarah menyebutkan bahwa berdirinya Kerajaan Majapahit tidak terlepas dari peran Raden Wijaya. Raden Wijaya adalah anak dari Dyah Lembu Tal yang merupakan keturunan dari Raja Singhasari. Pada masa pemerintahan Raja Kertanegara, Kerajaan Singhasari diserang oleh pasukan Jayakatwang dari Kediri. Penyerangan tersebut berhasil mengalahkan Singhasari dan membunuh Raja Kertanegara. Demi menyelamatkan Singhasari, Raden Wijaya bersekutu dengan terntara Tartar untuk melawan Jayakatwang. Tentara Tartar ini merupakan utusan Kaisar Kubilai-Khan yang ditugaskan menghukum Kertanegara karena tidak mau mengakui Kubilai-Khan.
Raden Wijaya dengan dibantu tentara Tartar berhasil mengalahkan Jayakatwang. Agar dapat meneruskan kemegahan Kerajaan Singhasari, kemudian Raden Wijaya berbalik menyerang dan mengusir tentara Tartar. Sejak itu Raden Wijaya diangkat sebagai raja pertama, ia mendirikan Kerajaan Majapahit pada tanggal 12 November 1293 M. Masa akhir pemerintahan Raden Wijaya diwarnai dengan banyak pemberontakan dan intrik di kalangan penguasa, namun mereka yang ingin memecah persatuan dan kesatuan Majapahit dapat ditumpas oleh Raden Wijaya.
Tau nggak asal nama Majapahit ini dari mana? Buat yang belum tau, saya kasih tau dengan mengutip penjelasan dari buku 'Nusantara' karya Bernard H. M. Vlekke (hal. 62, baris 19) (pakai data biar tulisannya terpercaya lol):
"Seorang Madura pengikut Wijaya yang sedang bekerja di permukiman baru itu memetik buah tapi membuangnya lagi, sambil berkata bahwa rasanya pahit. Inilah, menurut legenda, asal muasal nama tempat baru itu: Majapahit, yang berarti "buah pahit"."
Tanaman buah itu masih ada sampai sekarang nggak? Oh tentu. Di halaman sekitar Museum Majapahit ada banyak pohon buah Maja yang ditanam. Penampilan fisik buahnya mirip dengan jeruk Bali. Sayangnya pas di sana nggak nemu buah yang sudah sebesar itu, malah saya taunya pohonnya belum berbuah. Belum rejeki memang. :))
Pohon buah Maja |
*
Kirain ga boleh foto karena bakal gimana gitu eh ternyata kok wkwkwk.. Dan aku baru tau bentuk pohon maja, kirain pohon ini udah jadi legenda aja ternyata masih ada ya ampun :))
ReplyDeletealasannya masih seputar dunia manusia hahaha, aku juga baru tau bentuk pohonnya kemarin itu kak xD
DeleteBelakangan ini akualagi suka ke tempat sejarah gitu, buat stock pengajaran ke anak ku hehe..
ReplyDeletetapi belum pernah berkunjung ke musium
Majapahit sih..
kalau lagi main ke jatim coba mbak ke museum majapahit
Delete