January 9, 2019

Pengalaman Berharga dari Bali


Bali sudah jadi destinasi impian saya sejak masih SD dulu. Dua puluh tahun kemudian impian ini baru terwujud. Tahun lalu akhirnya kaki ini menginjak tanah Pulau Dewata. Deg-degan campur excited jadi satu. Walaupun sudah sejak lama diimpikan nyatanya saya kebingungan juga waktu merencanakan akan pergi kemana saja selama di Bali (saking banyaknya pilihan objek wisata yang ada).

Setelah tanya sana sini, browsing ini itu, dan nonton vlog Korea Reomit waktu ke Bali, akhirnya punya garis besar gambaran mau ke mana. Tempat-tempat yang masuk daftar itinerary: Danau Beratan, Danau Batur, Tegalalang, Ubud Monkey Forest, Pantai Kuta, Jimbaran, Tanah Lot, dan Uluwatu. Biarpun nggak semuanya dikunjungi.

Objek wisata yang berhasil saya kunjungi di Bali:

1. Pura Ulun Danu Beratan
Pintu masuk khas Bali

Secara geografis Pura Ulun Danu Beratan berada di ketinggian kurang lebih 1.200 m di atas permukaan laut. Sedangkan secara administratif, tempat ini berlokasi di Desa Candikuning, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan. Pura Ulun Danu Beratan adalah salah satu dari sembilan "Pura Kahyangan Jagat" yang mengelilingi Pulau Bali. Pura Ulun Danu Beratan dibangun oleh I Gusti Agung Putu pada tahun 1556 Saka (1634 M). Di dalam Pura Ulun Danu Beratan ada lima pura lagi dan sebuah stupa Buddha. Lima pura tersebut adalah Pura Penataran Agung, Pura Dalem Purwa, Pura Taman Beiji, Pura Lingga Petak, dan Pura Prajapati. Pura-pura tersebut digunakan oleh umat Hindu Bali maupun luar Bali untuk memuja Tri Murti (Brahma, Wisnu, dan Siwa) atas kesuburan tanah, kesehatan diri, dan perlindungan semesta. (sumber)

Waktu saya tiba di sana kebetulan sedang ada ritual ibadah umat Hindu di depan gerbang Pura Penataran Agung. Para pemeluk agama Hindu ini beribadah sambil menghadap ke arah Danau Beratan. Laki-lakinya memakai kemeja atasan dan udeng Bali warna putih, sedangkan perempuannya memakai kebaya Bali warna merah dengan ikatan di pinggang warna putih.

Pura Penataran Agung digunakan untuk memuja Tri Purusha Siwa (Siwa, Sadha Siwa, Parama Siwa) (sumber).

Pura Lingga Petak (kiri) dengan tiga atap, di sana terdapat sumur suci yang memiliki air dari "Tirta" Ulun Danu, dipercaya sebagai sumber utama air di Danau Beratan dan fertilitas. Pura Tengahing Segara (kanan) dengan sebelas atap, difungsikan untuk memuja Dewa Wisnu dan Dewi Danu (dewi yang menguasai danau) (sumber).

Pura Lingga Petak

Stupa Buddha

Taman di kawasan wisata Ulun Danu Beratan ditata dengan sangat rapi dan cantik. Nggak ada sampah berceceran di dalamnya. Udaranya sangat sejuk karena berada di daerah yang cukup tinggi. Fasilitas yang tersedia di taman ini ada taman bermain anak, toilet, restoran, dan toko oleh-oleh. Pengunjung bisa mancing atau naik speed boat juga di Danau Beratan.

Salah satu sudut taman Pura Ulun Danu Beratan


2. Air Terjun Leke-Leke
Pintu masuk kawasan wisata Air Terjun Leke-Leke

Kawasan wisata air terjun Leke-Leke terletak di Desa Banjar Mekar Sari, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan. Objek wisata ini baru dibuka pada bulan Maret 2017, diprakarsai oleh Nyoman Sukania. Sebelum dikelola, masyarakat mengenal kawasan tersebut sebagai "Kipuan Kebo" atau tempat pemandian dan minum kerbau milik Ida Batara yang berstana di Pura Puncak Pegametan di Desa Sulangai Petang. Karena merupakan kawasan yang sakral, maka pengelolaan air terjun ini tetap memperhatikan norma sosial dan kearifan lokal yang berlaku sehingga aktivitas wisata tidak mengganggu kegiatan ritual yang dilakukan di kawasan air terjun Leke-Leke. (sumber)

Untuk mencapai air terjun setinggi 32 meternya, pengunjung harus berjalan kaki di jalur trekking yang ada. Jalur trekking ini ada di antara pepohonan yang rindang. Pohon-pohon ini tumbuh di atas tanah milik warga. Saya nggak yakin untuk jarak tempuhnya berapa ratus meter, yang jelas jalannya turun waktu berangkat dan naik ketika pulang. Siapin tenaga aja karena lumayan juga bikin ngos-ngosan kalau nggak pernah olahraga huhu.

Salah satu jalur trekking dengan medan yang datar

Mungkin karena saya sudah beberapa kali melihat air terjun di Jawa Timur, ketika melihat air terjun Leke-Leke rasanya biasa saja karena nggak ada penampilan fisik yang membuatnya istimewa. Nggak kayak Coban Pelangi misalnya yang ada efek pelanginya. Yang membuat saya tertarik di situ justru duriannya hehehe. Durian ini dijual di dekat air terjun. Mayan habis capek trekking isi tenaga dulu untuk naik pas pulangnya. Duriannya mantap bos masak pohon, ukurannya besar, hanya dua puluh lima ribu rupiah saja satu buahnya HUHUHUHU.

Duriannya enak banget T_____T

Nggak hanya terdapat air terjun, di kawasan wisata ini juga terdapat tempat yang memanjakan pengunjung seperti restoran dengan pemandangan alam terbuka, taman yang ditata bagus, giant swing, toilet, dan penginapan outdoor (kayaknya target sasarannya memang turis mancanegara, waktu di sana saya bertemu dua orang wisatawan dari Rusia yang mandi di bawah air terjun, kemudian ada dua wisatawan Asia Timur pas saya pulang).

Pemandangan dari restoran

Penginapan outdoor

Taman

Kabut setelah hujan


3. Sawah Tegalalang
Sawah-sawah di Tegalalang ditata dengan sistem terasering yang rapi. Turis mancanegara buanyak banget yang ke sini, mungkin karena di negaranya nggak ada. Kalau ingin menelusuri terasering sawah-sawah di Tegalalang ini, siapkan tenaga karena harus turun dan naik untuk menjelajah areanya yang berbentuk U. Walaupun rada-rada curam, jalurnya masih aman karena diberi tatakan seperti ubin supaya nyaman. Pohon-pohon kelapa yang ditumbuhkan di sisi-sisi sawah semakin menambah indah pemandangannya. Tapi kalau ibu atau nenek saya yang saya ajak ke sini pasti protes sih karena ngapain jauh-jauh ke Bali kalau akhirnya lihat sawah yang di deket rumah aja ada wkwk.




Jalan raya di Tegalalang


4. Danau Batur dan Makam Trunyan

Danau Batur terletak di lereng Gunung Batur dan secara administratif masuk di Kecamatan Kintamani. Karena terletak di ketinggian 1.050 meter di atas permukaan air laut maka suhu udara di kawasan Danau Batur tergolong sejuk. Luas danau ini adalah 16 km persegi dan memiliki kedalaman rata-rata 50,8 meter. (sumber)


Waktu di sana ada tawaran untuk menyebrang danau menuju makam penduduk Desa Trunyan. Makam ini unik karena jenazah tidak dikubur di dalam tanah melainkan dibaringkan saja di atas tanah. WOW MENARIK SEKALI BUKAN. Belum terlaksana ke Manado untuk melihat makam suku Toraja, makam Trunyan pun jadi!

Menuju pintu makam Trunyan

Keterangan yang ada di papan di makam Trunyan:

Berbeda dengan masyarakat Bali lainnya, masyarakat Trunyan dalam upacara ngaben tidak membakar mayat (mengkremasi) tetapi mayat dari orang yang meninggal hanya diletakkan di atas tanah dengan dipagari "ancak saji" (anyaman bambu yang dibuat sedemikian rupa). Meskipun demikian, anehnya tidak tercium bau busuk yang diyakini sebagai akibat dari pengaruh pohon Taru Menyan (taru = pohon, menyan = wangi) yang tumbuh di kuburan Trunyan. Pada saat prosesi upacara mengantar mayat ke kuburan, para wanita dilarang ikut ke kuburan. Hal ini berdasarkan keyakinan bahwa jika wanita ikut mengantar ke pemakaman, maka di desa akan terjadi bencana. Prosesi upacara pemakaman di Desa Trunyan sampai saat ini dilaksanakan sebagaimana diwarisi dari para leluhurnya.

Ancak saji yang menutupi para jenazah, barang-barang semasa hidupnya ikut ditaruh di dekat ancak saji konon untuk bekal di alam baka

Tengkorak-tengkorak manusia di makam Trunyan, boleh dipegang atau diangkat tapi nggak boleh dibawa pulang

Menurut penjelasan penduduk lokal, jenazah yang diletakkan di makam Trunyan adalah mereka yang sudah menikah, tidak memiliki luka fisik, dan meninggal secara wajar bukan bunuh diri. Bagi jenazah yang sudah menikah tetapi ada luka fisik dan/atau meninggal tidak wajar maka jenazah akan dikebumikan di tempat lain. Bagi jenazah yang belum menikah maka makamnya ada di tempat lain, jadi satu lokasi dengan bayi dan anak-anak. Pengunjung yang mendatangi makam Trunyan boleh mengambil foto maupun video, boleh menyentuh tengkorak maupun tulang belulang serta benda-benda yang ada di sana, namun tidak boleh mengambil benda apa pun yang ada di sana termasuk daun. Konon jika melanggar aturan maka akan terjadi hal buruk yang menimpa pelaku, dan benda yang diambil harus dikembalikan.



5. Pantai Lembeng

Pantai ini berpasir hitam yang sepertinya belum dimanfaatkan secara masif untuk daerah wisata karena masih kotor banyak sampahnya. Ada sih kafe dan warung di sana tapi yang bagus hanya satu dan itu pun pengunjungnya bule. Mungkin dia mau mencari ketenangan karena sudah bosan dengan tempat mainstream lainnya di Bali, atau bisa jadi dia pemilik kafenya.


6. Pantai Sanur

Kalau kamu suka ketenangan dan keselowan, menginaplah di kawasan Sanur. Aktivitas di sana paling lama sampai jam sepuluh malam, pun jalanannya bebas macet. Wisatawan asing yang ada di daerah Sanur kebanyakan sudah berumur, anak mudanya kayaknya ngumpulnya di Kuta yang lebih ramai. Seperti suasana kawasannya, pantai-pantai di Sanur pun airnya sangat tenang. Bahkan terlihat nyaris tanpa ombak, padahal ombaknya ada. Pantainya cocok untuk santai-santai berendam. Yang nggak berani berenang di pantai berombak besar, pantai di Sanur cucmey. Saya sendiri lebih nyaman di Sanur daripada di Kuta. Sayangnya kalau sunset bagusan di Kuta, di Sanur cocoknya untuk melihat sunrise.


7. Pantai Kuta
Kawasan Kuta berbanding terbalik dengan Sanur, di Kuta suasananya rameee banget terus jalanannya macet. Hiruk pikuk deh pokoknya. Pantainya berombak besar jadi bisa dibuat surfing. Pengunjungnya juga rameee banget, campur aduk wisatawan asing dan lokal. Kalau kamu suka suasana yang meriah bahkan sampai larut malam, Kuta is perfect for you.

Sunset di pantai Kuta

Pola pasir di pantai Kuta setelah tersapu ombak, pasir di sini campuran antara pasir putih dan hitam


Banyak tulisan di internet yang bilang kalau menjelajah Bali enaknya naik sepeda motor, sewa di sana terus nyetir sendiri. Berhubung saya buta arah di tempat baru, jadinya lebih milih mobil biar sekalian sama driver. Saya bersyukur bertemu dengan driver merangkap tour guide baik hati di Bali, namanya om J. Om J sudah sering sekali bawa wisatawan dari luar negeri jadi kerjanya sangat profesional dan bertanggung jawab. Nggak hanya om J, saya juga ketemu tante S (pacar beliau yang juga baik hati). I am really grateful I met them.


*

2 comments :

  1. Wah kamu solo traveling ke Bali? Seru banget!

    Sejak keluarga tinggal di sana aku malah jadi jarang eksplor ke tempat-tempat wisatanya. Pengen sih kalo pulang ke Bali lagi nggak cuma untuk kulineran aja.

    Btw, kok kamu bisa ditawarkan ke makam trunyan ya? Aku kira udah lama nggak ada wisatawan yang ke sana. Soal tengkorang milik jenazah, megang aja sungkan, mana mungkin berani dibawa pulang T_T

    ReplyDelete
    Replies
    1. berdua sebenernya tapi errr merasa sendiri lol
      apakah menjadi warga lokal mengurangi keinginan untuk eksplor? xD
      tiba-tiba ada bapak2 nawarin nyebrang gitu dan harganya oke yaudah ikut aja, ternyata pas lihat harga aslinya di loket wow sepertinya bapaknya calo wkwk, katanya warga lokal di sana yang jadi tour guide dulu ada turis dari australia diam-diam ngambil dua tengkorak dan pas sampai di hotel dia kenapa-kenapa huhu serem T_T

      Delete

Halo! Terima kasih sudah membaca dan meninggalkan komentar. Komentar yang masuk akan dimoderasi terlebih dahulu.

Back to Top