December 2, 2016

[Malaysia Part 2] Bahasa Melayu dan Bahasa Indonesia


Sewaktu pesawat mulai terbang merendah dan terlihat hamparan perkebunan sawit dari jendela pesawat, rasanya nggak nyangka kalau akhirnya saya di luar negeri hehehehe. Saya jadi teringat saran ibu-ibu di kantor imigrasi saat saya mengurus paspor Desember tahun lalu. Beliau menyarankan, bagi pemula seperti saya lebih baik pergi ke Malaysia dulu saja daripada Singapura karena Malaysia lebih murah. "Mengunjungi Malaysia" saya tulis sebagai resolusi tahun 2016 di buku agenda. Syukur alhamdulillah tercapai!

Never give up on your dreams!

*inspiratif*


Waktu di imigrasi bandara saya ditanyai oleh petugas keturunan arab. Masnya ganteng tapi sayang pelit senyum dan ngomongnya nggak terlalu jelas antara bahasa Melayu atau bahasa Inggris. Mungkin dia lelah.
Saya sibuk membaca kalimat di baliho-baliho di tepi jalan selama perjalanan dari bandara ke hotel. Bahasa resmi negara Malaysia adalah bahasa Melayu. Bahasa Melayu dan bahasa Indonesia kan nggak beda jauh ya, tapi tetep ada bedanya. Ada satu yang bikin saya ngikik, iklan kosmetik dengan slogan "Jelita Sepanjang Masa". Kalau di bahasa Indonesia udah kayak bahasa puisi.

Terus ada lagi "tandas" yang dalam bahasa Indonesia berarti "toilet". Kemudian "kecemasan" yang mempunyai arti "darurat" dalam bahasa Indonesia, "penyaman udara" untuk AC, "laluan" untuk jalan (kb), dan "motosaikel" untuk sepeda motor. Saya pernah pakai istilah sepeda motor tapi uncle sopir yang saya ajak ngomong nggak ngeh apa itu sepeda motor.

Gongnya adalah tulisan yang saya temukan di komuter ini:



(((TUKUL KECEMASAN)))

Malaysia punya tukul kecemasan, Indonesia punya Tukul Arwana. Mantap tak?

Indah sekali perbedaan bahasa ini.

to be continued...

4 comments :

  1. Wkwkwkk... Hebat bener ya mas Tukul. Dikenal dan terkenal sampe Malaysia dan beralih fungsi.. xD
    Btw, salam kenal mbak

    ReplyDelete
    Replies
    1. hahahaha aku nahan ketawa banget waktu tau tukul kecemasan, salam kenal!

      Delete
  2. Tau ga mba, pas kuliah di Penang dulu, aku ngerasain yg sama. Padahal selama ini aku udh sering ke Malaysia, tapiiii bukan untuk kuliah. Pas kuliah, ketemu banyak teman Melayu, dan ketika mereka bicara, aku langsung blank denger ucapan mereka yg cepeeet, dan aku ga paham blaaas. Istilah2 yg biasanya mereka pakai kalo bicara dengan foreigners kayak aku, kali ini bicara pakai istilah Slank yg biasa mereka pakai, aku jadi ga mudeng 😂.

    Akhirnya aku beli banyaak novel Malaysia, yg bahasa Melayu. Di sana banyak tuh istilah yg sering temen2 pakai. Tiap ada yg aku ga paham, aku highlight dan tanya temen, itu artinya apa.

    Akhirnya jadi bisa ngikutin percakapan mereka, mau secepet kereta api, aku bisa nangkep juga 😂. Kec mereka pakai BHS daerahnya, itu beda cerita 😅. Memang sih, kalo mau belajar BHS asing, sbnernya cukup beli novel mereka. Aku banyak belajar dari sana. Dan novel Malaysia itu bagus sih , walopuuun kdg tema cerita udh bisa ketebak dan rada lebay, tapi bisa naikin emosi 😄😄

    ReplyDelete
    Replies
    1. Waduh mbaaa kalau mereka udah pakai slang itu beneran roaming banget. xD Benerrr...kalau pakai bahasa daerah mereka juga kita nggak ngerti sama sekali, hahahaha. Oh gitu ya, saran mba Fanny nggak kepikiran di aku sebelumnya. Aku selama ini ngiranya banyak dengerin video mereka aja. Aku gabung aja kali ya caranya, cara audio dan cara visual dengan baca buku bahasa mereka.

      Delete

Halo! Terima kasih sudah membaca dan meninggalkan komentar. Komentar yang masuk akan dimoderasi terlebih dahulu.

Back to Top