February 18, 2022

#JanexLiaRC: Membaca Empat Buku tentang Agama dan Perempuan


Waktu Ci Jane dan Lia mengumumkan warna sampul buku yang harus dibaca bulan ini adalah merah atau pink, saya langsung excited dan bertekad untuk membaca buku-buku, baik yang sampulnya berwarna merah maupun pink. Nggak mau milih salah satu, harus keduanya! Maruk banget. πŸ˜†
 
Hal ini karena buku-buku yang saya beli tahun lalu, yang sampulnya kebetulan berwarna merah dan pink, belum saya baca sama sekali walaupun bukunya nggak tebel-tebel amat. Hasilnya saya berhasil membaca empat buku untuk JanexLiaRC bulan Februari~~~ Gas pol rem blong wkwk. Sebenarnya satu dari empat buku tersebut sampulnya berwarna oranye, tapi karena temanya sama dengan tiga buku lainnya jadi ya sekalian saya lahap juga hehehe.

Tema besar dari keempat buku yang saya baca kali ini adalah agama dan perempuan. Tiga buku ditulis oleh Kalis Mardiasih dan satu buku oleh Angela Frenzia Betyarini. Siapa Kalis Mardiasih dan Angela Frenzia Betyarini?


Profil Kalis Mardiasih
Sebelum membaca tiga bukunya, nama Kalis Mardiasih sudah nggak asing buat saya karena twit-twitnya yang bertemakan Islam dan women empowering sering lewat di timeline Twitter. Saya tergerak untuk membaca buku-buku Kalis setelah membaca satu tulisannya tentang standar kecantikan perempuan. Ingat nggak dulu pernah ada keributan netizen dengan seorang selebgram yang self proclaimed sebagai Menteri Kecantikan? Nah, Kalis ikut bersuara tentang hal tersebut di sebuah artikel yang diterbitkan di website Mojok. Sejak saat itu, saya kagum dengan Kalis dan akhirnya membeli tiga buku karyanya yang berjudul 'Hijrah Jangan Jauh-Jauh, Nanti Nyasar!', 'Sister Fillah, You'll Never Be Alone', dan 'Muslimah yang Diperdebatkan'.
 
Kalis Mardiasih bukan ustazah, ia senang menyebut dirinya sebagai penulis perempuan yang mempunyai obsesi untuk mencatat berbagai pengalaman perempuan. Kalis banyak menulis fenomena keberagaman dan keberagamaan di masyarakat dan isu kesetaraan perempuan, khususnya perempuan Muslimah yang akhir-akhir ini tengah menghadapi tantangan konservatisme dan ekstremisme beragama. Bersama Jaringan Nasional Gusdurian, Kalis terlibat dalam memetakan kondisi, menganalisis tantangan, memfasilitasi pelatihan literasi, dan memproduksi konten kampanye digital bertajuk "Indonesia Rumah Bersama" dalam merespons eskalasi ujaran kebencian di media digital.
 
Saat ini, penulis kelahiran Blora, 16 Februari 1992 tersebut menulis kolom mingguan bertema Islam sehari-hari dan perempuan di detiknews dan untuk beberapa media digital lain seperti mojok.co dan DW Indonesia.
 
 
Profil Angela Frenzia Betyarini
Berbeda dengan Kalis, nama Angela Frenzia Betyarini belum pernah saya dengar sebelumnya. Angela Frenzia Betyarini lahir di Bandar Lampung, 28 Februari 1988. Alumni magister program studi Kajian Budaya dan Media UGM ini dikenal aktif menjadi dosen tamu dan pembicara kajian gender dan seksualitas di beberapa universitas, komunitas, dan organisasi. Angela tergabung sebagai peneliti dalam Pusat Studi Lokahita Yogyakarta (lokahita.org), yaitu sebuah lembaga riset yang mengedepankan isu-isu keberagaman dan inklusivitas. Angela juga tergabung sebagai Coordinator of Gender Studies dalam organisasi GSHR Udayana Bali (gshrudayana.org). Pusat studi ini berfokus pada isu-isu kesetaraan gender, seksualitas, dan hak asasi.


Buku-Buku Kalis Mardiasih
Hijrah Jangan Jauh-Jauh, Nanti Nyasar! 
(Buku Mojok, cetakan ketiga: Juni 2020, xii + 210 hlm.)


Buku ini terdiri dari lima bab yang membicarakan Islam dan (1) kebaikan kanak-kanak, (2) kemanusiaan, (3) akal sehat, (4) contoh baik, dan (5) modernitas. Setiap bab berisi esai-esai Kalis tentang kerisauannya terhadap fenomena beragama yang di tangan sebagian kalangan begitu eksklusif dan menyeramkan. Bagi Kalis, beragama seharusnya menyenangkan, dipenuhi kebaikan, serta tidak sesak oleh amarah atau hasrat penaklukan. Kebaikan-kebaikan itu dia temukan dalam praktik keberagamaan yang sederhana. Kalis berbicara dengan orang-orang bersahaja, menyaksikan cara mereka mengamalkan kesalehan, dan menemukan Islam yang teduh di sana.

Membaca buku ini membuat hati saya tenang. Tulisan-tulisan Kalis tentang mengaji di masa kanak-kanaknya, membuat saya bernostalgia. Materi mengaji yang dia dapat, kurang lebih sama dengan materi yang saya dapat dulu (errr...banyakan Kalis sih hehe, karena dia pernah nyantri), terutama tentang kitab Alala tanalul ilma ila.
 
Ketika saya masih kanak-kanak dulu, materi mengaji yang diajarkan adalah membaca Iqra', mempelajari makhraj huruf, tajwid, fikih, qira'ah, shalawat, dan kitab-kitab pegon yang saya lupa judulnya. Semua diajarkan oleh guru-guru ngaji di kampung yang profesi utamanya bukan pemuka agama tapi memiliki ilmu agama karena pernah belajar kepada ulama (dengan sanad keilmuan yang jelas). Ada yang petani, juragan sawah, pegawai pabrik, santri pesantren kampung sebelah, dan mbak-mbak yang masih sekolah menengah. Mbak-mbak ini ada yang sepupu saya sendiri. Intinya, mengaji di masa kanak-kanak saya sangat bersifat kekeluargaan dan jauh dari doktrin-doktrin menyeramkan tentang beragama secara ekstrem dan radikal.

Menurut Kalis, dunia harus tahu bahwa Islam tidak hanya diwakili oleh negara-negara yang sedang berkonflik atau kelompok-kelompok yang membabi buta. Ada wajah Islam yang lain di Indonesia dengan manhaj berpikir dan kekhasan sosiologisnya yang melahirkan berbagai tradisi dan laku beragama yang dapat menjadi pengayom bagi sesama.
 
Islam Nusantara adalah Islam yang menganut Rukun Iman dan Rukun Islam yang sama dengan kaum Ahlussunnah wal Jamaah (Sunni) di bagian dunia mana pun seperti disepakati jumhur ulama yang otoritatif. Singkatnya, Islam Nusantara ini, ya, Islam, tetapi dengan fakta geografis, sosiologis, politik, dan lain-lain di Nusantara. Jadi, punya sesuatu yang khas. Narasi masa kini adalah hidup berdampingan dan mengupayakan kebaikan-kebaikan untuk generasi berikutnya. Bagaimana mewariskan mereka udara, kualitas tanah, dan air yang lebih baik; teknologi yang memudahkan kehidupan; serta sistem persaudaraan yang tidak saling menyerang satu sama lain.

Btw tulisan yang paling saya favoritkan di buku ini berjudul 'Lik Jaswadi dan Lik Ndari Tidak Menggunakan Agama buat Kampanye' yang ada di bab Islam dan Contoh Baik.

🌸🌸🌸

Sister Fillah, You'll Never Be Alone
(Qanita, cetakan II: Juni 2020, xxvi + 126 hlm.)


Buku ini ditulis oleh perempuan untuk perempuan dengan sudut pandang perempuan dalam keislaman. Kalis mengajak pembacanya untuk melihat perempuan dari berbagai aspek berdasarkan fakta sehari-hari. Banyak perempuan yang sukses dengan keluarga dan pendidikan. Di sisi lain masih banyak perempuan yang masih terlilit persoalan, seperti para ibu tunggal yang harus berjuang membesarkan anaknya, korban kawin muda, buruh perempuan tanpa upah layak, perempuan korban kekerasan, dan banyak lagi. Jadi, buku ini tidak membahas tentang kenapa perempuan "lebih mudah masuk neraka", suka umbar aurat, suka ghibah, dan semacamnya, karena pahala dan dosa tidak sesederhana hitungan penambahan dan pengurangan matematika.
 
Islam memiliki prinsip dasar bahwa setiap manusia, baik laki-laki maupun perempuan, adalah sama-sama hamba Allah sekaligus khalifah fil ardh yang punya mandat mewujudkan kemaslahatan seluas-luasnya di muka bumi. Keduanya menjadi subjek penuh kehidupan yang sama-sama wajib berikhtiar mewujudkan kemaslahatan di mana pun berada, sekaligus menikmatinya. Seperti juga laki-laki, perempuan adalah manusia, sehingga sama-sama wajib bersikap manusiawi kepada orang lain, sekaligus berhak diperlakukan secara manusiawi oleh orang lain.
 
Di buku ini Kalis mengkritisi beberapa narasi yang seolah-olah menyetarakan perempuan tetapi kenyataannya tidak, seperti di mana "sebaiknya" perempuan berkarier, tentang otoritas tubuh perempuan, reproduksi, dan kekerasan seksual. Semua itu disampaikan Kalis dengan ringan, menarik, dan mudah dimengerti karena dia berkompeten di bidangnya, bergelut langsung, meneliti, dan rutin menulis tentang kaum perempuan. Buku ini menginspirasi saya untuk meyakinkan diri sendiri bahwa saya sempurna menjadi perempuan. Kami tidak memerlukan validasi ukuran-ukuran orang lain untuk sempurna menjadi perempuan.
 
Dua kutipan yang saya favoritkan dari buku ini adalah sebagai berikut:
  1. Perempuan yang sadar akan otoritas tubuhnya akan memiliki keberanian untuk membuka diskusi dengan pasangan. Ia juga akan memiliki ketegasan untuk jujur kepada pasangan jika tubuhnya dalam kondisi kurang sehat sehingga tidak mampu berhubungan seksual. Laki-laki yang mendukung kesetaraan tidak akan menganggap hal ini sebagai perlawanan atau pembangkangan, sebab menghormati martabat perempuan adalah bagian dari menghormati ciptaan Allah Swt. (hlm. 78)
  2. Tiga ulamaku (Gus Dur, Gus Mus, dan Prof. Quraish Shihab) bisa punya anak perempuan juara karena menganggap akal perempuan penuh, kedirian perempuan penuh, jalan bertauhid perempuan penuh. (hlm. 108)

🌸🌸🌸
 
Muslimah yang Diperdebatkan
(Buku Mojok, cetakan kesembilan: Oktober 2020, xii + 202 hlm.)

 
Buku berjudul 'Muslimah yang Diperdebatkan' ini mengusung tema yang sama dengan buku 'Sister Fillah, You'll Never Be Alone'. Perbedaannya terletak pada jumlah halaman karena buku yang ini membahas topik yang lebih luas, yaitu tentang tubuh, kemanusiaan, religiusitas, dan berbagai pengalaman perempuan lainnya. Buku ini berisi tentang pemikiran, perenungan, sekaligus curhat seorang perempuan. Kalis berupaya memberikan dukungan kepada suara perempuan yang seringkali gagal didengar dan dipahami karena hukum halal-haram selalu dijatuhkan terlebih dahulu dibanding aspirasi dan pengalaman perempuan.
 
Kalis bertumbuh dengan keyakinan bahwa Islam tidak bertentangan sama sekali dengan ide-ide humanisme. Tugas manusia pada setiap zaman adalah membumikan nilai-nilai Islam agar dapat menjawab situasi kebudayaan sesuai ruang, waktu, dan kemanusiaan saat ini. Islam selalu hadir lebih nyata lagi pada diri Kalis di dalam sebuah ide bernama feminisme. Feminisme yang dalam banyak situasi sebetulnya bermakna keadilan. Keadilan hakiki untuk semua manusia.
 
Setiap perempuan dan laki-laki yang mengerti martabat kemanusiaan masing-masing akan memandang gender lain dengan setara. Hal ini sesuai dengan ajaran tauhid yang menerangkan bahwa setiap manusia setara di hadapan Allah dan memiliki peran yang sama untuk menciptakan kebaikan sebagai khalifah (wakil Tuhan) di muka bumi. Banyaknya perempuan terbukti menjadi saintis, cendekiawan, teknisi, dan pemimpin yang baik adalah bukti akal perempuan dan laki-laki setara.
 
Lebih jauh, Kalis menyuarakan tentang relasi dalam pernikahan dan membahas soal poligami. Ketika memasuki lembaga pernikahan, perempuan dan laki-laki yang tidak saling menguasai dan tidak saling melecehkan satu sama lain tentu lebih siap untuk mewujudkan tujuan pernikahan menurut Islam, yakni maslahah (adil dan tidak saling merendahkan martabat kemanusiaan satu sama lain).
 
Di buku ini dijelaskan bahwa Rasulullah saw. berpoligami pada sepuluh tahun terakhir periode dakwahnya ketika banyak terjadi peperangan. Pilihan Nabi untuk menikahi janda-janda pada fase itu menerangkan fase sosial yang khas, yakni, pada masa kini ketika tak ada kebutuhan atas situasi yang sama khasnya, pilihan poligami dengan tegas boleh ditolak. Tradisi beristri lebih dari satu adalah tradisi jahiliyah yang tidak hanya terjadi pada masa Arab pra-Islam, ia juga menjadi tradisi gelap suku Yunani, bangsa Yahudi, dan masyarakat Eropa yang bukan Islam. Islam datang menerangkan konsep pembatasan jumlah serta konsep keadilan yang diakhiri dengan syariat larangan bilamana laki-laki tak mampu berbuat adil.
 
Di abad sebelum Hijriyah itu, negara Arab juga merupakan negara jahiliyah yang suka membunuhi perempuan atau menguburnya hidup-hidup. Baru setelah Islam datang bersama Nabi Muhammad, laki-laki diminta belajar menghargai hak hidup dan hormat kepada perempuan. Demikian pula generasi kita. Kalau dulu perempuan di-catcalling itu dianggap wajar, mari pelan-pelan hilangkan tradisi itu. Kalau dulu perempuan dianggap wajar nggak disekolahkan karena ujungnya dinikahkan cepat-cepat, mari tepis anggapan itu karena perempuan juga boleh pintar. Kalau dulu perempuan dianggap makhluk lembut yang nggak boleh melawan, ya ternyata, perempuan yang menjadi korban kekerasan itu sakit dan lama-lama mereka pasti melawan juga. Perempuan memang harus melawan jika ia mendapat tindakan pelecehan dan kekerasan yang menciderai martabat dirinya.

Terakhir, kutipan favorit saya dari buku ini yaitu:
  1. Saya selalu ingat nasihat Habib Luthfi Bin Yahya untuk tetap menjadi manusia biasa. Kita boleh memproses mendekat kepada Tuhan selangkah demi selangkah seiring pekerjaan yang kita geluti juga aktivitas yang kita cintai saat ini, tanpa harus meninggalkannya. (hlm. 13)
  2. Lekas menikah dan alhamdulillah bahagia itu jatah dari Yang Maha Kuasa, sebagaimana kelonggaran rezeki buat sekolah tinggi, lalu berkiprah dan banyak bikin manfaat buat sesama. (hlm. 27)

 
Buku Angela Frenzia Betyarini
Demi Keset dan Rapet
(EA Books, cetakan pertama: Juni 2021, x + 176 hlm.)
 
 
Kalau buku-buku Kalis membahas tentang kesetaraan di beberapa bidang secara umum, lain halnya dengan buku Angela yang berjudul 'Demi Keset dan Rapet' ini. Buku ini spesifik membahas tentang kesetaraan di aspek seksualitas. Angela melakukan studi pustaka dan wawancara dengan beberapa narasumber terkait hal tersebut.
 
Ini adalah kali pertama saya membaca buku non-fiksi dengan genre yang seperti ini. Banyak hal baru yang saya dapat dari buku ini, misalnya tentang tubuh perempuan yang dipatuhkan dan didisiplinkan oleh aturan negara di era Orde Baru. Pematuhan dan pendisiplinan itu dilakukan dengan subtle sehingga menjadi suatu hal yang dianggap wajar padahal timpang antara perempuan dan laki-laki.  
 
Selain itu adalah tentang rejunevasi vagina yang memang menjadi topik utama dalam buku ini. Rejuvenasi vagina merupakan istilah medis untuk rekonstruksi atau treatment vagina menggunakan metode pembedahan (vaginoplasty, labiaplasty, dan vulvaplasty), radio frequency, maupun teknologi laser. Semua metode tersebut bertujuan untuk mengencangkan kembali otot-otot vagina agar mudah menerima rangsangan penis, menguatkan kontrol vagina, membentuk interna dan eksterna vagina, termasuk rekonstruksi selaput dara.

Di buku ini dijelaskan bahwa tindakan perawatan vagina bukan hal baru di Indonesia. Sejak masa kerajaan Hindu-Budha, secara turun-temurun para perempuan diajarkan untuk selalu merawat vaginanya agar peret, keset, sempit, dan wangi menggunakan ratus hingga rempah-rempah olahan lainnya. Ratus diuapkan ke vagina seperti yang pernah saya tonton di film 'Kartini' dan 'Sang Penari'. Para perempuan Indonesia, khususnya di Jawa, juga meminum jamu dengan bermacam-macam nama seperti Sari Rapet atau Rapet Wangi untuk perawatan vagina mereka.
 
Rejuvenasi vagina secara tradisional maupun modern tentunya memiliki efek samping, di buku ini dipaparkan pengalaman perempuan-perempuan yang menjalani rejunevasi vagina secara pembedahan, yang tentu saja membuat saya ngilu ketika membacanya. Perihal seksualitas perempuan dan ketidaksetaraan dalam seksualitas karena patriarki ternyata lebih kompleks dari yang saya tahu sebelumnya.

🌸🌸🌸
 
Yup, that's it. Ada yang pernah baca buku-buku di atas juga? Atau ingin baca buku yang mana setelah baca postingan ini?
 
Semoga bermanfaat dan sampai jumpa di postingan selanjutnya. Bye!


*

14 comments :

  1. Walahh, Kak Endah langsung lahap 4 buku bulan ini!! Keren banget πŸ˜­πŸ‘πŸ‘πŸ‘πŸ‘
    Aku sering lihat juga tweet Mba Kalis ini berseliweran di Twitter, tapi belum pernah baca lebih detil untuk hasil tulisan-tulisannya πŸ˜‚πŸ˜‚ yang aku ingat, tweetnya Mba Kalis ini lumayang sering viral yak Kak πŸ˜‚.
    Btw, aku jadi tertarik untuk baca buku terakhir! EA books kalau terbitin buku tuh selalu menarik dan berani untuk topik-topiknya 😱

    ReplyDelete
    Replies
    1. Beruntung aku Li buku-buku yang sampulnya merah sama pink nggak tebel-tebel amat, isinya nggak terlalu berat, jadi bisa ngabisin empatπŸ˜† Iya twitnya Kalis sering viral, keep up banget sama masalah-masalah di lini masa yang lagi berlangsung.

      Oohh gitu, aku baru tahu Li kalau EA books ini tipe bukunya yang kayak gitu, makasih ya infonya😘 Cus langsung baca bukunya Angela~

      Delete
  2. Endah mantap banget langsung melahap empat buku 😱😱

    Aku udah lama pengin baca buku-bukunya Mba Kalis Mardiasih. Beberapa kali baca essaynya yang dimuat di Mojok tapi belum kesampaian karena yaah bukunya belum ada versi ebook sih yaah πŸ˜…

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wkwkwkwk lagi semangat 45 Kak😁 Iyaaa masih versi cetak aja kayaknya kalau buku-bukunya Kalis. :( Nah aku kebalikannya Kak Eya, esai Kalis di Mojok baru aku baca cuma satuπŸ˜…πŸ˜‚πŸ˜‚

      Delete
  3. Keren banget, Ndaaaah, langsung gassss empat judul buku dalam sebulan! Duh, ini tuh enaknya challenge bisa sekalian ngabisin tumpukan buku yak πŸ˜†

    Aku pernah denger nama Kalis Mardiasih karena beliau jadi narsum di podcast Kejar Paket Pintar. Waktu itu ngebahas komentar beliau yang dikritik netizen soal konten keguguran Aurel dan Atta. Podcast-nya seru deh. Beliau ngomongnya enak banget, tapi yang dia sampaikan tuh sebetulnya sangat sangat berisi. Semua perempuan (bahkan laki-laki) harus mendengar, wkwkwk.

    Thank you udah sharing bacaanmu, Ndah! ❤

    Btw lagii, ini kenapa cover buku-bukunya Mba Kalis lucuk-lucuk!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahahahaha beneeer ngabisin tumpukan buku adalah salah satu motivasi baca banyak buku Februari kemarin CiπŸ˜‚πŸ˜‚πŸ˜‚

      AKU LANGSUNG DENGERIN PODCASTNYA😁 Iya omongan Kalis itu berisi tapi penyampaiannya ringan. Dari dia, aku jadi lebih paham tentang feminisme.

      Ciii itulah yang bikin aku tambah semangat beli bukunya. Covernya lucyuuuuuk😍

      Sama-sama Ci Jane, makasih udah baca😘

      Delete
  4. Dan aku jadi pengen baca bukunya Kalis πŸ‘. Pernah denger namanya, tapi belum pernah baca bukunya. Untuk buku2 bertema Agama, aku jujurnya selalu cari tahu dulu apa isinya bakal ekstrem, atau ga. Ga suka kalo suatu agama dijadiin alasan untuk berbuat provokatif dan merasa paling benar. Makanya kalo isi bukunya cendrung begitu, biasa ga bakal aku baca. Tapi setelah baca review mba April, jadi yakin pengin baca bukunya mba Kalis πŸ‘πŸ˜

    ReplyDelete
    Replies
    1. Tos dulu mba Faaan~ aku pun juga nggak mau baca kalau isi bukunya provokatif, atau yang bikin takut sendiri dalam beragama huhu. Cus mba Fanny baca bukunya Kalis, enak dan bikin hati ademπŸ₯°

      Delete
  5. Kamu semangat banget ndah, 4 buku langsung dilibas sekaligus dan diceritakan dalam satu tulisan..rahasia semangatnya apa...?wkwkwkk

    Ngomongin islam nusantara, aku jadi ingat khotbah salat jumat tadi yang bercerita penyebaran agama islam di jawa yang disebarkan dengan pendekatan tradisi dan budaya masyarakat sekitar. Khususnya yang dilakukan para wali. Seperti melalui wayang, musik, makanan, dan sedekah laut.

    Menurut Pak Usman, khatib jumatan tadi siang, sedekah laut yang awalnya sebagai pemberian untuk penguasa lautan kemudian diubah sebagai sedelah bagi ikan dan hewan-hewan yang hidup di laut. Dengan harapan hasil tangkapan akan melimpah di waktu yang akan datang. Adem dengerin khotbah dari pak usman..hehhehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wkwkwkwkwk rahasianya adalah...rahasia😝 *dijitak* ini biar tumpukan buku cepet abis mas Vay, biar tahun depan bisa beli buku lagiπŸ˜‚ sama biar nggak lupa, jadi langsung cus tulis semua.

      Hooooo iya juga ya, bisa jadi makanan ikan-ikan di laut. Baru kepikiran, makasih mas Vay infonya. Dan untuk para wali itu, bener banget beliau-beliau menyebarkan agama Islam di Jawa dengan tidak memusuhi adat dan budaya yang sudah ada dulunya, jadi ya bisa dibilang penyebarannya dengan jalan damai.

      Delete
  6. Waah kereeen 4 bukuuu😍😍.
    Aku awalnya ngira Kalis itu ustazah kaya Oki, atau ga mungkin anakny ustad kaya wirda mansyur dll. Baru ngeh dr penjelasan mba endah, ternyata dia bilangnya bukan ustazah yaa..
    Paling penasaran sama sisterfillah, waktu itu liat covernya kok menarik.. 😍

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hihi makasih mba Thessa. Betul, Kalis bilang sendiri dia bukan ustazah. Nah aku juga suka banget sama cover Sister Fillah😍 mana pink, jadi makin suka wkwk. Btw tahun ini ada cover baru mba Thessa, warnanya jadi biru dan ilustratornya mba Puty.

      Delete
  7. Kalis, menurut sebagian kelompok Islam, mempunyai pemikiran yang agak liberal, aneh dan bersebrangan. (Dan saya termasuk ke kelomppok tersebut wowkwkwk)
    Dari pemikiran dan tulisannya, agak-agak bertententangan dengan pemahaman Islam yang saya fahami. Tapi ya udah lah ya, tiap-tiap kita punya pemahaman sendiri-sendiri. Saling beda pendapat dan berdebat adalah hal yang biasa 😝

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul, berbeda itu biasa. Yang penting nggak menebar kebencian dan ketakutan dalam beragama.

      Delete

Halo! Terima kasih sudah membaca dan meninggalkan komentar. Komentar yang masuk akan dimoderasi terlebih dahulu.

Back to Top