July 27, 2020

Review 3 Film Studio Ghibli


Hello! Welcome back to my blog. Hari ini seperti di judul, saya mau review tiga film Studio Ghibli yang saya tonton hari Minggu kemarin. Tiga film itu adalah 'Whisper of the Heart', 'Spirited Away', dan 'From Up on Poppy Hill'. Reviewnya sesuai dengan urutan nonton yang kebetulan juga urut tahun rilis masing-masing film dari yang paling tua. Leggo~~~


Whisper of the Heart (1995)

Seorang anak perempuan SMA bernama Shizuku menemukan satu nama yang selalu muncul di setiap buku-buku bacaan yang dia pinjam dari perpustakaan. Nama itu adalah Seiji Amasawa. Dia penasaran dengan pemilik nama itu. Suatu hari dia tanpa sengaja bertemu dengan anak laki-laki yang membaca lirik lagu buatannya, Shizuku kesal dengan tingkah anak laki-laki itu yang seolah meledek lirik buatannya.

Di suatu hari di musim panas Shizuku bertemu lagi dengan anak laki-laki tersebut di depan sebuah toko antik. Toko antik ini Shizuku temukan karena mengikuti seekor kucing gembul yang dia temui di dalam kereta tempat dia akan mengantar bekal makan siang ayahnya. Waktu bertemu dengan anak laki-laki ini, Shizuku melihat kucing gembul tersebut di boncengan sepeda anak laki-laki itu. Bekal untuk ayah Shizuku pun berada di tangan anak laki-laki itu. Shizuku terdistrak kucing gembul dan ceroboh meninggalkan bekal makan siang ayahnya. Untung saja tidak hilang. Kucing gembul yang ada di film ini sangat sassy dan cuek, hewan berbulu ini secara tidak langsung menghubungkan Shizuku dengan anak laki-laki itu.

Siapa sih anak laki-laki tersebut? Iya benar, dia adalah Seiji Amasawa yang dicari oleh Shizuku. Shizuku sebenenarnya sudah curiga dengan anak ini tetapi dia denial karena tidak mungkin seorang Seiji Amasawa ini anaknya tsundere wkwk. Seiji dalam bayangan Shizuku memiliki perilaku gentle, kemudian diledek oleh Seiji katanya Shizuku kebanyakan baca buku. Lhah dia sendiri lebih banyak baca buku hahaha. Lucu sekali sungguh dua orang ini bikin gemes.

Pertemuan Shizuku dengan Seiji ini membukakan mata Shizuku tentang apa yang akan dia lakukan untuk masa depannya. Shizuku memandang Seiji sudah memiliki perencanaan masa depan yang jelas, sedangkan dia sama sekali tidak memiliki bayangan apa pun tentang masa depannya. Dibantu dengan pencerahan dari kakek Seiji, Shizuku perlahan-lahan mengasah apa yang kakek Seiji sebut dengan batu kristal di dalam dirinya (alias bakat).

Film ini mengajarkan bahwa cinta monyet kalau dibawa ke arah yang positif ya jadinya baik. Alurnya berjalan dengan tidak terlalu pelan dan tidak terlalu cepat. Natural sekali karena tema yang diangkat di dalam film ini sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari anak sekolah. Tentang kegiatan di rumah seperti belajar dan membantu beres-beres pekerjaan domestik rumah tangga, tentang ujian sekolah, tentang cinta monyet anak SMA, dan tentang kegalauan memikirkan masa depan karena melihat temannya yang sepertinya sudah punya rencana untuk hidupnya (padahal ya sama saja, kalau orang Jawa bilang "sawang sinawang"). Konflik yang ada juga nggak lebay, cara penyelesaiannya pun nggak yang terkesan dibuat-buat.

Visualisasinya bagus banget, kelihatan kalau setiap detil gambar diperhatikan (misalnya jalanan yang ramai lengkap dengan kendaraan bermotor dan plang-plang nama toko di sekitarnya). Sepanjang nonton filmnya, saya membayangkan berada di tahun 1995 pada saat film ini rilis. Ditonton di tahun 2020 saja saya kagum dengan animasinya, apalagi ditonton pada masa itu. Studio Ghibli ini memang punya gaya sendiri ya untuk gaya gambar film-filmnya. Saya baru tahun ini nonton film dari Studio Ghibli dan terkagum-kagum dengan detil yang ada.


Spirited Away (2001)

Sebuah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan seorang anak perempuan sedang berada dalam suatu perjalanan menuju tempat tinggal baru mereka. Mobil yang dikendarai oleh sang ayah berbelok ke sebuah jalan yang ternyata ujung jalannya merupakan terowongan yang tidak bisa dilalui oleh mobil.

Anak perempuan dari keluarga itu bernama Chihiro. Ayah dan ibunya penasaran dengan terowongan tersebut, sedangkan Chihiro merasa takut. Namun akhirnya Chihiro mengikuti kedua orangtuanya. Terowongan itu mengarah pada sebuah taman bermain yang terabaikan. Di sana ayah Chihiro menemukan kedai yang penuh dengan makanan, tanpa merasa aneh ayah dan ibunya makan makanan yang ada di kedai tersebut. Chihiro tidak mau ikut makan dan memilih untuk berkeliling.

Ternyata tempat itu adalah pemandian untuk dewa-dewa. Chihiro terseret masuk ke dalam dunia lain itu bersama dengan ayah dan ibunya yang berubah menjadi babi. Heran ugha emang ya sama kedua orang dewasa ini kok ya nggak merasa curiga ada makanan melimpah di tempat yang sudah nggak dihuni manusia. Ckckckck.

Chihiro dibantu oleh seorang anak laki-laki bernama Haku, berusaha untuk kembali ke dunia manusia dan membebaskan orangtuanya agar menjadi manusia lagi. Namun perjalanan Chihiro tidak semudah itu, dia harus menjadi pekerja di pemandian tersebut di bawah majikan nenek-nenek yang nggak ramah. Nenek-nenek itu bernama Yubabaa. Jika Chihiro bertindak ceroboh sedikit saja, dia dan kedua orangtuanya akan dijadikan santapan para dewa.

Film ini durasinya dua jam dan alurnya berjalan lumayan lambat, tapi tidak selambat itu. Masih nggak bikin saya bosan. Bentuk dewa-dewanya macem-macem banget dan aneh-aneh. Terus ada Kaonashi juga, yaitu arwah yang nggak punya muka. Mukanya tutupan topeng putih. Akhirnya ya saya tau juga cerita di balik Kaonashi ini bagaimana, soalnya Wendy Red Velvet dulu waktu di SM Town Halloween Party pernah pakai kostum ini dan saya penasaran itu sosok apa. Terjawab sudah di tahun ini hahaha. Petualangan Chihiro ini bikin saya teringat ke petualangan Alice di 'Alice in Wonderland' yang versi animasi.


From Up on Poppy Hill (2011)

Seorang siswi bernama Umi Matsuzaki setiap pagi selalu mengibarkan bendera kode pelaut dari halaman depan rumahnya. Hal ini dilakukan sedari kecil saat ayahnya masih hidup sebelum wafat di Perang Korea. Suatu hari ada sebuah puisi di buletin sekolah yang ditujukan untuknya, puisi tersebut berasal dari kakak kelasnya yang bernama Shun Kazama.

Shun dan Umi saling menyukai namun mereka terganjal asal usul keluarga. Keduanya mencari kebenaran apakah mereka berdua sebenarnya kakak-adik atau bukan. Hal ini karena mereka berdua sama-sama memiliki foto ayah masing-masing yang fotonya itu sama persis satu sama lain.

Konflik selingan dari konflik utama tersebut adalah tentang rencana sekolah meruntuhkan gedung club siswa yang sudah tua untuk mendirikan bangunan baru. Sebagian besar siswa menolak rencana peruntuhan tersebut. Menurut mereka gedung bersejarah harus tetap dipertahankan agar tidak lupa dengan masa lalu. Para siswa dan siswi tersebut bahu-membahu untuk membersihkan dan mempercantik gedung tua tersebut agar kepala proyek peruntuhan gedung mencabut rencananya.

Film ini berlatar waktu di tahun 1964, di mana Jepang sedang berjuang keluar dari bayang-bayang Perang Dunia II dan menyongsong semangat baru melalui Olimpiade Tokyo 1964. Suasana klasik sangat tergambar jelas melalui lingkungan sekitar dan teknologi yang digunakan tokoh-tokoh di dalamnya.


Dari ketiga film di atas, yang paling saya suka adalah yang pertama: 'Whisper of the Heart'. Suka jalan ceritanya, kecepatan alurnya, durasinya, dll semua suka pokoknya gemes hehehehe.

Special thanks to kak Eya yang sudah ngasih rekomendasi tiga film Studio Ghibli di atas. Sebenarnya ada empat, satunya judulnya 'Princess Mononoke' tapi saya nontonnya nggak sabar. Alurnya lambat dan fantasi banget terus ada bunuh-bunuhnya huhuhuhu ngeri. Padahal ya cuman gitu doang tapi saya nggak sanggup deh nonton darah-darahan. :(

See you on my next post!


*

4 comments :

  1. Aku yakiiin Endah pasti suka Whisper of The Heart, eh bener suka yeay! Sederhana banget yaa tapi heartwarming, khas film-film Jepang kebanyakan.. Yes, film-film Studio Ghibli dari dulu animasinya khas, dari karakter sampai warnanya juga.. Aku rekomendasiin juga nonton film dokumenter soal Hayao Miyazaki dan Studio Ghibli-nya, judulnya The Kingdom of Dreams and Madness, cobain deh Endah :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. IYAAA aku nontonnya menikmati sekali yang Whisper of the Heart, gemes juga sama dua tokohnya :3
      Pantesaaan kayak ada kesamaan gitu tiga film tadi di gaya animasinya, oke kak filmnya masuk bookmark, thank you again!

      Delete
  2. Haiii kak, salam kenal!
    Kalau dari review yang kakak sebutkan di atas, aku baru pernah nonton Spirited Away soalnya aku juga penasaran cerita tentang "no face" itu gimana sih, kenapa suka banyak fotonya dimana-mana, eh ternyata dia arwah yang bisa dibilang bantuin Chihiro ya. Hahaha.
    Dan betul apa yang kakak bilang, alur film ini lambat tapi masih menyenangkan untuk ditonton.
    Oiya, udah pernah nonton Grave of The Fireflies belum kak? Aku lupa ini Ghibli juga atau bukan tapi ceritanya sedih, kisah tentang dua orang kakak beradik yang bertahan hidup sewaktu perang Jepang. Kalau belum nonton, coba ditonton kak 😁
    Ada juga yang ringan, filmnya Totoro itu. Itu ringan dan ceria-ceria gitu sih animenya 😁

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halooo salam kenal juga!! Iya yang no face ternyata bantuin Chihiro, aku kira dia pegawai pemandiannya lho ternyata tamu hahaha. Aku belum pernah nonton yang Grave of the Fireflies itu, oke masuk bookmark dulu. Yang Totoro aku udah pernah nonton dan malah takut huhuhuhuh. Pernah aku review di postingan ini:
      https://aprilendah.blogspot.com/2020/07/film-film-yang-ditonton-di-era-newnormal.html?m=1

      Delete

Halo! Terima kasih sudah membaca dan meninggalkan komentar. Komentar yang masuk akan dimoderasi terlebih dahulu.

Back to Top