July 27, 2021

Collapse: Runtuhnya Peradaban-peradaban Dunia


Identitas Buku
Judul: Collapse
Penulis: Jared Diamond
Penerjemah: Damaning Tyas Wulandari Palar
Penerbit: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia)
Cetakan: Kedua, Desember 2017
Jumlah halaman: xii + 734 hlm.
ISBN: 978-602-424-726-3


Blurp
Ratusan peradaban telah bangkit dan runtuh sepanjang sejarah manusia. Setelah membahasa bangkitnya peradaban dalam Guns, Germs & Steel, Jared Diamond melanjutkan dengan membahas keruntuhan berbagai peradaban masa lalu dan masa kini dalam Collapse

Lima faktor bisa mempengaruhi kelestarian atau keruntuhan peradaban: kerusakan lingkungan, perubahan iklim, pengaruh peradaban musuh, pengaruh peradaban sahabat, dan--yang terpenting--tanggapan masyarakat terhadap masalah lingkungan. Collapse mengajak kita meninjau patung-patung batu raksasa Pulau Paskah yang tumbang, reruntuhan permukiman Viking di Amerika Utara dan Maya di Amerika Tengah, sampai krisis tanah berujung pembantaian di Rwanda serta bom waktu masalah lingkungan di Cina dan Australia. Namun ada pula contoh sukses seperti Jepang zaman Tokugawa yang menjaga negerinya tetap hijau dan presiden Republik Dominika yang melestarikan lingkungan dengan tangan besi. 

Collapse menunjukkan apa arti penting aspek lingkungan bagi kelangsungan hidup kita sekarang, pelajaran dari keruntuhan maupun keberhasilan berbagai masyarakat, serta apa yang telah dan bisa dilakukan perorangan, badan usaha, dan negara untuk menemukan cara mencegah peradaban ambruk karena dunia tak kuat menanggungnya. 


JARED DIAMOND ialah Profesor Geografi dan Ilmu Kesehatan Lingkungan di University of California, Los Angeles, dan penulis beberapa buku sains populer terkenal antara lain The Third Chimpanzee (1991), Why is Sex Fun (1997, diterbitkan KPG dengan judul Mengapa Seks itu Asyik, 2007) dan Guns, Germs & Steel (1997, diterbitkan KPG 2013). Karier Diamond bersifat lintas bidang ilmu: diawali sebagai ilmuwan fisiologi, lalu beralih menjadi ahli burung dan ekologi Papua, dan yang terbaru adalah sebagai pakar sejarah peradaban dalam kaitan dengan faktor lingkungan. 


Review
Buku ini...berat, HEHEHEHEHEHE. Nggak hanya fisiknya aja tapi juga isinya. Beda banget sama buku Guns, Germs & Steel, waktu baca buku ini rasanya kayak lamaaaaa gitu baru bisa selesai. ๐Ÿ˜… Halamannya juga lebih banyak sih daripada halaman buku Guns, Germs & Steel. Beda sekitar seratusan halaman. 

Perbedaan lainnya dengan buku yang lebih dulu terbit itu, buku Collapse membahas tentang keruntuhan beberapa peradaban di beberapa bagian dunia. Sudut pandang yang diambil Jared Diamond di buku ini lebih spesifik, nggak se-helicopter view seperti di Guns, Germs & Steel

Peradaban-peradaban masa lalu yang telah runtuh yang dibahas di buku ini adalah peradaban masyarakat di Pulau Paskah (Samudera Pasifik), Pulau Pitcairn dan Henderson (Samudera Pasifik), Anasazi (Amerika Utara), Maya (Amerika Tengah), dan permukiman Nors (Greenland). Sedangkan peradaban modern (yang kehidupannya masih berjalan dan bisa kita saksikan) yang dianalisis oleh Jared Diamond adalah genosida di Rwanda, negara Haiti yang bertetangga dengan Republik Dominika, negara Cina, dan benua terkering di dunia, Australia. 

Seperti yang sudah tertulis di blurp, ada lima faktor yang bisa mempengaruhi kelestarian atau keruntuhan peradaban, yaitu (1) kerusakan lingkungan, (2) perubahan iklim, (3) pengaruh peradaban musuh, (4) pengaruh peradaban sahabat, dan (5) tanggapan masyarakat terhadap masalah lingkungan. Peradaban-peradaban yang telah runtuh mengalami paling tidak tiga sampai empat faktor. Pada umumnya, mereka terlalu mengeksploitasi vegetasi yang ada di daerah mereka tinggal. Ada yang menggunduli hutan sampai hutan tersebut tidak mampu melakukan suksesi sehingga tidak cukup makanan tersedia untuk generasi keturunan beberapa bangsa tersebut. Ada juga yang mengalami ledakan populasi manusia sehingga lingkungan tidak sanggup menahan beban konsumen sebanyak itu. 

Di masyarakat modern seperti sekarang di mana populasi manusia mencapai tujuh miliar orang, perusakan terhadap lingkungan juga masih terjadi kan. Ngeri juga melihat berita-berita tentang pembalakan hutan. Indonesia juga menjadi salah satu negara yang disinggung di dalam buku ini btw. Selesai membaca buku ini, saya semakin tahu bagaimana masyarakat Dunia Pertama melihat tanah air kita ini, HEHEHEHE. Rasanya ingin menghela napas panjang dengan apa yang terjadi di negara ini, terutama masalah korupsi yang ada. ๐Ÿคก 

Jared Diamond selalu menekankan untuk melestarikan lingkungan dan mempertimbangkan dampak jangka panjang dalam setiap tindakan manusia dan kebijakan pemerintahan. Hal ini agar keruntuhan tidak terjadi kepada kita, terlebih keruntuhan yang cara-caranya tidak kita inginkan. Di era modern ini, kita punya kesempatan belajar dari kesalahan-kesalahan orang-orang yang jauh dari kita dan orang-orang di masa lalu melalui teknologi yang ada di sekitar dan di dalam genggaman kita. Ini adalah kesempatan yang nggak dimiliki sama masyarakat di masa lalu. Jadi, Jared Diamond berharap agar ada cukup banyak orang yang memilih memanfaatkan kesempatan itu agar menghasilkan perbedaan. 

Kalau ada yang berpikiran mumpung sumber daya alam sedang melimpah, maka harus dieksploitasi besar-besaran karena kepentingan ekonomi di atas segalanya, mohon pertimbangkan anak-cucu Anda sekalian yang akan menghuni planet ini. Khususon kepada pihak-pihak yang punya kuasa dan wewenang untuk mengelolanya. Idk sih apakah beliau-beliau baca tulisan ini atau enggak, kayaknya sih enggak HAHAHAHAHAHA. 

Misalnya kaya raya banget gitu enak kali ya bisa menyumbang uang miliaran untuk mengatasi masalah kesehatan dan pendidikan yang ada. Atau misal pemegang kekuasaan gitu, bisa membuat kebijakan yang berpengaruh. Tapi pada kenyataannya adalah bukan dari dua golongan itu wkwkwkwk. Jadi harus gimana? 

Menurut Jared Diamond, kita-kita ini bisa aktif dalam pemilihan umum. Memilih calon-calon pemimpin yang peduli terhadap lingkungan. Kita juga bisa menentukan keputusan dalam mengkonsumsi barang-barang, misalnya tidak lagi membeli produk yang pembuatannya terlalu mengeksploitasi sumber daya alam (yang bisa diperbarui maupun yang tidak bisa diperbarui). Kemudian bisa juga dengan langsung memperbaiki lingkungan di sekitar kita, mulai dari hal yang terdekat dan kecil. Terakhir, bisa dengan melakukan donasi ke organisasi-organisasi yang kebijakannya sesuai dengan pilihan kita. Memang sih seorang individu tidak bisa langsung mengubah dunia melalui satu atau dua tindakan saja dalam waktu yang singkat, tapi perlahan-lahan bisa dicoba dan mulai mengajak orang-orang terdekat kita untuk peduli lingkungan juga. 

Optimis banget nggak sih kedengarannya. ๐Ÿ˜‚ Teorinya mudah, praktiknya belum tentu wkwkwk. Tapi nggak ada salahnya juga untuk melakukan hal-hal tersebut, sambil berdoa semoga alam tetap lestari. These are the least things we can do. ๐Ÿคฒ


*

8 comments :

  1. Kak Endah, belakangan ini bacaannya berat-berat yak ๐Ÿ˜‚ Aku salut lho sama bacaannya ๐Ÿ‘ Soalnya aku suka ngantuk kalau baca buku yang berat-berat, tapi aku suka dengarnya kalau diceritain ulang isinya, jadi review Kak Endah membantu banget ๐Ÿ˜†

    Aku juga suka sedih kalau lihat alam yang masih hijau, lalu dieksploitasi apalagi dengan cari yang sadis seperti membakar hutan. Sedih banget pas lihat binatang-binatang yang hidup di dalamnya tuh sampai harus ke rumah-rumah warga karena udah nggak ada tempat tinggal ๐Ÿ˜ญ.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahahaha telanjur pinjem initu, biar nggak sia-sia pinjemnya jadi sikat aja semua. xD Yang Collapse ini juga tbh aku ngantuk Li bacanya apalagi yang bab pertama. Hehehe syukurlah kalau orang lain terbantu, nulis review kayak gini juga biar nggak lupa sama isi bukunya nggak sih. Suka merasa rugi kalau udah baca buku terus nggak inget isinya apa. xD

      Iyaaaa huhuhuhuh kayak...mereka kan juga makhluk hidup kan. :((( Manusia tuh kadang-kadang kayak merasa seolah-olah bukan spesies makhluk hidup gitu, kayak merasa makhluk istimewa aja, nggak inget apa kalau misal keseimbangan alam rusak kan manusia sebagai spesies Homo sapiens pasti terdampak akibat buruknya. :(((

      Delete
  2. Isu lingkungan hidup juga akhir-akhir ini jadi salah satu hal yang aku concern banget karena kampanyenya sering muncul di media sosial. Setiap kali nemu berita memprihatinkan tentang eksploitasi SDA di Indonesia atau global, rasanya sedih banget๐Ÿ˜ญ Sampe-sampe kepikiran, takut, gimana kalau suatu saat menikah dan punya anak, anak-anak ini harus menanggung banyak sekali tanggung jawab sosial, bahkan tinggal di lingkungan yg kurang baik—apalagi perkotaan. Belum lagi banyak kasus perburuan liar di laut dan di darat. Masih banyak orang yg belum ngeh kalau tindakan mereka itu bisa berpengaruh untuk keberlangsungan kehidupan planet๐Ÿ˜ญ *Salah satunya golongan yg percaya bahwa climate crisis/change itu hoax dan akal-akalan NASA๐Ÿ˜ญ

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bener banget Awl, huhuhuhu miris nggak sih banyak banget manusia yang masih nggak peduli juga sama lingkungan. Padahal alam udah ngasih tanda kan kalau ada gangguan keseimbangan. :((( Kok ya bisa gitu lho mikirnya sampai climate change ini hoax atau akal-akalan NASA padahal bukti udah banyak. T__________T

      Makanya ituuu kan Bumi bukan milik kita ya, masih ada generasi selanjutnya yang akan menghuni. Mbok ya jangan dirusak dan dieksploitasi berlebihan. T__________T

      Delete
  3. Suka dengan premis mengenai 5 faktor penyebab runtuhnya peradaban : (1) kerusakan lingkungan, (2) perubahan iklim, (3) pengaruh peradaban musuh, (4) pengaruh peradaban sahabat, dan (5) tanggapan masyarakat terhadap masalah lingkungan.

    Memang masalah ekologi harus segera dipikirkan. Kelak, akan ada perang dalam usaha merebut SDA. Sebelum itu terjadi, kita sebagai manusia secara utuh akan makin menemui banyaknya bencana karena rusaknya alam.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Jared Diamond emang nulisnya nggak kaleng-kaleng, luar biasa risetnya. Serem banget perang rebutan SDA. T_____T Jangan sampai. :(

      Yes, dan yang bisa kita lakukan ya melakukan aksi-aksi kecil dari lingkungan terdekat dulu. Yang bikin aku gemes tuh sebenernya perusahaan-perusahaan gede yang ada di negara maju yang suka mengeksploitasi SDA di negara berkembang sih hehehehe. Kayak YOLO aja gitu hidupnya, nggak mikirin gimana alam ini untuk generasi yang akan datang. *efek habis nonton Seaspiracy*

      Delete
  4. Mantul Mba Endah bacaannya.. ๐Ÿ˜๐Ÿ˜ jujur, aku mana kuat baca beginian.. hehe. Jadi sama Kaya Lia. Review ini membantu banyak. Terimakasih ๐Ÿ˜„

    Yess.. I couldn't agree more sama pernyataan mba Endah dan Prof Jared Diamond. Masalah lingkungan ini juga bikin aku concern, ya khawatir sama generasi selanjutnya di masa yang akan datang. Hanya karena SDA banyak, dieksploitasi secara massal itu kaya.. hhhmmm

    Jadi keinget, ada kejadian baru di sekitar rumah yang bikin aku berkerut dahi. Ada 1 pohon yang aku kenal sejak aku masih SD kayanya. Pohonnya ditebang habis sama pemiliknya. Aku ngelihatnya sayang banget sih. Padahal bikin adem jalanan. Buah jambunya juga masih sering tumbuh beberapa kali dalam setahun.

    Dan pas aku iseng tanya kenapa kok ditebang?? Masa dijawab "soalnya jambu sama daunnya sering jatuh kebawah Mas" aku yang dnger agak kaget dong. I mean, namanya juga pohon kan ya... mikir kaya hhhmmm ๐Ÿค” "why??" Dalam hati bilang Kenapa nggak di rapihin aja daun sama batangnya. Ini mah di tebang abis terus disiram bensin. ๐Ÿ˜ญ

    Sayang banget si.. padahal dulu almarhum Ibunya sering bagi2 jambu ke tetangga sekitar.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahahahahah sama-sama mas Bay, makasih juga udah baca. :D

      Kayak nggak mikirin kalau dia bakal hidup sampai tua nggak sih wkwk, kalau dikasih umur panjang kan juga pasti hidup sampai tua ya, dan apa nggak mikir kalau pas tua itu lingkungan rusak kan makin susah juga hidupnya. :(

      YA KALO KE ATAS NAMANYA TERBANG DONG. T__________T Sayang banget, kan enak ya bisa makan jambu gratis kalau pohonnya masih ada. :(((

      (((disiram bensin))) T__________T dahlah itu kayaknya sampai akarnya mati. :(

      Btw aku jadi inget juga ada pohon trembesi gede banget di kampus yang ditebang...aku pas lihat kayak...why???? Tapi yaaa gatau lagi lah itu mau dibangun apa di tempat pohon itu tumbuh. Sayang banget aslinya tuh kalau lihat segede apa pohonnya waktu masih tegak. :( Mana rindang banget kalau duduk di bawahnya, nggak ada ulat juga. :(

      Delete

Halo! Terima kasih sudah membaca dan meninggalkan komentar. Komentar yang masuk akan dimoderasi terlebih dahulu.

Back to Top