Identitas Buku
Judul: 1001 Masjid di 5 Benua
Penulis: Taufik Uieks
Penerbit: Penerbit Mizan
Cetakan: I, Oktober 2016
Jumlah halaman: 260 hlm.
ISBN: 978-979-433-971-8
Blurp
Dari Beijing hingga Wellington, New York hingga Zanzibar. Ke mana pun Taufik Uieks pergi keliling dunia, dia selalu mengunjungi masjid di setiap kota yang disinggahinya. Sebagaimana beragamnya umat manusia penganut Islam, beraneka ragam pula kebiasaan dan aturan yang berlaku di setiap masjid di berbagai penjuru dunia. Ada masjid yang punya sejarah panjang bergonta-ganti fungsi dari masjid menjadi museum, ada masjid yang beraroma wangi dupa, ada masjid yang terletak di bawah tanah. Sungguh beraneka ragam sejarah, bentuk, kebiasaan, dan keistimewaan di rumah ibadah kaum Muslim ini.
Berkeliling hingga ke lima benua, menyinggahi berbagai masjid di negara-negara berbeda, bertemu manusia yang bermacam ragam, membuka mata dan pikiran untuk menerima perbedaan. Perlawatan ke masjid-masjid di lima benua, sebuah perjalanan spiritual yang akan mengingatkan pembaca akan luasnya bumi Allah dan berbagai bangsa yang mendiaminya. Betapa perjalanan adalah kesempatan untuk mensyukuri ciptaan Yang Mahakuasa.
Menyentuh .... Dalam kunjungan ke berbagai negara, Taufik justru memilih bertamu ke Rumah Allah. Masjid-masjid yang indah dan dibangun dengan keragaman seni budaya masing-masing negara membuat hati kita tambah tawadhu.
- Chandra Motik Yusuf, Ketua Umum ILUNI UI, Pengamat Maritim-Chandra Motik Maritime Centre -
Review
Saya kagum dengan Bapak Taufik Uieks, penulis buku '1001 Masjid di 5 Benua', karena beliau selalu menyempatkan diri mengunjungi masjid di kota-kota di beberapa negara yang sedang beliau singgahi (negara-negara tersebut tersebar di 5 benua yaitu Asia, Eropa, Amerika, Afrika, dan Australia). Tidak hanya sekadar menunaikan ibadah salat di dalam masjid, beliau juga mencari tahu lebih dalam mengenai sejarah masjid yang sedang dikunjungi saat itu. Pengetahuan itu dituangkan di dalam buku ini.
Selesai membaca buku '1001 Masjid di 5 Benua' saya jadi tahu kalau ada masjid di negara Georgia, ada toleransi internal tentang salat tarawih di salah satu masjid di Wina, ada masjid yang cukup megah di Buenos Aires yang mayoritas penduduknya menganut agama Katholik, dll. Penulis selalu mendeskripsikan secara lengkap eksterior maupun interior masjid yang sedang dikunjungi, walaupun tidak didukung dengan foto berwarna.
Warna foto-foto masjid yang ada di dalam buku ini ditampilkan hitam putih tetapi tone-nya kebiruan. Mengerti kan maksudnya? Ini menjadi satu kekurangan dari buku '1001 Masjid di 5 Benua'. Kalau menurut saya, meskipun foto-fotonya tidak berwarna akan lebih baik jika tidak ada tone birunya. Jadi murni hitam putih saja sehingga tidak terlalu menganggu. Ada sih dua halaman yang menampilkan foto-foto berwarna, seandainya semua fotonya berwarna maka pembaca akan lebih mudah menangkap keindahan setiap masjid yang dikunjungi penulis.
*
Wah, sama ternyata. Aku pun lebih senang dengan warna hitam-putih tanpa ada tone lain. Terutama kuning dan biru, kurang nyaman di mata. Tapi kalau bukunya bagus jadi termaafkan ya :)
ReplyDeleteSedikit termaafkan sih kak hehe masih ada ganjel-ganjelnya gitu
Delete