December 31, 2019

Film-Film yang Ditonton di Penghujung Tahun

pixabay.com

Ada enam film yang bakal saya review singkat di postingan ini. Sebisa mungkin nggak ada spoiler. Let's go!

Ready or Not (2019)

Film ini menceritakan seorang wanita bernama Grace yang menikah dengan kekasihnya, Alex Le Domas, yang mana adalah putra bungsu keluarga Le Domas yang kaya raya. Di malam setelah prosesi pernikahannya, Grace bermain games dengan keluarga Le Domas. Games ini merupakan sebuah tradisi turun temurun untuk menyambut orang baru yang masuk ke The Le Domases. Grace nggak tau kalau games yang dia dapat dari kotak pengacak kartu, membahayakan nyawanya.

Suasana horor di film ini masih diselingi dengan humor-humor yang dimunculkan sesekali sepanjang film. Jadi nggak terlalu menakutkan. Keadaan mencekam diciptakan bukan dari kepintaran keluarga Le Domas "memburu" Grace (mereka ini cenderung errr...agak nggak pinter gitu), tapi timbul dari deg-degannya Grace sembunyi dari keluarga suaminya.

Grace ini digambarkan sebagai wanita sebatang kara. Kritik sosial terhadap keluarga kaya disiratkan melalui beberapa dialog Grace, dan dari perlakuan keluarga Le Domas terhadap para pelayan di rumah super mewahnya. Btw rumahnya Le Domas ini tuh warnanya gelap marun.

Film ini berdarah-darah, tapi masih bisa saya tolelir sih. Jadi kayaknya aman buat yang suka mual lihat darah-darah. Soalnya saya anaknya gampang jijik sama darah, tapi oke aja pas nonton film ini. Coba deh.


47 Meters Down: Uncaged (2019)

Film ini bukan sekuel dari film '47 Meters Down' yang rilis setahun (atau dua tahun?) lalu. '47 Meters Down: Uncaged' menceritakan empat orang siswi sebuah SMA yang melakukan "sweet escape" dari darmawisata sekolahnya. Mereka adalah Sasha, Nicole, Alexa, dan Mia.

Sasha dan Mia adalah saudara tiri yang nggak akur tapi Sasha kasihan dengan Mia yang dibully oleh teman sekelasnya. Akhirnya dia ngajak Mia untuk gabung dengan gengnya ke sebuah perairain tertutup yang indah dan belum dijamah orang. Mereka berempat menyelam dipimpin oleh Alexa. Alexa ini dikasih tau sama Ben soal tempat yang indah ini. Di dalam airnya ada reruntuhan kuil tua sebuah suku kuno Mexico. Latar tempatnya di Yucatan.

Emang dasarnya anak SMA, jiwa petualang dan rasa ingin taunya tuh lagi tinggi banget. Walaupun nggak ada pengawas selam profesional ya nekat aja. Inilah pintu kesalahan yang mereka buka dengan sendirinya. Mereka nggak tau kalau di dalam air sana ada ikan hiu putih yang bisa menyerang kapan saja.

Film ini alurnya seperti drama korea: ada masalah, masalah selesai, masalah lagi, selesai lagi, masalah lagi, selesai lagi, masalah lagi, gitu terus sampai akhir. Siapin jantung yang kuat karena jumpscare film ini bikin misuh. Asli. Padahal adegannya lagi nggak tegang-tegang banget. Sialan memang.
 

Dora and the Lost City of Gold (2019)

Dora dan Diego berpisah waktu mereka masih anak-anak. Diego pergi ke Amerika Serikat sementara Dora tetap di Amerika Selatan. Sepuluh tahun kemudian Dora harus sekolah di Amerika Serikat juga menyusul Diego, sepupunya, agar punya banyak teman.

Gimana ya hmmm...saya ngiranya film ini nyeritain perjuangan Dora di SMA. Ternyata enggak, Dora kembali lagi ke hutan karena diculik oleh orang-orang serakah pencari harta suku Parapata. Perjuangan Dora dan Diego pun kembali dimulai di hutan. Btw Diego remajanya jadi tinggi dan kurus.

Menurut saya film ini memang 100% ditujukan untuk anak-anak pecinta Dora the Explorer. Kalau orang dewasa saya kira bakalan bosen nonton film ini. Hmmm...nggak plek ketiplek sama versi animasinya sih, hanya saja memang alur ceritanya B aja dan cenderung membosankan untuk orang dewasa.


Tall Girl (2019)

Jodi Kreyman adalah remaja perempuan yang memiliki tinggi badan 187 cm. Dia banyak menerima ejekan yang nggak menyenangkan perihal kondisi fisiknya itu, jadi dia minder.

Suatu hari ada seorang siswa laki-laki pertukaran pelajar dari Swedia yang masuk ke kelasnya. Tau ya orang Swedia sana kan rata-rata pada tinggi-tinggi, nah cowok ini pun begitu. Tinggi, cakep, dan rambutnya gondrong. Seketika jadi incaran para cewek di sekolah Jodi. Jodi pun merasa mendapat angin segar, dia tertarik dengan siswa baru ini. Oh iya nama cowok Swedia ini adalah Stig Mohlin.

Konfliknya sangat ala-ala anak remaja: bullying, rebutan pacar, milih sahabat atau cowok yang ditaksir, dan self esteem. Buat kita yang sudah jauh melewati masa-masa itu tentu saja nontonnya nggak mikir-mikir amat.

Sepanjang nonton film ini malah saya ngiler pingin punya tinggi kayak Jodi huhuhu yang mana nggak akan mungkin. Wah gila sih seandainya tinggi saya 187 cm gitu udah nggak perlu cemas berdiri di sebelah mana kalau lagi nonton konser K-Pop. Dari mana pun pasti kelihatan artisnya soalnya badan aja udah menjulang ke langit. HEHEHEHEHE KOREA TEROOOOS.


Kim Ji-Young Born 1982 (2019)

Tertarik nonton film ini tentu saja karena berita Irene Red Velvet yang mendapat cibiran K-netz waktu terekspos membaca buku dengan judul yang sama. Buku ini kemudian diangkat menjadi film.

Filmnya tentang patriarki di Korea Selatan. Paham ya kenapa Irene sampai dihujat? Patriarki sudah umum di masyarakat Korea Selatan sana (di Indonesia juga kurang lebih begitu sih). Irene mungkin dianggap kayak semacam feminis yang memberontak sistem patriarki.

Anyway di filmya diceritakan ada seorang wanita bernama Kim Jiyoung. Kim Jiyoung sudah menikah dan memiliki seorang anak perempuan. Dia berhenti bekerja dan menjadi ibu rumah tangga setelah punya anak.

Jiyoung terbiasa dengan sistem patriarki sejak kecil di mana laki-laki yang diutamakan. Ibunya pada waktu muda juga mengalaminya. Beliau harus bekerja di usia yang cukup muda, sementara kakak-kakak laki-lakinya sekolah ke jenjang yang lebih tinggi.

Pada waktu menjadi karyawan juga Jiyoung menyaksikan beberapa kali omongan seksis yang dilontarkan oleh bosnya. Flashback pada waktu Jiyoung masih sekolah dia pernah diikuti oleh seorang siswa laki-laki, kemudian ayahnya menyalahkan pakaian Jiyoung. Kalian mau tau bagaimana pakaian Jiyoung? Ya seragam sekolah biasa. :)))

Jiyoung juga tidak banyak mengemukakan pendapatnya di dalam hidupnya. Kayak apa ya hmmm...akhirnya tuh dia terbentuk mindset bahwa patriarki itu hal yang normal padahal enggak huhu. Seiring berjalannya waktu Jiyoung menunjukkan tanda-tanda depresi.

Film ini alurnya lambat tapi masih bisa saya ikuti dan nikmati tanpa bosan yang berarti. Ada beberapa scene yang membuat air mata mau tumpah. Walaupun begitu, selesai nonton saya kayak nggak tersentuh yang gimana-gimana. Mungkin lebih greget kalau baca bukunya ya hehe karena sepertinya lebih lengkap. Yang tertarik sama bukunya coba baca reviewnya di Jane from the Blog ini deh.


Marriage Story (2019)

Film ini durasinya panjang tapi poin-poinnya bisa ditangkap dengan lumayan mudah. 'Marriage Story' menceritakan tentang sepasang suami istri Charlie dan Nicole yang rumah tangganya di ambang perpisahan. Mereka masing-masing memperjuangkan hak asuh anak semata wayangnya, Henry Barber. Ribet deh pokoknya proses cerai Charlie sama Nicole ini.

Saya patah hati nontonnya huhuhu. Mereka berdua ini aslinya masih saling mencintai tapi nggak bisa lagi bersama. Nicole merasa tidak menjadi dirinya sendiri di dalam pernikahannya karena keputusan apa pun yang mengambil adalah Charlie, suaminya. Sedangkan Charlie merasa keluarganya baik-baik saja, dan kaget begitu Nicole menggugat cerai.

Di setiap perceraian sepertinya anak akan ikut jadi korban. Di film ini Henry akhirnya ikutan wara-wiri mengikuti ayah maupun ibunya. Semuanya korban sih menurut saya, kalau nggak cerai ya batin Nicole tertekan. Kalau cerai ya itu tadi...tiga orang ini harus menanggung resiko masing-masing. Rumit nggak sih manusia tuh HAHAHAHAHA.

Tokoh yang saya suka di film ini adalah Nora Fanshaw, pengacara Nicole. Gile Bu Nora tuh dandanannya keren, cantik, dan sangat profesional sekali. Beliau ini kelihatan banget alpha female.

Seperti yang sudah ramai dibicarakan di sosmed, film ini katanya bikin orang takut nikah. Well...nggak sih kalau saya hehehe. Cuman ya gitu film ini bikin patah hati. Apalagi scene berantem Nicole dan Charlie yang sampai urat keluar semua dan sumpah serapah terlontar begitu saja...ya Allah ambyarrr HUHUHUHU mereka helpless padahal masih sayang satu sama lain. T___T


Moral of the story untuk masing-masing film di atas adalah sebagai berikut: 
  1. Ready or Not: cari tau sedetil mungkin pasangan kamu sebelum menikah; jangan main pesugihan untuk jadi kaya, nanti ribet ujung-ujungnya.
  2. 47 Meters Down Uncaged: plisss menyelamlah dengan tenaga profesional apalagi di perairan yang asing.
  3. Dora and the Lost City of Gold: banyak-banyaklah membaca buku pengetahuan agar cerdas seperti Dora.
  4. Tall Girl: embrace yourself!
  5. Kim Ji-Young Born 1982: wanita juga manusia, punya hak yang sama seperti halnya pria, tolong jangan jadikan wanita hanya sebagai objek ya :)
  6. Marriage Story: communication is the most important thing in a relationship T_____T

*

2 comments :

  1. Endah aku baruuu banget nonton Marriage Story dan hatiku remuk wkwk.. Film terwajib ditonton semua orang terutama yang suka nyuruh-nyuruh cepet nikah wkwkwk

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya kaaan huhuhu aktingnya gila itu adam driver sama scarlett johanson😭 bener...film marriage story sebisa mungkin ditonton sama banyak orang biar nggak seenaknya nyuruh-nyuruh orang lain nikah cepet-cepet😑

      Delete

Halo! Terima kasih sudah membaca dan meninggalkan komentar. Komentar yang masuk akan dimoderasi terlebih dahulu.

Back to Top