August 31, 2021

Buku dan Film tentang Generasi 90an


Generasi 90an itu siapa aja? Karena ini konteksnya adalah membahas buku GENERASI 90AN karya Marchella FP, maka yang dimaksud dengan generasi 90an adalah kita-kita yang tumbuh kembang di Indonesia di era 90an. Khususnya yang di tahun 90an (1990-1999) masih duduk di bangku sekolah (SD, SMP, SMA). Kalau dilihat dari hasil survei kuesioner penulis sih, yang ngisi adalah mereka-mereka yang kelahiran 1983-1995. 

Buku GENERASI 90AN membahas tentang hal-hal yang menghibur di era 90an (nyangkut-nyangkut dikit tahun 80an akhir dan 2000an awal), khususnya musik, tontonan, mainan, tren, jajanan, bacaan dll. Intinya ya what we watched, listened, wore, read and played. Kalau kata Marchella, "Semua kebahagiaan yang sederhana itu dikumpulin jadi satu di sini (baca: buku GENERASI 90AN)." 

Nah, begitu ada film yang di posternya tertulis "diadaptasi dari buku GENERASI 90AN", saya penasaran dong filmnya seperti apa. Karena yaaa baca buku GENERASI 90AN itu bener-bener bikin bahagia bernostalgia. Rasanya kayak merasakan kembali masa-masa di mana yang dipikirin itu bukan dana pensiun atau tagihan ini itu. πŸ˜‚ Mikirnya masih sekitaran film kartun yang tayang hari Minggu, semoga nggak barengan sama siaran tinju. πŸ˜‚ Pasti berantem sama bapak deh kalau jadwalnya benturan. Hayo siapa yang kayak gini, tos dulu sini. πŸ˜‚ 

Film apa sih yang katanya mengadaptasi buku karya Marchella FP ini? Judulnya adalah Generasi 90an: Melankolia. Langsung ke reviewnya aja ya biar cepet.


Generasi 90an: Melankolia (2020)
Hhhh...sebentar ambil napas dulu wkwk. Belum apa-apa udah mau emosi aja. πŸ˜‚ 

Sepertinya ada satu lagi pelajaran yang harus saya petik, yaitu perhatikan arti kata di judul suatu film

Melankolia. Jujur saya nggak tahu pasti arti dari kata melankolia. Saya kira ya kayak memoria gitu karena sama-sama M HAHAHAHAHA. Nyatanya, tentu saja beda jauh. πŸ’†‍♀️ Melankolia menurut KBBI adalah patologi tentang suasana hati yang ditandai dengan kesedihan dan depresi. 

Film ini menceritakan sebuah keluarga yang kehilangan anak pertama mereka akibat kecelakaan pesawat. Film ini benar-benar menampilkan teori five stage of grief: denial, anger, bargaining, depresion and acceptance. Sementara aspek 90an-nya, mohon maaf, maksa banget disisipkannya. 

Tokoh utamanya sendiri ceritanya anak kelahiran tahun 2000, kakaknya yang meninggal dunia itu kelahiran 1994. Scene awal film ini kayak menjanjikan karena menampilkan beberapa peristiwa yang terjadi di tahun 90an, seperti kematian Kurt Cobain dan Nike Ardila. 

Tapi...lama-lama maksa. Contohnya pengenalan kata bispak yang pada akhirnya menampilkan tokoh yang hamil dan anak kelahiran tahun 2000 making love sama temen kakaknya. Kayak...why??? Ya bener sih "bisa dipake", cuman...too much nggak sih penggambarannya??? 😭 Terus habis ewita, si temen kakaknya ini bilang dia nggak bisa gantiin kakaknya tokoh utama, padahal awalnya dia bisa gantiin peran kakak yang udah meninggal itu. Kayak...gimana siiihhh??? 😩 

[Pesan sponsor: wahai anak muda, daripada berzina mending puasa (buat yang agamanya Islam)]

Salah satu tokoh ada yang namanya Sephia. Yup lagi-lagi nyambung ke lagu Sheila on 7 yang judulnya sama dengan nama tokoh itu, tapi di filmnya lagu Sephia ini diaransemen dan dinyanyiin sama orang lain (imo lebih bagus kalau lagu aslinya aja yang dipakai). Nah si Sephia ini di rumahnya ada gorden manik-manik itu lho, khas tahun 90an. Jalan hidupnya juga disamain kayak lirik Sephia. Easter egg kayak gini tuh maksa aja dimasukin ke film yang judulnya ada embel-embel 90an tapi ternyata tidak 90an. ☹ 

Yang bikin keinget sama tahun 90an malah Gunawan yang berperan jadi bapak kepala rumah tangga. Bukan ke jalan ceritanya. Saya kira tuh film ini bakal didominasi flashback era 90an waktu bapak dan ibunya masih muda. Well...emang pelajaran banget sih ini buat ngertiin istilah yang ada di judul film. πŸ˜‚ 

Tone film ini bagus, agak-agak kuning jadul gitu. Padahal latar waktunya tahun 2018 wkwk yaudah dimaafin karena bagus. Terus rumah keluarga ini juga nggak yang modern, masih kayak rumah di tahun 90an, tapi yang bagus yang ada kolam renang di halaman belakang. Yang modern tuh rumah pacarnya tokoh utama yang gen Z itu. 

Pacarnya ini bubbly karakternya, menjadi pencerah suasana di rumah tokoh utama yang kayaknya dieeem banget. Sebelum kakak tokoh utama ini meninggal juga keluarga ini emang nggak terlalu heboh banyak bicara sih. Btw saya team pacar bubbly ini, udah dek nanti cari pacar lagi aja.


Back to the 90s (2015)
Nonton ini karena ingin membandingkan dengan film 'Generasi 90an: Melankolia'. πŸ™ Sama-sama ada embel-embel 90an, dan film Thailand ini lah yang menurut saya nggak maksa tentang memori 90an beserta segala macam perintilannya. Udah jelas gitu lho kalau film ini ya emang balik ke tahun 90an...pakai mesin waktu berbentuk boks telepon umum. πŸ˜‚ 

Seorang anak kelahiran 1996 bernama Kong, kembali ke masa lalu di mana ayah dan ibunya belum menikah. Tepatnya di tahun 1994. Dia kembali ke masa lalu ini sebenernya nggak sengaja. Di suatu malam, dia keluar rumah karena kedua orangtuanya bertengkar. Di tengah perbincangannya dengan seorang teman yang ingin ia ajak nongkrong melupakan prahara di rumah, Kong masuk ke boks telepon umum karena mendadak hujan deras turun. Udah deh kena petir dan bangun-bangun ada di tahun 1995. 

Walaupun Thailand dan Indonesia berbeda negara, benda-benda tren tahun 90an-nya tetap sama. Misalnya kaset, pager, telepon umum, telepon rumah, dan mainan semacam Tamagochi. Beberapa kegiatan tokoh-tokoh yang ada juga sukses membuat saya nostalgia, contohnya menggulung pita kaset dengan pulpen wkwkwkwk. Intinya film ini sesuai dengan judulnya dan nggak maksa.


Kamu pernah nonton dua film itu nggak? Atau ada yang punya buku GENERASI 90AN kayak saya? Kalau saya punya semua (jilid satu dan jilid dua) di rumah. πŸ˜‚πŸ˜‚

Sampai jumpa di postingan selanjutnya!


*

16 comments :

  1. "semoga nggak barengan sama siaran tinju." --> AKU BANGET DAH INI HAUHAHAHA. Kenapa dahhh bapak-bapak kita dulu hobi amat nonton tinjuuu, ckckck.

    Ihh, kok aku jadi ilfeel dengan film Melankolia wkwkwk padahal aku udah mikir vibe-nya kayak NKCTHI gituu, ceritanya tentang keluarga yang warm tapi juga banyak konflik. Aku jadi mikir film apa yaa yang bagus tentang 90an khususnya yang bertemakan keseharian gitu. Kayaknya banyak film Indonesia menggambarkan 90an itu ke era 1998, ya. Pengen deh ada yang bikin film tema 90an kayak Reply 1994 gitu, aku sih siap nostalgia dan menangis bahahaha πŸ˜‚

    ReplyDelete
    Replies
    1. HAHAHAHAHAHA IYA KAAANπŸ˜‚πŸ˜‚πŸ˜‚ aku juga nggak tau Ci serunya tinju itu di manaπŸ˜‚ bukan target marketnyaπŸ˜‚πŸ™

      Iyaaa aku juga pingin ada film kayak gitu, selama ini belum ada. Generasi 90an: Melankolia ini beneran lebih nyambung kalau judul Generasi 90an-nya dihapus aja. 😭

      Delete
  2. Baru kemarin lhoo aku jawab di Twitter soal kartun saingan sama tinju, alhamdulillah Bapak aku ga suka tinju hahaha *dilempar karena ga kompak*

    ENDAAAAH KITA SAMAAN KESELNYA HAHAHAHA like whyyy harus ada embel-embel generasi 90an, pemeran utamanya aja lahir di tahun 2000 gitu lho! Yang ngingetin ke 90an ya bener, cuma pemeran papa-mamanya aja itu Gunawan sama Marcella Zalianty wkwkwk.

    Dan menurutku film ini bakal bagus-bagus aja kalau ga ada embel-embel generasi 90an-nya dan ga ada adegan ewita si Sephia sama siapa namanya karakternya Ari Irham wkwkwk. Ga penting banget sumpah adegan itu, kayak cuma pengin ada adegan intim aja di filmnya gitu ga ada ngaruh ke cerita juga πŸ˜‚πŸ˜‚

    Yang Back to the 90s belum nonton karena memang ga update sama film Thailand siih, tapi kok baca reviewnya menarik nih 😁

    ReplyDelete
    Replies
    1. WKWKWKWKWK aku tau twit Kak Eya yang itu. πŸ˜‚πŸ˜‚πŸ˜‚

      Habis nonton tuh aku tetep marah lho Kak rasanya😭 nggak nyambung banget huhu. Betuuul mending dikasih judul Melankolia aja udah, nggak tau pertimbangan apa yang dipakai sampai harus ada kata Generasi 90an di judulnya.

      Wkwkwkwkwkwk ewitanya buat nunjukin kata bispak yang mana nggak pake adegan itu juga kayaknya masih nyambung-nyambung aja. Abi Kaaak Abi namanya. πŸ˜‚πŸ˜‚πŸ˜‚

      Coba tonton Kak yang film Thailand itu.

      Delete
  3. Aku udah baca buku Generasi 90an n menurutku seru banget buat nostalgia. Hehehe.. Gambar2nya juga mencerminkan bgd hal2 yg berhubungan sama benda2 di thn 90an.
    Klo filmnya, dua2ny aku blm nonton. Selama ini nonton Thailand taunya film genre horornya aja. Klo Generasi 90an: Melankolia, aku kok jd ikutan greget baca penjelasan Mba endah ya πŸ˜† Kok maksa bgd gt 90annya. Seolah2 mereka punya ide cerita, tp pengen narget penonton 90an, jd aja ujung2nya maksa gt yaa πŸ˜†πŸ˜…

    ReplyDelete
    Replies
    1. Langsung tersedot ke masa lalu rasanya pas baca buku Generasi 90an. 😁

      Huweee mba Thessa bisa ya nonyon horor Thailand, aku gabisa mba. Takut. 😭 Kalau horor komedi kayak Pee Mak gitu masih oke, kalau kayak Ladda Land atau Shutter gitu mending nggak deh daripada nggak bisa tidur malemnya. 😭

      Makanya itu mba Thessa, judulnya cuman Melankolia aja itu udah sesuai. Nggak tau pertimbangannya apa sampai pakai kata Generasi 90an di judulnya huhu.

      Delete
  4. Hahaha.. btw Mba Endah berhasil bawa aku mengenang masa2 di mana kalimat "Dek, remot TV mana?? Siniin!! Bapak mau nonton Tinju" 😁😁 padahal lagi asyik nonton kartun.. itu juga kita bangettt.

    Soal kedua film itu. Aku malah baru dnger dari Mba Endah ini. Mau nonton yang Thailand, penasaran!. Kalau yang Indo (baru tahu kalau ada di netflix 🀣🀣) entah kenapa agak kesel pas babis baca reviewnya Mba Endah. Ehh tapi aku suka sama bagian animasi pembukaannya. Anjingnya lucu.. *salfokkkk..πŸ˜… tadi smpet buka filmnya soalnya.

    Btw (lagi) tau nggak mba. Pas baca ini kan aku langsung nyoba cari Generasi 90an di netflix. Nah pas keluar hasil pencariannya ada beberapa film rekomendasi. Salah satunya film judul The Edge Of Seventeen.

    Aku penasaran karena yg main Hailee Steinfeld. Padahal cuma mau nonton awalnya doang, ehh keterusan smpe akhir. Bahahah 😁.. pas film selesai, baru inget komentar yg ini belum tak post.

    Udah pernah nonton belum mba? Filmnya bagus menurutku...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahahahaha di mana pun kita tinggal, kalo segenerasi ternyata sama aja ya mas BayπŸ˜‚πŸ˜‚πŸ˜‚ Generasi bapak kita juga sama, pada suka tinjuπŸ˜‚πŸ˜‚πŸ˜‚

      Wkwkwkwk intro rumah produksinya emang lucu, filmnya enggak :( Coba yang Thailand ditonton mas Bay, aku pas nonton itu seneng soalnya aktris kesukaan aku main di situ juga ternyata. Namanya Baifern hehehehe.

      Kemarin aku langsung nonton film itu pas baca komentar mas Bayu. Cuman nontonnya nggak sampai akhir. Kali ini selera kita beda😝

      Delete
  5. Emang sih, anak generasi 90an emang sering meromantisisasi apa yang terjadi di generasinya. Ga bisa dipungkiri, karena generasi ini paling banyak mengalami perubahan zaman. Sebagai anak 90an, apa yg dtulis di atas emang bener. Termasuk tinju. Bahkan aku kadang ikutan nonton tinju baremg simbah, dan bapak. Saat itu masih jamannya mike tyson..hehehe

    Aku belum nonton filmnya, hiks. Tapi kalau seperti yg kamu ceritakan, rasanya jadi sangat aneh. Apalagi istilah bispak yang terkesan dipaksakan masuk dalam adegan. Kalau mau ngomongin hal negatif 90an, mgkin bisa dimaksukan tren obat²an terlarang sperti pil koplo, inex, ganja, dll...jadi sekalian aja. Tidah hanya hal positif di generasi 90an..hehehhe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iyaaa ya ampun bapakku suka banget Mike Tyson, terus kejadian gigit telinga antara Mike Tyson sama Ivander Holyfield ya kalo ga salah? Itu juga sering banget dibahas-bahas sama bapakkuπŸ˜‚πŸ˜‚πŸ˜‚

      Akuuu, aku adalah generasi 90an yang suka banget ngehype nostalgia masa-masa 90an HAHAHAHAAHAH. Habisnya asik dan nggak bisa diulang lagi sih😜 Bener banget, generasi 90an ini bisa dibilang juga generasi antara. Antara zaman analog dan zaman digital wkwk.

      Widih mas Vay tau banyak ya sisi gelapnya, aku gak begitu tau. Taunya yang seneng-seneng aja. 😝 Yup betul itu adegan termaksa dari keseluruhan film, yang bispak itu. 🀦‍♀️

      Delete
  6. aku belum pernah baca bukunya yang versi bukunya tapi seriesnya di youtube udah pernah liaat
    daaan suka bangeeeettt hihi
    berasa nostalgia
    kalo film layar lebarnya yang melankolia juga belum sempaattt
    ah weekend ini deh mau liat hihi

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah ada seriesnya di Youtube?? Aku nggak tau huhuhu makasih mba Dea infonya. Semoga weekend nanti sempat nonton Melankolia~

      Delete
  7. Entah kenapa dari awal denger bakal ada adaptasi film dari buku Generasi 90-an aku agak skeptis gitu lho kak Endah, karena kesannya kayak ingin ngikutin kesuksesan NKCTHI aja berhubung penulis dan director-nya sama. Dimana biasanya jaraaaangg banget film hasil adaptasi buku dari penulis yg sama meraih kesuksesan yg sama jugaπŸ˜† Dan terjawab lah sudah sama postingan ini, wkwkwk. Malahan aku jadi penasaran sama film Thailand itu sih, kak🀣 Meskipun cuma numpang lahir di tahun 90-an dan besar di era 2000-an, tapi mayan masih kecipratan nih momen-momen generasi antara ini xixi. Kayak wartel, rebutan acara TV, baca kumpulan majalah misteri yg ngungkap cerita horror pondok indah, mantengin radio, terus main-mainin pita kaset sampe kusut dan nggak bisa dipake. Kayaknya momen-momen dengerin radio dan bacain majalah ini deh yg bikin aku sampe sekarang interest banget sama industri kreatifπŸ˜†πŸ₯Ί huwaaaa jadi kangen jugaaaa jaman 2000-an awal, hikss.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahahahaha agak jauh ya kalau dibandingin sama NKCTHI? Nggak bisa komen lebih banyak ini tentang NKCTHI soalnya nonton filmnya nggak sampai selesai dan belum baca bukunya sama sekali. 😝 Tapi kalau lihat review dari temen-temenku juga kayaknya bagus yang NKCTHI.

      Hahaha coba yang Thailand itu, mayan sih buat ngabisin waktu luang kalau bener-bener nganggur nggak ngapa-ngapain.

      Iyaaa, 2000an awal tuh masih nyangkut lah dikit-dikit peralihannya. Aduuuuh itu kamu nggak dimarahin orangtua ngusutin pita kaset?πŸ˜‚πŸ˜‚πŸ˜‚πŸ˜‚ zaman analog emang sekarang ini bikin kangen, kadang jenuh juga sama yang apa-apa digital semua🀭

      Delete
  8. Duuuuh mba Endah, aku blm baca bukunya, apalagi nonton filmnyaaa. Jadi pengen, tapi lebih pengen punya bukunya sih. Kalo film, daridulu aku ga pernah expect film yg diadaptasi dr buku bisa bagus :D. Coba ntr cari film nya juga ah ;).

    Walopun pas mba bilang agak maksa yg melankolia, JD bikin ilfil dikit. Tapi GPP deh, bikin nostalgia dikit hahahaha.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wkwkwkwk bukunya bikin sukses bernostalgia mba Fanny, walaupun isinya gambar semua. Coba deh mba Fanny tonton filmnya, apakah akan sama emosinya sepertiku. xD

      Delete

Halo! Terima kasih sudah membaca dan meninggalkan komentar. Komentar yang masuk akan dimoderasi terlebih dahulu.

Back to Top