April 15, 2021

Travel Young: Cerita Perjalanan yang Mendewasakan Diri


Identitas Buku
Judul Buku: Travel Young
Penulis: Alanda Kariza
Editor: Jumali Ariadinata
Penerbit: GagasMedia
Cetakan: Pertama, 2014
Jumlah Halaman: x + 190 hlm.
ISBN: 979-780-777-0


Blurp
"Aku takut ketinggian," tandas saya singkat. Mendengar hal itu, teman yang duduk di sebelah saya menawarkan untuk bertukar tempat, tapi saya menolak.

Bagaimana saya bisa pergi keliling dunia kalau bepergian dengan pesawat saja, membuat saya ketakutan setengah mati?

Segera, pesawat pun perlahan-lahan melewati landas pacu, sedikit menukik ke atas, dan... I swear, it was one of the scariest moments in my life!

*

Menjejaki kedewasaan ibarat melakukan sebuah perjalanan. Semakin jauh melangkah, akan sering kita temukan tantangan baru. Dan melakukan perjalanan sejak dini berarti menemukan banyak pelajaran yang akan menempa diri kita menjadi sosok yang lebih dewasa.

Alanda Kariza berbagi kisah perjalanan yang mendewasakan dirinya saat ke New York, Vatikan, London, Doha, Pittsburgh, dan tempat menarik lainnya. Banyak hal yang bisa jadi pelajaran menarik, seperti keluar dari zona nyaman, berani mengambil keputusan, percaya diri, dan bisa menyikapi suatu masalah tanpa keluhan.

Baginya, traveling is about discovering yourself and also your flaws. Jadi, siapkan destinasi impianmu, tangkap setiap momen yang ada...dan bertualanglah! Temukan jawaban tentang kedewasaanmu.


Review
Kalau biasanya saya membaca buku traveling dari orang yang memang doyan jalan-jalan seperti Trinity di buku seri The Naked Traveler atau membaca cerita traveling dari seorang mahasiswa seperti buku Haram Keliling Dunia-nya Nur Febriani Wardi, maka kali ini saya membaca buku traveling dari penulis yang menghadiri undangan-undangan konferensi. Penulis tersebut adalah Alanda Kariza.

Nama Alanda Kariza cukup tidak asing bagi saya karena beberapa kali sempat lewat di timeline Twitter. Namun saya tidak mencari tahu lebih lanjut tentang biografinya. Buku Travel Young ini adalah buku Alanda pertama yang saya baca.

Membaca cerita-cerita Alanda di buku ini dan juga siapa kenalan-kenalannya serta teman-teman yang dia mintai pendapat tentang kedewasaan di buku ini, saya menduga Alanda bukan orang yang biasa-biasa saja. Alanda termasuk anak muda yang tahu (dan/atau barangkali berada di lingkungan yang tahu dan bisa menunjukkan padanya) jalan mana yang harus dia lalui untuk sampai pada impian-impiannya di sejumlah konferensi di berbagai belahan dunia. Kemudian dia menuliskan pengalaman-pengalaman tersebut dalam bentuk memoar yang bisa dibaca oleh banyak orang, termasuk orang-orang yang tidak bisa atau belum mempunyai kesempatan seperti dirinya.

Alanda menuliskan sejumlah pengalaman jalan-jalan dan kehadirannya dalam suatu konferensi dengan baik dan selalu disertai pelajaran hidup tentang kedewasaan di setiap bagian akhir tulisan. Jika kalian masih remaja atau berada di usia awal dua puluhan, buku ini bisa dijadikan sebagai salah satu "lampu penerang" jalan di depan yang masih kelihatan gelap. Atau bagi teman-teman yang berusia lebih tua dari itu, menurut saya tetap bisa mengambil pelajaran dari seorang Alanda (yang masih muda sewaktu menulis buku ini) karena proses pendewasaan itu akan berjalan secara terus-menerus.

Saya sendiri ketika membaca buku ini, secara otomatis di beberapa bab melakukan refleksi terhadap masa-masa yang telah saya lewati, dan di beberapa bab lain menemukan hal-hal yang baru saya ketahui tentang kedewasaan.

Bagian paling menarik bagi saya di buku ini adalah ketika Alanda mengunjungi the happiest place on Earth alias Disnelyland. Alanda berkunjung ke Disneyland Orlando, Florida, Amerika Serikat seorang diri. Di sana dia bertemu dengan seorang wanita yang sudah tidak lagi muda tetapi keep the inner child in her alive. Menurut wanita tersebut dengan menjaga jiwa anak-anak kita hidup, kita bisa lebih tenang dalam menghadapi berbagai persoalan dan menjadi lebih kreatif dalam mencari solusinya. Seperti anak-anak yang sedang bermain, kadang kita tidak perlu terlalu memikirkan mengapa suatu hal terjadi, nikmati saja apa yang kita miliki. Sebagai orang dewasa, seringkali kita lupa caranya bersenang-senang.

Pelajaran menjadi dewasa lain yang sedikit menampar saya adalah tentang ketakutan. Terkadang saya takut untuk mengambil sebuah risiko atau terlalu detil memperhitungkannya sampai-sampai pada akhirnya tidak jadi dilakukan. Alanda menegaskan untuk berani merealisasikan impian, termasuk jika orang terdekat tidak setuju. Namun dalam eksekusinya tetap mencari jalan tengah agar impian tersebut terwujud tanpa mengabaikan kekhawatiran dan pertimbangan orang-orang di sekitar kita. Maka dari itu, penting untuk melihat permasalah yang sama dari perspektif yang berbeda.

Rasa takut memang menyebalkan dan bagi Alanda dia harus mematahkan ketakutan tersebut demi mencapai impian-impian yang lebih besar lagi. Jika tidak berani mengambil risiko, sampai kapan pun dia tidak akan pernah berani mengambil keputusan-keputusan yang memiliki pengaruh besar terhadap hidupnya. Mungkin hidupnya hanya akan berada di satu titik yang stagnan: tidak menjadi lebih buruk, tapi juga tidak menjadi lebih baik. Dia belajar bahwa mengambil risiko bisa berarti dua hal: kesuksesan, atau rencana yang menjadi berantakan. Namun ketika kemungkinan kedua yang terjadi, mungkin dia hanya perlu belajar. Alanda menulis: sometimes you mess up in life when you take risks. And that's okay. That could help you learn your lesson.

Melalui beberapa kejadian tidak mengenakkan yang dia alami, Alanda menyadari bahwa pelajaran terbaik dalam hidup ternyata datang melalui hambatan yang paling tidak menyenangkan. Dia berpendapat tidak ada yang salah dengan suatu kegagalan, terlebih lagi di usia muda. Kutipan dari tokoh yang dia gemari, Randy Pausch, semakin menguatkan opininya: Experience is what you get when you didn't get what you wanted. And experience is often the most valuable thing you have to offer.

Apakah Alanda pernah menyesal dan merutuki kejadian buruk yang menimpanya? Tentu pernah dan hal itu menyadarkannya bahwa sebenarnya jika dia belajar untuk bersyukur dan menikmati hidup yang seharusnya dia nikmati, mungkin hari ini sudah terasa lebih menyenangkan. Yup, these days, being grateful is underrated.

But if you feel like can't be grateful no matter how hard you've tried, probably you need to see professional. Ketika kita beranjak dewasa, walaupun harus bisa bersandar pada diri sendiri, tidak ada salahnya untuk sesekali meminta bantuan orang lain karena pasti kita membutuhkannyaDi dalam hidup ini, kita tidak akan pernah sendiri.

Hal tersebut juga berlaku dalam hal meraih impian. No one would be able to help you reach your dreams if you don't let them know. Menurut Alanda, kita tidak hanya harus berani mengejar impian saja tetapi juga harus berani menyampaikannya pada orang lain. Berani membicarakan suatu hal yang sering kita hindari karena takut, bisa jadi adalah cara untuk "menyembuhkan" diri dari trauma. Berani berpendapat juga berhubungan erat dengan pengembangan diri dan bagaimana kita dapat berkontribusi di kehidupan orang lain. Suatu hal yang bisa mengubah hidup kita dan hidup orang lain, jika kita melakukannya dengan baik: speak your mind.

Selain tentang ketakutan, hal lain yang menampar saya dari buku ini adalah tentang tertawa. Lebih tepatnya menertawakan diri sendiri. Alanda pernah menyampaikan sebuah pidato lalu tokoh-tokoh agama yang hadir menertawakannya. Dia tidak tahu apa yang salah dengan kata-katanya. Jadi, dia ikut menertawakan dirinya sendiri. Hal tersebut ternyata mampu mencegah mood Alanda untuk hancur berantakan. Menurutnya, berani menertawakan diri sendiri juga merupakan salah satu kualitas untuk menjadi dewasa alih-alih ngambek di depan umum. Setelah turun panggung, dia bertanya kepada salah satu orang yang menertawakannya. Jawaban yang dia dapat ternyata jauh dari asumsi buruk yang ada di benaknya. Again, a lesson was learned: berani bertanya.

Cinta juga menjadi salah satu topik yang dibahas Alanda dalam buku ini. Bab khusus yang membicakan cinta adalah ketika dia mengunjungi kota bernama Nice dan bertemu dengan sepasang suami-istri yang lanjut usia. Setelah mengobrol dengan pasangan tersebut, Alanda tidak ingin kekasihnya menjadi tempatnya untuk pulang. Dia ingin kekasihnya menjadi teman seperjalanannya. Because love is not a battlefield, it is an adventure of its own.

Di paragraf ketiga bagian 'Review' postingan ini, saya menulis ada beberapa teman yang dimintai pendapatnya oleh Alanda tentang kedewasaan. Berikut ini pendapat-pendapat yang menarik perhatian saya:
  • (1) Satu-satunya hal yang menghalangi kita untuk berkembang dan menjadi lebih maju adalah ketidakpercayaan terhadap diri kita sendiri; (2) Kita tidak bisa menentukan di mana kita lahir, apa warna kulit kita, atau siapa orangtua kita. But, what you will be, or what defines you, will always be your choice; (3) Yang membedakan kita, membuat kita lebih baik atau lebih buruk, adalah kepribadian dan kualitas yang kita miliki; (4) Kita harus selalu siap menghadapi apa pun yang terjadi, kapan pun dan di mana pun. Jangan sampai kita ketergantungan dengan orang lain; (5) Hargai dan cintai budaya kita. Sebab, orang lain akan menganggap kita menarik dan menghormati kita karena budaya kita. - Fransiska PW -
  • Kedewasaan itu kalau lo udah bisa kenal sama diri lo sendiri dan tahu apa yang kira-kira berguna dan terbaik buat lo, pada saat lo bisa melihat semuanya secara matang tanpa merugikan orang-orang. - Aditya Maulana -
  • Respek itu tidak dapat kita minta, tetapi kita justru harus menunjukkan bahwa kita layak dihargai dengan memberikan sikap yang baik, ramah, dan murah senyum. - Dian Pelangi -
  • Living in a big city doesn't make you an expert in life. - Achmad 'Mad' Alkatiri -

All in all, menjadi dewasa berarti lebih mempertimbangkan banyak hal. Ketika dewasa, akan ada banyak pilihan di dalam hidup yang harus dibuat, pilihan mana yang berani kita ambil. Kebahagiaan seseorang tergantung dari bagaimana ia mencoba melihat suatu peristiwa dan bagaimana ia menanggapi suatu masalah yang muncul di dalam kehidupannya. Hidup adalah sebuah petualangan yang seharusnya dapat dinikmati sepenuhnya, tanpa melupakan impian-impian yang ingin dicapai di masa depan.

Alanda menyampaikan semua hal yang telah ia alami tersebut dengan tidak menggurui dan tidak merasa seolah hidupnya yang paling susahHal itu membuat saya betah menikmati buku Travel Young dari awal sampai akhir. Terlebih di bagian profilnya tertulis: Baru sadar, seharusnya sebuah impian tidak punya tanggal kedaluwarsa untuk bisa dijadikan kenyataan.

Special thanks to Jane Reggievia for giving me such a good book. I really enjoy the book, Ci. Love! 😍


*

28 comments :

  1. ya ampon, buku alanda kariza perasaan banya bet ya. Aku punya sophismata sampai sekarang belom terbaca. Ini lagi travel young wkwkw, pankapan membeli jika semua telah terbaca :d

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aku langsung googling ada berapa bukunya Alanda, dan emang banyak juga di atas 10 judul👏👏👏

      Wkwkwkwk semoga segera nemu mood buat baca Sophismata ya, biar nanti bisa baca Travel Young juga💪

      Delete
    2. Hahaha banyak kan ada sepuluhan wkwkw produktif wkwkw uda kayak benzbara.

      Aamiin-aamiin wkwkw masih tersegel nih, padahal beli dua tahunan lalu wkkww

      Delete
    3. Googling dulu tadi siapa Benzbara😅

      Gilsss dua tahun lalu masih bersegel, betah ya nahan nggak baca😂👏👏👏

      Delete
    4. Ahahaha dasaaaar yaaaak, aku mau nyebut nama siapa lagi ya, biar kamu googling :p wkwkwk

      HAHAHA IYAAAAAAAA Wkwkw dan ada beberapa buku yang masih tersegel wkwkw

      Delete
    5. Penulis yang nggak ada di list tab BOOK A-Z di blog ini sih kemungkinan besar aku nggak tau xD

      WHOT??? WKWK book hoarder detected nih :p

      Delete
  2. Sepertinya buku ini menarik Mba Endah.. haha 😅
    Tapi bner. Kadang aku tuh pengen punya sifat kaya spongebob. Hidup di dunia dewasa, tapi bisa melihat segala sisi dengan kacamata anak2. Jadi pas hidup lagi berjalan kasar, setidaknya aku masih bisa tertawa.. 😁

    Mba Endah pernah baca buku "Kamu terlalu Banyak Bercanda" by Marchella Ep nggak?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Menarik mas Bay apalagi kalau suka genre traveling. Bisa nambah sudut pandang dari traveler yang jalan-jalannya di sela-sela acara konferensi.

      Iya ya Spongebob itu happy go lucky banget. Walaupun sama Squidward suka disinisin tapi dia bodo amat dan tetep jadi dirinya sendiri🤣🤣🤣

      Oh aku belum baca buku Marcella yang itu mas Bay, bagus kah? Aku baru baca dua bukunya yang Generasi 90an aja.

      Delete
  3. Alanda Kariza ini udah nulis sejak masih kecil (umur 14-15 tahunan gitu yaa novel pertamanya) terus dia juga mendirikan organisasi buat anak muda gitu gitu dan bikin conference buat anak-anak muda menyampaikan aspirasi. Keren banget sih emang dia 👏👏👏

    Aku pernah baca juga ini Travel Young! Menarik yaa sisi pendewasaan yang dia ceritain. Dan aku paling suka juga yang bagian dia ke Disneyland, terus soal keep inner child alive itu setuju banget sih. Kadang jadi dewasa itu ga sepenuhnya harus selalu terlihat dewasa atau bijak. Ada saatnya kita butuh kembali memikirkan hal-hal dengan cara berpikir seperti anak kecil supaya hidup lebih senang aja 😆

    ReplyDelete
    Replies
    1. WOOOOW👏👏👏👏 aku taunya dia pendiri AdvisLab juga Kak Eya, salah satu temenku kerja sambilan di sana. Gila umur 14-15 tahun kan masih SMP ya👏👏👏

      IYAAAAA!!!! Jadi dewasa kalau serius mulu bisa-bisa gila beneran atau mati muda😂😂😂 kebanyakan orang-orang dewasa yang aku temui tuh kayak udah punya batasan sendiri gitu kalau dia bukan anak kecil lagi, yang menurutku malah bikin si orang dewasa itu NO FUN HAHAHAHHAHAHAHA. Nggak mau ah jadi kayak gitu🤣

      Delete
    2. EMANG SALUT AKUTU SAMA ALANDA! Justru aku pertama kali tahu dia juga gara-gara novel pertamanya yang ditulis pas SMP, Ndah. Sejak saat itu aku ngefans berat. Belum lagi pas SMA dia mendirikan conference untuk remaja gitu dan go international lho. Nggak paham lagi sama doi deh 🙌

      Delete
    3. GILAAA👏👏👏👏👏 dunia butuh lebih banyak orang-orang kayak Alanda sih Ci, cerdas dan mau bagi-bagi ilmunya ke orang lain. Produktif banget ya dia, nulis fiksi iya, nonfiksi juga iya👏👏👏

      Delete
  4. terima kasih mbak endah atas ulasannya
    saya bakal kepingin beli buku ini
    terutama mengenai inner child yang ternyata tetap kita butuhkan dalam amsa dewasa ini
    memang sulit memulai amsa dewasa
    seperti pengalaman pertama nasik pesawat terbang

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama-sama mas Ikrom semoga pas bukunya udah di tangan bisa terinspirasi dengan isinya🌸

      Iya, jadi dewasa sungguh pengalaman yang wow. Jujur aku kaget sama dunia orang dewasa bahkan sampai saat ini wkwkwkwk. Buku-buku yang kayak gini membantu banget sih buat, setidaknya, pegang teori sebelum terjun ke lapangan...karena aku clueless😂

      Delete
  5. Aku belum merambah ke genre buku seperti ini nih, Kak 😂 tapi terlihat menarik karena banyak dapat sharing tentang kehidupan lewat perjalanan 😍. Genrenya kayaknya sama dengan buku-buku penulis Agustinus W. ya? Kak Endah udah pernah baca?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Tiap babnya selalu diakhiri dengan pelajaran Li, sekecil apa pun pengalamannya. Aku kayak...wow Alanda you are great umur segitu udah mature banget pemikirannya.

      Iya ini genre nonfiksi traveling wkwk, belum pernah baca buku-bukunya Agustinus W cuman kapan hari kayaknya direkomenin sama mas Vay, blognya tapi. Sekilas googling kok kayaknya pengalaman dia menarik keliling Asia jalur darat🤔 makasih Li infonya🌸

      Delete
    2. ayo baca bukunya agustinus wibowo, aku jamin kalian bisa melihat sisi lain dari sebuah perjalanan. Banyak hal yang tidak terduga yang sering terjadi dalam sebuah perjalanan...hehhehehe

      Delete
    3. Hooo testimoni dari suhu nih ceritanya xD Tunggu ya mwehehehehe :p

      Delete
  6. buku-buku catatan perjalanan kayak gini bagiku sangat menarik. setiap orang punya cerita dan pengalamannya masing-masing. Bahkan ketika dua orang melakukan perjalanan bersama, pasti mereka berdua merasakan pengalaman yang berbeda..hehehhe

    menjadi dewasa emang kadang melelahkan yaa,..hahhahaa
    Di bagian menertawakan emang perlu. Kadang perlu menertawakan hidup. Khan biasanya hidup berjalan tidak sesuai dengan yang kita harapkan, banyak yang kecewa. Namun banyak yang menertawakannya juga. "aah, ternyata semesta inginnya begini..hahhahaha(sambil tertawa). Yowes ayo kita lanjut lagi"

    tulisan yang bagus mbak endah. Makasih untuk reviewnya :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Setuju! Kalau nggak salah dulu pas Trinity sama Yasmin keliling Amerika Selatan bersama-sama juga pengalaman yang mereka dapat berbeda. Jadi kangen travelling~~~ :"

      Bukan kadang mas Vay tapi sering xD iya bener, kadang malah nggak pake berharap lah di beberapa aspek, ogah kecewanya wkwk. Betul, diketawain aja sambil terus berjalan ke depan karena sesuatu terjadi selalu ada alasannya (sok bijak) xD

      Makasih juga mas sudah baca~~~

      Delete
  7. Tau ga mba endah, buku2 bertema traveling itu termasuk genre yg jaraaang bgd aku baca. Soalny takut malah jd ngomporin diri sendiri buat traveling, padahal mungkin keadaan blm memungkinkan 😆😆 trus jd kepikiran ntr saking kepengennya buat jalan. Hahaha.. Bahkan buku trinity aja sampe skrng aku blm pernah baca..
    Tp buku ini kayany lbh dr sekedar cerita perjalanan yaa. Dr cerita mba endah, bukunya justru lbh banyak pesan2 hidup yg bermanfaat 😍 Jd penasaran aku mau baca juga. Makasii reviewnya ya Mbaa 💖💖

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahahaha baca mba Thessa bukunya Trinity, dijamin langsung pingin capcus jalan-jalan. xD *malah disuruh*

      Bener mba, bukunya Alanda yang ini lebih banyak cerita perjalanannya. Malah bisa dibilang negara tujuannya tuh pemanis cerita aja. Kalau ada waktu silakan dibaca~~~ sama-sama makasih juga mba Thessa sudah mampir ke sini. <3

      Delete
  8. Aku gak pernah baca buku tentang traveling, sekalipun baca, pasti prefer dikemas dengan life lesson yg bisa diambil dari setiap perjalanan. Karena somehow genre travel book seperti ini yg cocok untuk aku. Dan karena review mbak Endah ini kayaknya aku menemukan satu dari sekian buku di antaranya! Uwoowww, just woww. Penjabaran mbak Endah di atas zupeerr lengkap dan bikin aku juga belajar sesuatu meskipun belum baca bukunya keseluruhan😍

    Baru saja terjadi, mundur dari "menggapai" mimpi karena merasa nggak capable dan nggak percaya dengan kekuatan diri sendiri. Jadi berasa tertampar gituhh😭 Dari sini juga aku jadi belajar sesuatu, bahwa pendewasaan itu indeed nggak terbatas oleh usia dan pengalaman yaa mbak, bisa datang dari mana saja. Bahkan salah satunya dari momen-momen saat "traveling"🤧.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aku sedikit banyak bisa paham selera kamu, kamu ngingetin aku ke Gitasav tau Awl wkwkwkwk. Yay kalau kamu bisa belajar sesuatu dari tulisan ini, ikut senang <3

      Wah SEMANGAT SEMANGAT!!! You can do it! Semoga apa pun impian itu, selalu diberi kelancaran mewujudkannya <3 iya bener aku juga belajar kalau batasan usia itu hanya batasan yang kalau dianggap ada ya ada, kalau nggak ya enggak. Traveling Alanda ini emang beda banget dari buku-buku traveling yang aku baca selama ini, isinya penuh dengan pelajaran hidup.

      Delete
  9. Haloooo aku datang! Akhirnya selesai dibaca juga yaa wkwkwk XD

    Duh, baca ulasan kamu jadi pengen baca ulang BAHAHAHA. Ini buku non fiksi kedua yang ditulis Alanda (yang pertama juga BAGUS, Ndah! Search deh judulnya "Dream Catcher"). Suka banget dengan pengalaman yang dibagikan Alanda di setiap negara yang dikunjungi. Favorit aku di bagian terakhir yang pas di Roma bukan yaa kalau nggak salah inget, yang dia nulis surat buat diri sendiri. Sama pas dia beli eskrim rekomendasi pacarnya (bener nggak ya? takut salah udah lama banget nggak baca wkwkwk).

    So glad you enjoy the book hihi

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo Ciiii! HAHAHAHAHAH IYA AKHIRNYA SELESAI🙈🙈🙈

      Oh aku tau yang Dream Catcher itu, pernah browsing maksudnya. Ci Jane pernah baca? Review dong👉👈 *nyuruh-nyuruh*

      Bukunya aku kirim via telepati ya biar Ci Jane bisa baca lagi😂🤣🤣

      Waduh aku juga lupa yang Roma sama es krim itu *payah* wkwkwkkw ingetnya yang Disneyland sama kita Nice🙂🙃🙂🙃

      uWu maaci banyak Ci bukunya🥰🥰🥰

      Delete
  10. Suka wira-wiri twitnya di timeline. Belum pernah baca bukunya sih tapi kemarin karena dia twit satu hal jadi nggak jadi baca deh...hehehe.

    ReplyDelete

Halo! Terima kasih sudah membaca dan meninggalkan komentar. Komentar yang masuk akan dimoderasi terlebih dahulu.

Back to Top