Enam bulan terakhir ini, saya berhasil nonton beberapa film. Dulu punya rencana mereview satu film yang sudah saya tonton di satu postingan biar detil gitu, ya meskipun review versi saya hanyalah komentar-komentar amatir. Kenyataannya sekarang malah semua film itu saya rapel jadi satu postingan. :')
Oh iya sebelum melangkah lebih jauh, postingan "Film-Film Paruh Pertama 2018" ini berisi film-film dari berbagai tahun yang sudah saya tonton ya (diulang lagi), BUKAN film-film keluaran tahun 2018. Urutannya saya urutkan dari yang rilisnya paling tua. Cus~
Fantasia (1940)
Genre: Animation, Fantasy
Awalnya saya pikir film ini akan berkisah tentang Mickey Mouse sepenuhnya. Ternyata nggak. Kisah Mickey Mouse hanya menjadi salah satu cerita dari sekian jumlah cerita dalam 'Fantasia'. Ceritanya Mickey ini murid magangnya seorang penyihir sakti. Setelah melakukan praktek sihir, penyihir sakti itu ngantuk dan pergi tidur. Topi sihir warna birunya ditinggal di atas meja. Dipakailah sama Mickey karena dia ingin mempraktekkan ilmu sihirnya. Dia nyihir sapu biar "hidup" dan membantu dia ngangkut air. Awalnya berhasil tapi lama-lama kacau balau sampai banjir. Penyihir tuanya kebangun kemudian membereskan kerusakan yang ditimbulkan Mickey dan Mickey pantatnya ditendang.
Cerita lain ada yang tentang asal usul terbentuknya alam semesta, evolusi makhluk hidup, sampai kepunahan dinosaurus. Ada juga tentang dongeng dewa-dewi Yunani dan makhluk-makhluk mitologi lainnya seperti unicorn dan centaurus. Ada juga tentang arwah-arwah yang dikuasai iblis gitu. Banyak deh pokoknya, ada yang random juga nggak ada tema tapi animasinya bagus nyambung-nyambung, misal kelopak bunga jatuh terus tiba-tiba jadi dancer pakai rok. Menurut saya 'Fantasia' ini adalah "pamer"nya Walt Disney pada masa itu yang sudah bisa membuat efek-efek animasi wow. Nggak ada percakapan dalam animasinya, yang ada hanya iringan musik orkestra klasik sebagai backsound. Yang ngomong cuma dirijennya.
The Jungle Book (1967)
Genre: Animation, Adventure
Nggak saya sangka, 'The Jungle Book' lumayan oke juga. Kalau pakai skor ya 7/10 lah.
Nggak seperti Tarzan yang dipelihara oleh primata pemakan tumbuhan, Mowgli (anak manusia di film ini) ditemukan oleh seekor jaguar hitam bernama Bagheera. Kemudian oleh Bagheera di berikan kepada keluarga serigala untuk dipelihara sampai besar. Luar biasa sekali hewan-hewan karnivora itu nggak ada niatan memakan Mowgli.
Singkat cerita Mowgli tumbuh dewasa dan harus dikembalikan ke kelompok manusia karena seekor harimau bernama Shere Khan akan kembali ke hutan. Harimau ini nggak suka sama manusia jadi dikhawatirkan Mowgli akan dibunuh sama dia.
Banyak banget hewan-hewan yang ditemui Mowgli selama perjalanannya menuju kampung manusia bersama Bagheera. Ada kawanan gajah yang suka baris-berbaris, ada ular bernama Kaa yang udah napsu banget pingin nelen Mowgli, ada kawanan monyet yang punya raja gila bernama King Louie, ada burung-burung pemakan bangkai yang suka nyanyi, dan ada seekor beruang bernama Baloo yang akhirnya jadi sahabat Mowgli.
Petualangan Mowgli nyenengin banget karena lagu-lagu yang dinyanyikan juga semangat sekali. Alur ceritanya juga santai nggak terlalu menegangkan, nggak kayak 'Tarzan' yang ada bunuh-bunuhannya. Bahkan adegan cabik-cabik pun nggak ada darahnya. :') Walaupun cerita ini setting tempatnya ada di India, nuansa Indianya nggak begitu terasa menurut saya. Musiknya nggak khas India. Cuma nama-nama tokohnya aja yang berbau India, sama pakaian sari yang dipakai cewek di akhir cerita.
Forrest Gump (1994)
Genre: Drama, Romance
"You got to put the past behind you before you can move on."
"Life was like a box of chocolates. You never know what you're gonna get."
Dua quote di atas adalah quote favorit saya dari film 'Forrest Gump'. Film ini intinya berpesan ke penontonnya untuk tetap menjalani kehidupan bagaimana pun keadaanya karena kita nggak akan tau bakalan seperti apa hidup kita di masa yang akan datang.
Forrest Gump ini ceritanya adalah seseorang yang punya IQ 75. Ibunya nggak patah semangat untuk memperjuangkan hak Forrest agar mendapat pendidikan dan kehidupan yang layak sebagai manusia. Forrest sendiri orangnya nggak gampang nyerah, dia pasti berusaha sebaik-baiknya jika diberi pekerjaan. Dia nggak peduli orang mau ngomong apa. Dia juga nggak terlalu mikir berbelit-belit kalau mau memulai suatu pekerjaan. Ya memang sih IQ-nya rendah ya. Tapi ini tuh buat saya adalah hal positif yang bisa kita ambil gitu. Kadang sebagai manusia dengan IQ yang jauh di atas Forrest Gump, kita(?) suka mikir dan menganalisis suatu kesempatan kelamaan sampai akhirnya kesempatan itu pergi atau berpindah ke orang lain.
Film ini bener-bener bikin semangat. Bikin mewek juga. Terharu banget lihat perjuangan Forrest dari kecil sampai dewasa. Dari dia jadi tentara militer sampai pengusaha ikan. Sedih juga pas beberapa orang-orang yang berjasa di hidup dia meninggal satu per satu tapi Forrest tetep tabah menjalani hidup. ðŸ˜
The Jungle Book 2 (2003)
Genre: Animasi, Adventure
Lanjutan dari 'The Jungle Book' tahun 1967. Dilihat dari gaya animasinya, jelas sekuel kedua ini lebih bagus. Buat saya sendiri, gaya animasi Disney tahun 2000an memang bagus-bagus. Masih 2D tapi halus.
'The Jungle Book 2' masih sama kayak pendahulunya, musiknya nggak khas India, hanya nama dan pakaian tokoh-tokoh saja yang berbau India. Mowgli kali ini sudah tinggal bersama kelompok manusia. Namun terkadang dia juga kangen dengan kehidupan di hutan dan teman-teman satwanya. Konflik di film ini masih tentang Shere Khan yang dendam karena pernah dikalahkan Mowgli.
Tokoh-tokoh hewan lainnya juga tetap muncul di 'The Jungle Book 2'. Bedanya kawanan burung pemakan bangkai nambah seekor lagi personilnya, sementara King Louie sudah hilang dari peredaran. Oh iya lupa diomongin, kalau di 'Tarzan' kan ada beda antara bahasa manusia dan bahasa binatang, kalau di dua film 'The Jungle Book' enggak. Hewan dan manusia sama-sama bisa saling ngobrol dengan bahasa yang sama.
Home on the Range (2004)
Genre: Animation, Adventure, Comedy
Animasinya beneran deh bagus, hewan-hewannya pun kalau bercanda ya lucu dialog-dialognya. Sayang alur ceritanya kurang greget, greget dikit sih karena ada twist sekilas.
Film ini dibuat berdasarkan kisah nyata Chris Gardner. Seorang laki-laki yang di suatu fase hidupnya homeless bersama anak lelakinya. Dia bekerja sebagai seorang salesman, kemudian dengan usahanya dia bisa menjadi seorang pendiri perusahaannya sendiri.
Sejujurnya saya nggak terlalu semangat nonton karena menurut saya film ini kelamaan. Ada satu dialog sih yang bikin saya senyum-senyum gemes sama Christopher. Suatu hari dia jalan bareng ayahnya mau ke sekolah, dia menceritakan sebuah kisah pendek tentang seorang laki-laki yang terapung-apung di tengah lautan. Sebuah kapal mendekatinya dan menawarkan bantuan ngangkut dia. Laki-laki itu menolak dengan dalih "nanti Tuhan pasti nolong saya kok". Setelah lama masih terapung-apung juga dia protes begini: "Tuhan katanya Engkau mau nolong saya?". Kata Tuhan: "Gue udah nolong elu pake kapal yang lewat tadi tapi lu nolak pertolongan Gue". Intinya begitu. :)
Pesan moral dari film ini jelas untuk memotivasi penontonnya supaya berusaha sekuat tenaga agar mengubah nasibnya menjadi lebih baik.
Nggak ada kata tua untuk belajar! Itulah kira-kira motto hidup Kimani Ng'ang'a Maruge, seorang kakek berusia 84 tahun dari Kenya. Beliau ini mantan pejuang suku Mau Mau. Dulunya banyak konflik gitu di Afrika antara penduduk asli kulit hitam dengan pendatang kulit putih. Konflik itu banyak merugikan penduduk asli.
Saya nggak akan bahas konfliknya btw. Saya lebih tertarik dengan perjuangan kakek Maruge mendapatkan pendidikan yang menjadi haknya. Hak yang nggak dia dapat waktu masih muda.
Enam menit pertama saya udah banjir air mata masaaa nontonnya. Nangis gara-gara Maruge nggak menyerah untuk bisa masuk ke dalam sekolah. Dari mulai bawa pensil sampai pakai seragam beliau lakukan semua. ðŸ˜ðŸ˜ Maruge menjadi siswa tertua di dalam kelas. Beliau belajar mengenal huruf, menulis, dan berhitung.
Perjuangannya itu nggak mulus-mulus saja tentunya. Banyak ortu murid yang nggak setuju anaknya belajar sama kakek-kakek, takut dipengaruhi ideologi yang tidak-tidak. Akhirnya dikirim ke sekolah khusus orang dewasa. Di sana Maruge nggak bisa konsentrasi belajar karena orang-orang dewasa di kelasnya nggak ada yang niat belajar. Semua pada guyon sendiri-sendiri, gurunya ndak digubris. :'(
Balik lagi ke sekolah asal. Kakek Maruge tiap hari jalan kaki berangkat maupun pulang sekolah selalu diketawain orang-orang di jalan, tapi beliau nggak peduli. Jangan bayangkan sang kakek jalannya biasa aja ya, sudah pakai tongkat. ðŸ˜ðŸ˜ðŸ˜
Di akhir film ditampilkan foto-foto Kimani Maruge yang asli sewaktu masih sekolah. Ada narasi pendek juga tentang undangan dari PBB, Maruge menjadi pembicara di New York tentang the power of education. Ya ampun nulis ini aja saya rasanya mau nangis lagi huhuhu. Buat semuanya aja (dan buat yang males-malesan sekolah, khususnya) saya sarankan untuk membaca biografi beliau paling tidak di wikipedia, terserah bacanya sebelum atau sesudah nonton filmnya.
Oh yeah nonton ini karena pemeran utamanya pasangan Dax Shepard dan Kristen Bell. Saya nggak tau banyak sih kehidupan rumah tangga mereka di dunia nyata seperti apa, tapi nonton film ini rasanya kayak nonton mereka nggak akting. Kayak udah tiap hari ya begitu itu mereka kalau lagi berdua hahaha sok tau.
Dax ceritanya jadi seorang kriminal yang tinggal di countryside Amrik, Kristen jadi pacarnya. Rumah mereka bagus banyak bunganya. Kristen tau kalau pacarnya itu seorang kriminil(?), tapi nggak tau separah apa tindakan kriminalnya dulu. Dax ini sembunyi di countryside sampai kasusnya dinyatakan ditutup kayaknya. Wkwk. Agak lupa ceritanya. Kalau mau jelas dan nggak tersesat tentang jalan ceritanya, monggo baca di wikipedia aja. xD
Sebelum kasusnya ditutup eh Dax malah keluar dari countryside nganterin Kristen ke LA karena dapet kerjaan baru di sana. Yaudah deh kena masalah sama kelompok kriminalnya dulu. Tipikal aktor utama di setiap film action, ditembak berapa kali sama musuh pun tokoh utama tetap lolos dari peluru yang sedang melesat. Nggak mungkin meninggal jadi saya sans aja nontonnya hahaha. Apalagi genrenya ada komedinya kan.
Nah kalau yang ini jangan percaya 100% kalau genrenya komedi. Siapin aja tisu banyak-banyak karena bakal sering nangis. Malah kalau kelewat sensitif bisa-bisa nangis sepanjang film.
Seorang ayah yang mentalnya agak terbelakang punya seorang putri kecil yang mandiri (aktris kecilnya pinter banget akting!!!). Kemudian sang ayah dipenjara karena diduga melakukan pelecehan seksual dan pembunuhan terhadap anak dari seorang yang berpengaruh. Ya ampuuun beneran deh ya orang berduit tuh kalau nggak bener suka semena-mena sama orang yang ada di bawah levelnya.
Saya nggak pernah baca novelnya, nonton film ini pun hanya karena aktor utamanya Abimana Aryasatya hehehe. Ceritanya ya perjalanan dia ke tanah suci lewat jalan darat dari Thailand. Film ini bukan bergenre traveling layaknya 'Trinity, The Nekad Traveler'. Film ini pure drama seorang pria yang ingin ziarah ke makam ayahnya di Arab Saudi. Tentunya dengan diselingi perkelahian dengan gangster di Thailand, bertemu muslimah cantik di Tiongkok, belajar ngaji dengan kiai terkenal di India, sampai ditawan di perbatasan Israel-Palestina.
Bukan yang dibintangi Chelsea Islan dan Boy William lho ya. Film ini dibintangi Leony mantan Trio Kwek-Kwek.
Setengah film ini diisi dengan cuplikan video-video dari kejadian tahun 1998 di ibukota. Sangat berguna sekali buat saya mengingat tahun segitu saya masih kecil dan had no idea tentang apa yang terjadi.
Setengah film berikutnya berisi kisah Leony yang memerankan seorang WNI keturunan Tionghoa yang terpaksa pindah ke Amerika Serikat setelah diperkosa oleh penjarah di tahun 1998. Tentu nggak asing kan ya kalau tragedi 98 itu nggak hanya demo pemerintahan aja?
Inti film ini adalah bahwa bangsa Indonesia terdiri dari berbagai ras, suku, dan agama maka dari itu bersatulah. Belajarlah dari masa lalu yang kelam untuk menjadi bangsa yang besar. Tahun kemarin kan wow banget ya isu tentang rasis di tanah air.
Kalau kamu pernah baca novel 'Bulan Terbelah di Langit Amerika' dan ingin nonton filmnya, saya sarankan untuk nonton yang pertama aja. Yang kedua nggak usah. Karena apa? Karena yang kedua ini nggak ada hubungannya sama novelnya. Yang kedua ini ceritanya terlalu dibuat-buat dan maksa kalau menurut saya. Aktor-aktor yang harusnya orang asing, sebagian besar diperankan sama orang Indonesia sendiri. Aktingnya juga nggak bagus-bagus amat. Boy William juga dialeknya maksa banget hhhh. Product placement-nya kasar, contoh: sebelum pergi berantem, aktrisnya lipstikan dulu sambil ngaca di kaca yang ada di wadah bedak halal.
Film ini saya tonton dua kali karena bagus hahaha. Saya suka jalan ceritanya. Yang jadi sorotan utama adalah kehidupan tiga orang ibu: working mom, stay at home mom, dan single mother. Ada emak-emak tukang komentar dan nyinyir juga hahaha nyebelin banget. Menurut emak-emak ini tuh ibu-ibu harus jadi sempurna, nggak boleh melakukan kesalahan karena akan berdampak pada masa depan anak-anaknya. YA STRES LAH DISURUH BEGITU. Kalau ibunya sudah stres dan nggak bisa menikmati hidup gimana nanti dia mau membahagiakan anaknya. :(
Sekuel dari 'Bad Moms' yang lebih menekankan hubungan tiga orang ibu di 'Bad Moms' dengan ibu mereka masing-masing. Ceritanya ibu mereka bertiga ini datang ke rumah untuk menyambut natal. Ibunya Amy (working mom) orangnya terlalu ngatur dan nggak mau dibantah, tipe-tipe "mother knows the best". Ibu Kiki (stay at home mom) orangnya terlalu protektif ke anaknya, masih menganggap Kiki sebagai bayinya dan nggak mau jauh-jauh dari dia. Ibu Carla (single mother) orangnya free kayak Carla hahaha. Kalau buat saya ceritanya biasa aja, nggak sebagus 'Bad Moms'.
Empat orang sahabat dari masa sekolah, berkumpul kembali setelah punya kehidupan masing-masing. Ada yang jadi penulis sukses, ada yang jadi reporter, ada yang kerja kantoran, dan ada yang mengurus anak-anaknya di rumah. Mereka liburan berempat, liburan ini jadi satu dengan acara launching buku dari si yang jadi penulis terkenal itu.
Waktu nonton film ini tuh kayaknya asik gitu liburan dengan sahabat lama yang sepertinya mustahil dilakukan karena sudah punya kesibukan sendiri-sendiri wkwk. Orang sekedar ketemu aja nyempet-nyempetin ya kan, begitu ketemu malah ribet sama anaknya atau kalau nggak gitu sama pacarnya wq. Mending disamperin aja ke rumahnya lah daripada nongkrong tapi akhirnya nggak bisa ngobrol. Malah curhat.
FILM INI BAGUS BANGET! Dari film ini saya semakin ngerti tentang perjuangan RA Kartini untuk mengangkat derajat kaum wanita. Dan beliau berjuang tidak sendirian. Akting para aktor dan aktrisnya bagus, bahkan sampai pemeran pendukung. Dan yang paling penting adalah orang Belandanya diperankan sama orang bule, bukan orang Indonesia. Latar tempatnya juga tradisional banget khas jaman dulu. Mbak Disas ya Allah udah cantik, lancar bahasa Belanda ugha. Huhuhu.
Waktu nonton ini saya udah nangis di menit kedelapan wkwkwk. Habis gitu udah sih nggak nangis-nangis lagi. Film ini sangat padat perjuangan. Perjuangan hidup tanpa orang tua, perjuangan hidup berdua bersama pasangan dengan meninggalkan kekayaan, perjuangan mewujudkan mimpi, dan perjuangan melawan ketakutan yang ada di dalam diri.
Selain itu film ini juga padat konflik, mulai dari konflik dengan orang tua, konflik dengan masyarakat yang nggak suka dengan tindakan aktor utama, serta konflik rumah tangga. Dari film ini saya jadi paham kalau dalam hidup itu nggak bisa semuanya diraih. Misal tujuannya meraih uang dan ketenaran, keluarganya akhirnya jadi nomer dua. Btw lagu-lagu di dalamnya bagus-bagus.
Selain 'Kartini', film Indonesia bagus yang saya tonton ya film ini. Yang suka neng Maudy Ayunda dan babang Hamish Daud, cus tonton film ini. Nggak rugi deh beneran. Apalagi kalau doyan traveling juga (ada tips-tips untuk traveling di dalamnya). Ceritanya ringan dan menghibur.
Film ini diangkat dari beberapa cerita di buku 'Trinity, The Naked Traveler'. Kalau sudah pernah baca bukunya malah lebih bagus karena ada visualisasi nyatanya, nggak hanya dalam bayangan waktu baca buku aja. Film ini mengambil tempat syuting di beberapa tempat wisata yang ada di Jawa Barat, Filipina, dan Kepulauan Maladewa (atau Maldives).
Kalau dirilis di awal tahun 2000an bisa jadi film ini lebih terasa horornya. Berhubung rilisnya tahun kemarin, jadi kayak yang errr...nggak begitu seram. Malah cenderung bikin alis berkerut karena heran kok masih ada aja cara nakut-nakutin yang kayak begini, hehehe. Sok ya saya, padahal kalau dirusuh nonton sendiri juga nggak berani.
Cerita di film ini tentang sekumpulan anak muda yang main ke sebuah rumah tua dan main truth or dare. Di tahun 1980an rumah ini juga pernah digunakan untuk main truth or dare sama anak-anak yang hits pada masanya. Awalnya tantangannya masih normal, sampai ada arwah yang ikut nulis tantangannya. Tantangannya jadi sadis dan membahayakan nyawa pemainnya.
Buat yang belum nonton film ini, kalau pingin nonton siapin tisu banyak-banyak karena mengharukan. Point of view dalam film ini banyak, masing-masing tokoh akan diceritakan bagaimana sebenarnya perasaan sebenarnya tentang kehidupannya: perundungan di sekolah, diskriminasi karena penampilan fisik, konflik persahabatan remaja, kasih sayang orang tua, sampai prestasi di sekolah. Pokoknya film ini bikin hati jadi hangat.
Inti ceritanya tentang seorang gadis dewasa yang lelah dengan kehidupan di kota dan dia pulang ke rumahnya di pedesaan. Kalau kamu lagi lelah dan jenuh dengan rutinitas serta pingin santai-santai aja, film ini bisa dicoba. Filmnya nggak banyak dialog. Yang dibanyakin porsinya adalah pemandangan alam pedesaan Korea Selatan yang asri, suara-suara alam, suara-suara aktivitas masak (seperti air mendidih, pisau yang beradu dengan talenan, suara nyunyah makanan, dll), dan berkebun. Ada artikel menarik tentang film ini, coba baca 'When You Need A Breath Of Country Air: Reasons To Watch “Little Forest”'. Menurut saya kalau perasaan lagi happy lunjak-lunjak, nggak akan bisa menikmati filmnya karena filmnya terlalu tenang dan lambat.
See you on my next post!
*
The Pursuit of Happyness (2006)
Genre: Biography, Drama
Don't ever let somebody tell you, you can't do something. Not even me. You got a dream, you gotta protect it. People can't do something themselves, they wanna tell you you can't do it. If you want something, go get it.
- Chris Gardner to his son, Christopher -
Film ini dibuat berdasarkan kisah nyata Chris Gardner. Seorang laki-laki yang di suatu fase hidupnya homeless bersama anak lelakinya. Dia bekerja sebagai seorang salesman, kemudian dengan usahanya dia bisa menjadi seorang pendiri perusahaannya sendiri.
Sejujurnya saya nggak terlalu semangat nonton karena menurut saya film ini kelamaan. Ada satu dialog sih yang bikin saya senyum-senyum gemes sama Christopher. Suatu hari dia jalan bareng ayahnya mau ke sekolah, dia menceritakan sebuah kisah pendek tentang seorang laki-laki yang terapung-apung di tengah lautan. Sebuah kapal mendekatinya dan menawarkan bantuan ngangkut dia. Laki-laki itu menolak dengan dalih "nanti Tuhan pasti nolong saya kok". Setelah lama masih terapung-apung juga dia protes begini: "Tuhan katanya Engkau mau nolong saya?". Kata Tuhan: "Gue udah nolong elu pake kapal yang lewat tadi tapi lu nolak pertolongan Gue". Intinya begitu. :)
Pesan moral dari film ini jelas untuk memotivasi penontonnya supaya berusaha sekuat tenaga agar mengubah nasibnya menjadi lebih baik.
The First Grader (2010)
Genre: Biography, Drama, Romance
Nggak ada kata tua untuk belajar! Itulah kira-kira motto hidup Kimani Ng'ang'a Maruge, seorang kakek berusia 84 tahun dari Kenya. Beliau ini mantan pejuang suku Mau Mau. Dulunya banyak konflik gitu di Afrika antara penduduk asli kulit hitam dengan pendatang kulit putih. Konflik itu banyak merugikan penduduk asli.
Saya nggak akan bahas konfliknya btw. Saya lebih tertarik dengan perjuangan kakek Maruge mendapatkan pendidikan yang menjadi haknya. Hak yang nggak dia dapat waktu masih muda.
Enam menit pertama saya udah banjir air mata masaaa nontonnya. Nangis gara-gara Maruge nggak menyerah untuk bisa masuk ke dalam sekolah. Dari mulai bawa pensil sampai pakai seragam beliau lakukan semua. ðŸ˜ðŸ˜ Maruge menjadi siswa tertua di dalam kelas. Beliau belajar mengenal huruf, menulis, dan berhitung.
Perjuangannya itu nggak mulus-mulus saja tentunya. Banyak ortu murid yang nggak setuju anaknya belajar sama kakek-kakek, takut dipengaruhi ideologi yang tidak-tidak. Akhirnya dikirim ke sekolah khusus orang dewasa. Di sana Maruge nggak bisa konsentrasi belajar karena orang-orang dewasa di kelasnya nggak ada yang niat belajar. Semua pada guyon sendiri-sendiri, gurunya ndak digubris. :'(
Balik lagi ke sekolah asal. Kakek Maruge tiap hari jalan kaki berangkat maupun pulang sekolah selalu diketawain orang-orang di jalan, tapi beliau nggak peduli. Jangan bayangkan sang kakek jalannya biasa aja ya, sudah pakai tongkat. ðŸ˜ðŸ˜ðŸ˜
Di akhir film ditampilkan foto-foto Kimani Maruge yang asli sewaktu masih sekolah. Ada narasi pendek juga tentang undangan dari PBB, Maruge menjadi pembicara di New York tentang the power of education. Ya ampun nulis ini aja saya rasanya mau nangis lagi huhuhu. Buat semuanya aja (dan buat yang males-malesan sekolah, khususnya) saya sarankan untuk membaca biografi beliau paling tidak di wikipedia, terserah bacanya sebelum atau sesudah nonton filmnya.
Hit and Run (2012)
Genre: Action, Comedy, Romance
Oh yeah nonton ini karena pemeran utamanya pasangan Dax Shepard dan Kristen Bell. Saya nggak tau banyak sih kehidupan rumah tangga mereka di dunia nyata seperti apa, tapi nonton film ini rasanya kayak nonton mereka nggak akting. Kayak udah tiap hari ya begitu itu mereka kalau lagi berdua hahaha sok tau.
Dax ceritanya jadi seorang kriminal yang tinggal di countryside Amrik, Kristen jadi pacarnya. Rumah mereka bagus banyak bunganya. Kristen tau kalau pacarnya itu seorang kriminil(?), tapi nggak tau separah apa tindakan kriminalnya dulu. Dax ini sembunyi di countryside sampai kasusnya dinyatakan ditutup kayaknya. Wkwk. Agak lupa ceritanya. Kalau mau jelas dan nggak tersesat tentang jalan ceritanya, monggo baca di wikipedia aja. xD
Sebelum kasusnya ditutup eh Dax malah keluar dari countryside nganterin Kristen ke LA karena dapet kerjaan baru di sana. Yaudah deh kena masalah sama kelompok kriminalnya dulu. Tipikal aktor utama di setiap film action, ditembak berapa kali sama musuh pun tokoh utama tetap lolos dari peluru yang sedang melesat. Nggak mungkin meninggal jadi saya sans aja nontonnya hahaha. Apalagi genrenya ada komedinya kan.
Miracle in Cell No. 7 (2013)
Genre: Comedy, Drama
Nah kalau yang ini jangan percaya 100% kalau genrenya komedi. Siapin aja tisu banyak-banyak karena bakal sering nangis. Malah kalau kelewat sensitif bisa-bisa nangis sepanjang film.
Seorang ayah yang mentalnya agak terbelakang punya seorang putri kecil yang mandiri (aktris kecilnya pinter banget akting!!!). Kemudian sang ayah dipenjara karena diduga melakukan pelecehan seksual dan pembunuhan terhadap anak dari seorang yang berpengaruh. Ya ampuuun beneran deh ya orang berduit tuh kalau nggak bener suka semena-mena sama orang yang ada di bawah levelnya.
Haji Backpacker (2014)
Genre: Drama
Saya nggak pernah baca novelnya, nonton film ini pun hanya karena aktor utamanya Abimana Aryasatya hehehe. Ceritanya ya perjalanan dia ke tanah suci lewat jalan darat dari Thailand. Film ini bukan bergenre traveling layaknya 'Trinity, The Nekad Traveler'. Film ini pure drama seorang pria yang ingin ziarah ke makam ayahnya di Arab Saudi. Tentunya dengan diselingi perkelahian dengan gangster di Thailand, bertemu muslimah cantik di Tiongkok, belajar ngaji dengan kiai terkenal di India, sampai ditawan di perbatasan Israel-Palestina.
Di Balik 98 (2015)
Genre: Drama
Bukan yang dibintangi Chelsea Islan dan Boy William lho ya. Film ini dibintangi Leony mantan Trio Kwek-Kwek.
Setengah film ini diisi dengan cuplikan video-video dari kejadian tahun 1998 di ibukota. Sangat berguna sekali buat saya mengingat tahun segitu saya masih kecil dan had no idea tentang apa yang terjadi.
Setengah film berikutnya berisi kisah Leony yang memerankan seorang WNI keturunan Tionghoa yang terpaksa pindah ke Amerika Serikat setelah diperkosa oleh penjarah di tahun 1998. Tentu nggak asing kan ya kalau tragedi 98 itu nggak hanya demo pemerintahan aja?
Inti film ini adalah bahwa bangsa Indonesia terdiri dari berbagai ras, suku, dan agama maka dari itu bersatulah. Belajarlah dari masa lalu yang kelam untuk menjadi bangsa yang besar. Tahun kemarin kan wow banget ya isu tentang rasis di tanah air.
Bulan Terbelah Di Langit Amerika 2 (2016)
Genre: Adventure, Drama
Kalau kamu pernah baca novel 'Bulan Terbelah di Langit Amerika' dan ingin nonton filmnya, saya sarankan untuk nonton yang pertama aja. Yang kedua nggak usah. Karena apa? Karena yang kedua ini nggak ada hubungannya sama novelnya. Yang kedua ini ceritanya terlalu dibuat-buat dan maksa kalau menurut saya. Aktor-aktor yang harusnya orang asing, sebagian besar diperankan sama orang Indonesia sendiri. Aktingnya juga nggak bagus-bagus amat. Boy William juga dialeknya maksa banget hhhh. Product placement-nya kasar, contoh: sebelum pergi berantem, aktrisnya lipstikan dulu sambil ngaca di kaca yang ada di wadah bedak halal.
Bad Moms (2016)
Genre: Comedy
Film ini saya tonton dua kali karena bagus hahaha. Saya suka jalan ceritanya. Yang jadi sorotan utama adalah kehidupan tiga orang ibu: working mom, stay at home mom, dan single mother. Ada emak-emak tukang komentar dan nyinyir juga hahaha nyebelin banget. Menurut emak-emak ini tuh ibu-ibu harus jadi sempurna, nggak boleh melakukan kesalahan karena akan berdampak pada masa depan anak-anaknya. YA STRES LAH DISURUH BEGITU. Kalau ibunya sudah stres dan nggak bisa menikmati hidup gimana nanti dia mau membahagiakan anaknya. :(
A Bad Moms Christmas (2017)
Genre: Adventure, Comedy
Sekuel dari 'Bad Moms' yang lebih menekankan hubungan tiga orang ibu di 'Bad Moms' dengan ibu mereka masing-masing. Ceritanya ibu mereka bertiga ini datang ke rumah untuk menyambut natal. Ibunya Amy (working mom) orangnya terlalu ngatur dan nggak mau dibantah, tipe-tipe "mother knows the best". Ibu Kiki (stay at home mom) orangnya terlalu protektif ke anaknya, masih menganggap Kiki sebagai bayinya dan nggak mau jauh-jauh dari dia. Ibu Carla (single mother) orangnya free kayak Carla hahaha. Kalau buat saya ceritanya biasa aja, nggak sebagus 'Bad Moms'.
Girls Trip (2017)
Genre: Comedy
Empat orang sahabat dari masa sekolah, berkumpul kembali setelah punya kehidupan masing-masing. Ada yang jadi penulis sukses, ada yang jadi reporter, ada yang kerja kantoran, dan ada yang mengurus anak-anaknya di rumah. Mereka liburan berempat, liburan ini jadi satu dengan acara launching buku dari si yang jadi penulis terkenal itu.
Waktu nonton film ini tuh kayaknya asik gitu liburan dengan sahabat lama yang sepertinya mustahil dilakukan karena sudah punya kesibukan sendiri-sendiri wkwk. Orang sekedar ketemu aja nyempet-nyempetin ya kan, begitu ketemu malah ribet sama anaknya atau kalau nggak gitu sama pacarnya wq. Mending disamperin aja ke rumahnya lah daripada nongkrong tapi akhirnya nggak bisa ngobrol. Malah curhat.
Kartini (2017)
Genre: Biography, Drama, Family
FILM INI BAGUS BANGET! Dari film ini saya semakin ngerti tentang perjuangan RA Kartini untuk mengangkat derajat kaum wanita. Dan beliau berjuang tidak sendirian. Akting para aktor dan aktrisnya bagus, bahkan sampai pemeran pendukung. Dan yang paling penting adalah orang Belandanya diperankan sama orang bule, bukan orang Indonesia. Latar tempatnya juga tradisional banget khas jaman dulu. Mbak Disas ya Allah udah cantik, lancar bahasa Belanda ugha. Huhuhu.
The Greatest Showman (2017)
Genre: Biography, Drama, Musical
Waktu nonton ini saya udah nangis di menit kedelapan wkwkwk. Habis gitu udah sih nggak nangis-nangis lagi. Film ini sangat padat perjuangan. Perjuangan hidup tanpa orang tua, perjuangan hidup berdua bersama pasangan dengan meninggalkan kekayaan, perjuangan mewujudkan mimpi, dan perjuangan melawan ketakutan yang ada di dalam diri.
Selain itu film ini juga padat konflik, mulai dari konflik dengan orang tua, konflik dengan masyarakat yang nggak suka dengan tindakan aktor utama, serta konflik rumah tangga. Dari film ini saya jadi paham kalau dalam hidup itu nggak bisa semuanya diraih. Misal tujuannya meraih uang dan ketenaran, keluarganya akhirnya jadi nomer dua. Btw lagu-lagu di dalamnya bagus-bagus.
Trinity, The Nekad Traveler (2017)
Genre: Drama
Selain 'Kartini', film Indonesia bagus yang saya tonton ya film ini. Yang suka neng Maudy Ayunda dan babang Hamish Daud, cus tonton film ini. Nggak rugi deh beneran. Apalagi kalau doyan traveling juga (ada tips-tips untuk traveling di dalamnya). Ceritanya ringan dan menghibur.
Film ini diangkat dari beberapa cerita di buku 'Trinity, The Naked Traveler'. Kalau sudah pernah baca bukunya malah lebih bagus karena ada visualisasi nyatanya, nggak hanya dalam bayangan waktu baca buku aja. Film ini mengambil tempat syuting di beberapa tempat wisata yang ada di Jawa Barat, Filipina, dan Kepulauan Maladewa (atau Maldives).
Truth or Dare (2017)
Genre: Horror
Kalau dirilis di awal tahun 2000an bisa jadi film ini lebih terasa horornya. Berhubung rilisnya tahun kemarin, jadi kayak yang errr...nggak begitu seram. Malah cenderung bikin alis berkerut karena heran kok masih ada aja cara nakut-nakutin yang kayak begini, hehehe. Sok ya saya, padahal kalau dirusuh nonton sendiri juga nggak berani.
Wonder (2017)
Genre: Drama, Family
Buat yang belum nonton film ini, kalau pingin nonton siapin tisu banyak-banyak karena mengharukan. Point of view dalam film ini banyak, masing-masing tokoh akan diceritakan bagaimana sebenarnya perasaan sebenarnya tentang kehidupannya: perundungan di sekolah, diskriminasi karena penampilan fisik, konflik persahabatan remaja, kasih sayang orang tua, sampai prestasi di sekolah. Pokoknya film ini bikin hati jadi hangat.
Little Forest (2018)
Genre: Drama
Inti ceritanya tentang seorang gadis dewasa yang lelah dengan kehidupan di kota dan dia pulang ke rumahnya di pedesaan. Kalau kamu lagi lelah dan jenuh dengan rutinitas serta pingin santai-santai aja, film ini bisa dicoba. Filmnya nggak banyak dialog. Yang dibanyakin porsinya adalah pemandangan alam pedesaan Korea Selatan yang asri, suara-suara alam, suara-suara aktivitas masak (seperti air mendidih, pisau yang beradu dengan talenan, suara nyunyah makanan, dll), dan berkebun. Ada artikel menarik tentang film ini, coba baca 'When You Need A Breath Of Country Air: Reasons To Watch “Little Forest”'. Menurut saya kalau perasaan lagi happy lunjak-lunjak, nggak akan bisa menikmati filmnya karena filmnya terlalu tenang dan lambat.
See you on my next post!
*
Endahh, makasih banget lho review film2nya. Lumayan buat ngisi waktu kalo bocah lagi tidur 😛 Bad Moms juga KUSUKA BANGET. Kocak dan relatable lah sama ceritanya hahaha yang pasti karena ada Kristen Bell juga dong yak :p
ReplyDeletesama2 ci jane <3 aku nonton bad moms juga karena baca dari janereggievia.com :D kristen bell is uwu :3
Delete