How was Lombok? Seperti daerah di Indonesia pada umumnya, ketika memasuki bulan Desember maka yang terjadi dengan cuacanya adalah banyak turun hujan. Untung saja penerbangan berangkat tidak terkendala hujan.
Penerbangan berangkat menggunakan pesawat paling pagi. Setelah sampai di bandara Lombok Praya, perjalanan berlanjut ke sebuah restoran untuk sarapan. Menunya unik banget, yaitu sayur ares pisang yang dimasak mirip lodeh. Sayangnya agak kepedesan buat saya, kalau nggak pedes gitu saya pasti ambil banyak. Rasa ares pisang gimana? Mirip sayur ontong pisang. ๐
Perjalanan berlanjut ke Desa Sade, yaitu suatu desa yang dihuni oleh suku Sasak yang masih mempertahankan tradisi. Perjalanan ini ditemani hujan rintik-rintik yang sudah reda ketika saya sampai di pintu masuk desa. Di sini, sambutan dari warga Desa Sade adalah pertunjukan tari Peresean, di mana dua orang laki-laki suku Sasak melakukan tarian perang dengan menggunakan rotan sebagai pemukul dan tameng kulit kerbau yang disebut ende.
Desa Sade memiliki jumlah warga sebanyak tujuh ratus orang yang menghuni seratus lima puluh rumah. Desa Sade dipimpin oleh seorang kepala suku yang tahtanya digantikan oleh saudaranya ketika ybs meninggal dunia. Masyarakat Desa Sade tidak mengenal pembagian kasta. Mata pencaharian di Desa Sade adalah bertani di sawah tadah hujan dan beternak.
Pohon kapas di Desa Sade. Atap rumah suku Sasak di Desa Sade terbuat dari tanaman yang diganti ketika sudah rusak. |
Rumah adat suku Sasak di Desa Sade dibagi menjadi dua ruangan, yaitu ruangan depan dan ruangan belakang. Ruangan belakang dibagi menjadi dua lagi lagi, satu ruangan untuk kamar suami istri, dan satu ruangan lagi untuk ibu yang melahirkan.
Tiga anak tangga di dalam rumah suku Sasak di Desa Sade. Tiga anak tangga ini melambangkan apa ya kok lupa๐ฉ |
Masjid di Desa Sade. Mayoritas penduduk Pulau Lombok memang beragama Islam. |
Ornamen di salah satu rumah di Desa Sade. |
Lantai rumah suku Sasak di Desa Sade terbuat dari campuran tanah liat dan kotoran kerbau. Masyarakat di sana melakukan tradisi yang dinamakan belulut, yaitu mengepel lantai rumah dengan tanah liat dan kotoran kerbau, lalu digosok dengan batu kali agar lantai tidak retak. Lantai tanah liat dengan campuran kotoran kerbau tersebut dipercaya bisa mencegah penyakit dan menghalau roh-roh jahat.
Masyarakat Desa Sade melakukan pernikahan dengan sepupu mereka. Tradisi yang mereka pegang adalah kawin culik (dengan persetujuan). Laki-laki akan menculik perempuan pujaan hatinya dari rumah di perempuan tetapi tidak boleh sampai ketahuan oleh orang tua si perempuan. Jika penculikan tersebut diketahui oleh orang tua si perempuan, maka perempuan tersebut harus diasingkan dulu ke kampung sebelah.
Perempuan suku Sasak di Desa Sade yang berusia lima belas tahun akan dinikahkan jika sudah bisa menenun kain. Kemampuan menenun tersebut sudah diajarkan sejak perempuan berumur delapan tahun. Bulan Ramadan adalah bulan sepi menikah di kalangan masyarakat suku Sasak Desa Sade. Namun, di malam takbiran biasanya banyak anak gadis yang diculik untuk menikah.
Kain hasil tenun para perempuan Desa Sade dijual di rumah masing-masing. Harga kainnya bisa ditawar. Selain kain tenun, aneka cindera mata juga dijual di sini. |
Usai berkeliling Desa Sade, perjalanan berlanjut ke sirkuit yang pembangunannya termasuk paling cepat di dunia, yaitu Sirkuit Mandalika. Mandalika diambil dari nama seorang putri. Konon, ada ratu laut selatan bernama Tunjung Beru. Ratu Tunjung Beru mempunyai seorang anak bernama Putri Mandalika. Putri Mandalika tidak menikah selama hidupnya. Dia menceburkan diri ke laut dan menjadi cacing.
Patung Putri Mandalika (yang paling depan, di-zoom aja). |
Pemandangan Sirkuit Mandalika dari atas Bukit Seger. |
Selesai berpanas-panas ria melihat Sirkuit Mandalika dari atas Bukit Seger, perjalanan berlanjut ke sebuah toko mutiara. Mutiara-mutiara yang ada di toko tersebut ada yang berasal dari kerang air laut dan kerang air tawar. Harganya tentu lebih mahal mutiara yang berasal dari kerang air laut. Hujan turun dengan sangat deras pada kunjungan ini.
Hari pertama di Lombok ditutup dengan makan malam di warung sate Rembiga. Sate Rembiga terbuat dari daging sapi yang dibumbui cabai keriting. Wah...gila sih rasa sate Rembiganya UENAK BUANGETTT HUHUHUHU. Kalau nggak pedas gitu mungkin sudah saya habiskan sepuluh tusuk satenya. Berhubung kepedesan jadi hanya mampu makan tujuh tusuk. Dagingnya lembut, mudah dikunyah, dan tidak mengakibatkan selilitan. Bumbunya meresap sampai ke daging terdalam. ๐๐๐ Makan sate Rembiga ini ditemani kuah sumsum hangat. Makannya bisa pakai nasi atau lontong.
Ibarat ke Singapura tanpa ke Merlion Park hukumnya kurang afdol, maka ke Lombok pun seperti itu, ada kurang afdolnya jika tidak ke Gili Trawangan. Gili adalah bahasa orang Lombok untuk menyebut pulau-pulau kecil yang mengelilingi Pulau Lombok. Kata Lombok sendiri aslinya dibaca sebagai Lo'mbok' yang artinya jalan lurus. O-nya bunyinya ์ค bukan ์ด. Monmaap ini penjelasannya pakai huruf nenek moyang saya yang ada di Korea wkwkwkwk. *dijitak*
How's Gili Trawangan? SEPI YHA jika dibandingkan dengan Pantai Kuta. Secara umum, Lombok memang lebih sepi sih daripada Bali. Less crowded but its view nggak kalah indah dengan Bali.
Nyebrang ke Gili Trawangan naik speed boat putih yang di tengah itu. Ombaknya agak tinggi dan rasanya keras kayak lewat di polisi tidur. |
Sepeda yang disewakan di Gili Trawangan๐ฒ |
Salah satu kafe di Gili Trawangan๐บ |
Harapannya bisa sepedaan di gang-gang seperti ini, tapi...๐ง |
Salah satu cafebar di Gili Trawangan. |
Pemandangan dari salah satu restobar di Gili Trawangan๐ |
Sayangnya, waktu di Gili Trawangan turun hujan yang sangat deras disertai angin. HNGGGGG...rencana bersepeda keliling Gili Trawangan otomatis gagal total. Padahal bagus banget, huhuhu. Snorkeling juga nggak bisa. ๐ญ Yaudah nanti snorkelingnya di Labuan Bajo aja. *manifesting*
Hari ketiga agendanya balik lagi ke...Sirkuit Mandalika. ๐๐๐๐๐๐ Karena di hari pertama belum berhasil masuk ke tribun penonton, maka diusahakan di hari ketiga. Alhamdulillah berhasil. Gimana suasananya? Puanas buanget. Guerahhh polllll. Pada saat itu sedang ada kualifikasi entah event balapan yang namanya apa. Yang jelas pakai mobil. Ternyata enakan nonton di televisi daripada di sirkuit. Udahlah panas, suara mesin mobilnya juga bising banget sampai bikin telinga sakit. ๐
Begitulah cerita liburan hamba di bulan Desember tahun 2024. Despite of some little inconvenience, bersyukur banget bisa merasakan masakan terenak se-Lombok yaitu sate Rembiga. ๐ฅณ Kalau diulang dua kali dalam satu postingan ini berarti enak banget. ๐คฃ๐คฃ Ada yang pernah nyobain sate Rembiga juga?
*
Aku ngebayangin naik speed boatnya udah mual duluan, Kak ๐ญ. Pernah naik kapal kayu yang biasa buat snorkling gitu, itu aja udah mual ๐ญ. Gimana kalau ditambah ombak gede ๐ญ
ReplyDeletePenasaran sama sate rembiga!! Aku belum pernah cobain. Baru pertama juga denger sate varian ini ๐คฃ
Btw, aku nggak nyangka kalau nonton langsung di sirkuit ternyata suaranya bising banget(?) aku kira bising aja(?) tapi aku pribadi tim nonton di tv karena lebih adem + aku mikirnya viewnya lebih puas di tv. Kalau di sirkuit kan viewnya terbatas(?) cuma pas mobilnya lewat aja gitu baru kelihatan(?)
Kalau yang mudah mabuk laut kayaknya bakal muntah sih Li kemarin itu, terombang-ambing banget di atas speed boatnya๐คง
DeleteNanti kalo ke Lombok cobain sate Rembiga Liii. Nama warungnya dulu apa ya aku lupa๐ญ
Betul banget Li yang kamu tulis. Kalau langsung di sirkuit, viewnya ya cuma itu aja. Bisingnya tu bising yang sampe bikin pusing๐ Kalo kemarin bisa milih gitu aku lebih milih ke Gili Trawangan lagi๐
aku sukak banget nget sama Lombok, meskipun berkali-kali kesana nggak bosen, dan balik lagi ke Trawangan. Dulu pernah mau skip ke Trawangan, tapi rasanya kok berat kalau nggak menginjakkan kaki kesana lagi.
ReplyDeleteSate rembiga enak juga ini, porsinya buatku pas, malahan waktu itu dibantu temen buat ngabisin hahaha
seneng banget liburan ke Lombok Endah, jadi kangen Lombok pas baca ini
Aku pas ke sirkuit Mandalika tu ingetnya mba Ainun๐คฃ๐คฃ๐คฃ Kalau ke Lombok emang menurutku wajib ke Gili Trawangan sih, biar afdol, hahaha apalagi buat first timer ya.
DeleteYuhuuu satu lagi testimoni tentang enaknya sate Rembiga๐๐ Thank you for sharing your experience mba Ainun๐ฅณ Gas, tahun ini ke Lombok lagi๐
Hai, salam kenal. Sate Rembiga emang enak banget, apalagi dimakan pakai nasi hangat dan pelecing kangkung. Aku yang sejak lahir tinggal di Lombok pun doyan ๐ฅณ
ReplyDeleteBtw aku belum pernah nonton balapan di Sirkuit Mandalika. Udah kebayang gimana panasnya dan bisingnya ๐คฃ
Salam kenal mba Dhyna๐ Iyaaa, ya ampun baru tau ada sate seenak itu di Indonesia๐คฃ Waktu di Lombok itu rekor loh aku lebih milih daging daripada sayurnya๐
DeleteHahahaha kalo mau nonton perlombaannya mending di rumah mba, puanas banget di sana. Mana viewnya terbatas.
Aku ga jadi2 nih ke lombok . Penasaraaaan banget padahal. Kalo suami tujuannya utk main di pantai2, aku mah udh pasti kulineran mbaaa ๐คฃ. Ayam Taliwang, sate Rembiga, pengen cobain langsung dj kota asalnya.
ReplyDeleteSoalnya ayam Taliwang di JKT memang ada yg enak, tp kan katanya ayam Taliwang itu pedes yaa. Naah yg di JKT ini 1 pun ga ada yg pedes, padahal aku udah minta yg maksimal level pedesnya. ๐
Penasaran Ama yg di lombok jadinya
Eh rumah suku Sasak itu kalo lantainya terbuat dari kotoran, berarti kan ga bisa buat sholat ya? JD walau masyarakat di sana mayoritas muslim, suku Sasak nya bukan ya mba?
Wah aku kira mba Fanny udah pernah ke Lombok. Cobain kalo gitu ke Lombok dan makan sate Rembiga, hahahahaha. Cocok tuh sama mba Fanny yang suka pedes.
DeleteIya mba gabisa, solatnya di masjid. Bener yang ada di Desa Sade itu suku Sasak.