March 25, 2021

Review Buku Segala-galanya Ambyar: Sebuah Buku tentang Harapan


Identitas Buku:
Judul: Segala-galanya Ambyar
Penulis: Mark Manson
Alih bahasa: Adinto F. Susanto
Penerbit: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia
ISBN: 978-602-052-283-8
Jumlah halaman: xiii + 348 hlm.


Blurp:
"Hanya karena segalanya tampak kacau, bukan berarti Anda juga harus menjadi kacau. Buku Mark Manson menjadi bekal untuk hidup yang lebih baik dan dunia yang lebih baik, dan kinilah saat yang paling tepat untuk membacanya."
-Ryan Holiday, penulis buku terlaris versi New York Times berjudul The Obstacle is the Way dan Ego is the Enemy

Dari penulis bukuk laris dunia Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat (The Subtle Art of Not Giving a F*ck) lahirlah sebuah pedoman kewarasan untuk menghadapi problem-problem harapan.

Kita hidup dalam zaman yang menarik. Secara material, segalanya tampak sangat baik melebihi zaman-zaman sebelumnya. Meski begitu, entah mengapa segala-galanya tampak kacau balau dan benar-benar ambyar. Apa yang terjadi? Jika ada satu orang yang bisa membantu kita mengenali bencana yang terjadi saat ini dan ikut membantu memberesi, salah satunya adalah Mark Manson. Dalam Segala-galanya Ambyar, Manson membentangkan segunung penelitian psikologis, juga sederet kebijakan dari beragam filsuf mulai dari Plato hingga Tom Waits, untuk berbicara perihal agama, politik, uang, hiburan, dan juga internet.

Dengan ciri khas gayanya berupa campuran antara penelitian dan humor, Manson menantang kita untuk lebih terbuka dengan diri sendiri, secara jujur menguak definisi tentang keyakinan, kebahagiaan, kemerdekaan--dan bahkan tentang pengharapan itu sendiri. Salah satu pemikir besar modern ini telah memproduksi satu lagi buku yang akan memperkaya dunia ke depan.

Mark Manson adalah penulis buku laris versi Internasional dan New York Times berjudul Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat (The Subtle Art of Not Giving a F*ck). Blognya, MarkManson.net menarik 2 juta lebih pembaca setiap hari. Ia tinggal di kota New York.


Review:
Buku ini terbagi menjadi dua bagian, bagian pertama diberi judul HARAPAN sedangkan bagian kedua berjudul SEGALA-GALANYA AMBYAR. Bagian pertama terdiri dari lima bab yang masing-masing babnya membahas tentang (1) Kebenaran yang Menggelisahkan, (2) Kendali-Diri adalah Sebuah Ilusi, (3) Hukum Newton tentang Emosi, (4) 5 Cara Mewujudkan Mimpi-Mimpi Anda, dan (5) Harapan itu Ambyar. Sementara bagian kedua memiliki empat bab yang membahas (1) Formula Kemanusiaan, (2) Rasa Sakit adalah Konstanta Universal, (3) Ekonomi Perasaan, dan (4) Agama Final.

Empat bab di bagian pertama buku ini terlihat mengiyakan bahwa mempunyai harapan itu penting, karena lawan dari kebahagiaan bukanlah amarah atau kesedihan tetapi tidak adanya harapan (nihilisme). Tanpa harapan manusia percaya akan terperosok ke dalam kehampaan.

Harapan lahir dari perasaan mengejar "sesuatu yang lebih baik" (karena ada sesuatu yang menurut kita "rusak"). Harapan hadir karena ada masalah yang perlu dicari jalan keluarnya. Adanya konflik berarti menjaga adanya harapan. Jadi di bab terakhir dari bagian pertama, Mark Manson menuliskan bahwa harapan ini bersifat destruktif. Harapan tergantung pada penolakan terhadap apa yang terjadi saat ini.

Sehingga menurut Mark Manson di bagian kedua bukunya ini: jangan mengharapkan kehidupan yang lebih baik, cukup hiduplah dengan baik. Hidup dengan baik tidak sama artinya dengan menolak penderitaan. Jika memang hidup ini pada hakikatnya memaksa manusia untuk menderita, maka sepatutnya manusia belajar untuk menderita secara tepat. Menderita secara tepat adalah dengan cara bersentuhan dengan penderitaan itu dan menemukan nilai serta makna di dalamnya. Mengejar kebahagiaan merupakan nilai beracun yang telah lama ada di kebudayaan manusia.

Pada bagian akhir bukunya ini, Mark Manson menyarankan: daripada mencari-cari harapan, berusahalah untuk tidak berharap dan tidak pula takut; juga, jangan takabur seolah-olah yakin mengetahui semuanya yang ada di dunia ini. Jadilah manusia yang lebih baik, lebih murah hati, lebih tabah, lebih rendah hati, dan lebih disiplin. Dengan begitu, barangkali kita bisa menerima kebenaran yang menggelisahkan.

Kebenaran yang menggelisahkan tentang kehidupan yang dimaksud oleh Mark Manson adalah bahwa ketika kita sudah meninggal hanya sedikit kata-kata atau tindakan kita yang masih berpengaruh terhadap sekelompok kecil orang, dan itu pun hanya dalam waktu yang cukup singkat. Dengan kata lain yang lebih sederhana: kita bukan siapa-siapa.

Membaca buku ini rasanya seperti ditimang-timang kemudian dibanting dengan keras. πŸ˜‚ Tapi saya pribadi suka dengan buku ini. Menurut saya buku ini memberi apa yang saya butuhkan, bukan apa yang saya inginkan. Mark Manson secara tersirat mengajak untuk melakukan mindfulness, living the present and embrace all emotions (baik itu emosi yang membuat nyaman maupun yang membuat tidak nyaman).


*

18 comments :

  1. AKhirnya di review juga ya kak hohoho. Baca ulasannya kak Endah sedikitny kalimat yang dituliskan Mark manson cukup menohok ya, gimana caranya manusia berhadapan dengan Harapan itu sendiri, yang terkadang bisa jadi bumerang dalam kehidupan.

    Anywayyy aku suka sama kalimat ini
    “cukup hiduplah dengan baik”, simpel tapi ngena 😁
    Aku udah cukup lama pengin baca buku ini tapi nunggu ada di iPusnas dulu aja deh *tim gratisan* thankyou kak Endah buat ulasannya, nice review πŸ‘πŸ»

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mba Reka wkwkwkwk, selesai bacanya akhir 2020, reviewnya baru terbit sekarang. xD Bener, masih banyak kalimat-kalimat lainnya yang menohok selain yang aku tulis di sini. Selesai baca buku ini pandanganku terhadap harapan jadi sedikit berubah hahahaha.

      Yes, aku juga suka sama kalimat itu jadi aku tulis di blog pakai bold biar nggak lupa. Hahahaha mantap tuh timnya tim gratisan, nanti kalau udah baca dan direview aku akan baca. Sama-sama mba Reka terima kasih juga sudah membaca <3

      Delete
  2. Belum pernah baca Mark Manson, tapi judul buku Seni Bersikap Bodo Amat kayaknya sebuah jurus yang sangat berguna untuk kehidupan saat ini. Ha ha ha.

    Ngga pernah ada buku setau saya yang pake kata Ambyar. Tapi setelah dipopulerkan oleh alm. Didi Kempot, judul buku Mark Manson versi Indonesia ini jadi terlihat segar

    ReplyDelete
    Replies
    1. Berguna banget mas Rahul, aku jatuh cinta sama buku Mark Manson yang pertama. Kalau mau mas Rahul bisa baca juga reviewku di: https://aprilendah.blogspot.com/2019/03/sebuah-seni-untuk-bersikap-bodo-amat.html *shameless promotion HAHAHHAHAHAH*

      Iya bener, kayaknya pemilihan kata di judul ini kayaknya ngikutin era di mana kata ambyar lagi populer dulu. Ya biar banyak yang melirik juga kali ya.

      Delete
  3. Akhirnya selesai juga baca buku ini ya, Kak wkwk. Terima kasih atas ulasannya ❤️ aku jadi diingatkan kembali sama isi bukunya πŸ™ˆ

    Menurut Kak Endah, Kakak lebih suka buku pertamanya Mark atau buku yang kedua ini?

    ReplyDelete
    Replies
    1. WKWKWKWKWKWKWK kamu udah pernah baca juga Li? Sama-sama makasih udah baca <3 Sebenernya aku selesainya udah akhir tahun kemarin bacanya cuman masih mager buat nulis. xD

      Kalau aku lebih suka buku yang pertama, lebih ngena isinya dan bacanya lebih ngnalir waktu itu. Kamu udah baca yang buku pertamanya juga kah? Suka yang mana?

      Delete
    2. Pernah Kak Endahhh. Tapi isinya kurang greget buatku wkwk jadi udah lupa isinya bahas apa πŸ˜‚

      Nah, aku juga lebih suka buku pertamanyaaa karena lebih relate dan jokesnya lebih lucu-lucu 🀣 toss dulu dong Kak Endah! Wkwk

      Delete
    3. 🀣🀣🀣 TOS! iya Li buku pertamanya lebih banyak cerita yang lucu dan plot twist yang bikin merinding.

      Delete
  4. Aku suka deh terjemahan judulnya dari Everything is F*cked jadi Segala-galanya Ambyar.. Apalagi habis baca review-nya Endah, kayak yang bener-bener byaaarr gitu pembahasannya wkwkwk.

    Ketika sebagian besar buku self-help ngajarin buat menjadi lebih baik atau hebat, ini ngajarin buat nerima hidup. Menarik siih... Setuju juga sama Reka, kalimat "cukup hiduplah dengan baik" kerasa mengena banget 😊

    ReplyDelete
    Replies
    1. 🀣🀣🀣 cocok ya berarti judulnya pakai kata ambyar.

      Iya buku ini ngajarin untuk jadi realistis dan tidak denial dengan keadaan yang nggak nyaman. Bagus ya Kak quote itu, rasanya langsung..."oh ya bener juga" waktu bacanya🌸

      Delete
  5. Kayakny menarik ya Mba Endah.. Aku baru baca buku pertamanya. Bagus, tp karena dr awal ekspesktasi aku ketinggian krna liat review orng2, jd entah kenapa ga sesuai bayangan pas bacanya πŸ˜†
    Aku ngakak bagian yg pengen banting bukunya πŸ˜‚πŸ˜‚ Memang kadang baca buku yg isinya menohok, bawannya emosi ya.. Apalagi kata Mba Endah bukunya lbh ngasi yg dibutuhkan, bukan hanya yg diinginkan 😁

    ReplyDelete
    Replies
    1. Lumayan mba Thessa buku kedua ini walaupun bacanya masih lebih asik buku pertamanya. Hahahahaha review orang-orang pada wow kah? Aku dulu bacanya nggak pakai baca review orang dulu, langsung tertarik gara-gara judulnya aja jadi semacam zero expectation dan akhirnya sukaπŸ˜‚

      Yang buku kedua ini aku agak berekspektasi terus yaaa...oke lebih baik memang nggak berekspektasi, kayak ajaran di dalam bukunya sendiriπŸ€ͺ

      WKWKWKWKWKKWK BUKAAAAN, maksudnya bacanya itu rasanya habis dimanja-manja bab pertama terus rasanya kayak dibanting gitu lho mba ThessaπŸ˜‚ semacam habis diterbangkan ke langit kemudian diturunin lagi biar realistis kakinya napak tanah lagiπŸ’†‍♀️

      Delete
  6. wah baru tau judul ini. aku akan membacanya. tulisan mark manson soalnya menamparku untuk menjadi better than yesterday :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mba nampar-nampar kalau tulisannya Mark Manson. xD Buku yang aku review ini buku keduanya setelah Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat.

      Delete
  7. pas baca judul buku ini di Gramedia, aku udah penasaran sama isiannya kayak apa.
    lagi booming kata-kata ambyar, dan judulnya bener bener menarik buat dibeli :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Coba beli mba Ainun, pingin tau pendapat mba tentang buku ini😍 kalau aku beli buku ini emang bias sama penulisnya, karena udah baca buku pertama dia jugaπŸ‘Œ

      Delete
  8. kak, hebat bisa bertahan membaca buku ini..hahaha.. sempet kesel sendiri di bab cara membuat agama. tapi di satu sisi, kita dikenalkan dengan jangan terlena dengan berharap, lebih ke arah kemanusiaan utk menjadi lebih dewasa, dgn tidak berharap atas apa tindakan kita..

    ReplyDelete
    Replies
    1. πŸ˜‚πŸ˜‚πŸ˜‚ aku cukup satu frekuensi sama buku ini, ah iya yang bagian membuat agama itu aku bacanya nggak terlalu khusyu' juga bacanya, aku anggap informasi dari sudut pandang lain aja. Bener, nggak semua dari buku ini harus ditelan.

      Delete

Halo! Terima kasih sudah membaca dan meninggalkan komentar. Komentar yang masuk akan dimoderasi terlebih dahulu.

Back to Top