October 21, 2020

Inspirasi dari Buku "Traveling ala Orang Kantoran"



Di postingan Pertama Kali Ini dan Itu kemarin, saya nulis kalau ada sebuah buku yang pada masanya kala itu sangat meninspirasi. Lebih tepatnya menginspirasi jiwa traveling saya yang sedang menggebu-gebu. Judul bukunya adalah 'Traveling ala Orang Kantoran' yang ditulis oleh Maria Fransiska Merinda.

Kemudian kepikiran untuk nulis-nulis kalimat yang saya tandain pakai stabilo di buku itu ke blog ini biar bisa diakses sewaktu-waktu. Nulisnya pakai poin-poin biar cepet.
  1. Sebaiknya travelinglah selama usia masih cukup muda, terutama saat sudah mulai punya penghasilan. (Hal. 5)
  2. Liburan yang paling menyenangkan adalah bila kita memiliki penghasilan, tenaga masih cukup kuat untuk bepergian, dan kita masih memiliki tabungan setelah pulang dari liburan. (Hal. 5)
  3. Liburan merupakan salah satu cara yang menyenangkan untuk menghilangkan stres dan keletihan mental. Selain kembali bugar, setelah liburan biasanya produktivitas karyawan meningkat. (Hal. 17)
  4. Selama kita memiliki penghasilan, tentu penghasilan itu bisa diatur dan dialokasikan untuk traveling secara bertahap. (Hal. 21)
  5. Dengan perencanaan matang dan menabung secara konsisten, karyawan juga bisa traveling. Jadi, tidak usah menunggu kaya raya dulu baru bisa traveling. Selama masih punya penghasilan, siapa pun bisa traveling. (Hal. 27)
  6. Punya penghasilan dan usia relatif masih muda adalah kesempatan yang tidak boleh disia-siakan untuk memulai traveling. Uang bisa dicari, namun waktu akan terus berlalu. (Hal. 28)
  7. "Don't wait for the perfect moment, take the moment and make it perfect." -Zoey Sayward (Hal. 29)
  8. Yang dibutuhkan untuk traveling: niat, uang, tenaga, dan waktu (running title hal. 39)
  9. Seorang karyawan paling tidak harus punya dana cadangan untuk berjaga-jaga dalam keadaan darurat minimal delapan kali gaji yang dimilikinya. (Hal. 48)
  10. Dana cadangan ini untuk hal-hal yang bersifat darurat. Sebaiknya dana cadangan dikumpulkan terlebih dahulu, baru kemudian ia merencanakan pengumpulan dana untuk traveling. Pengumpulan dana untuk traveling bisa dilakukan dalam jangka waktu beberapa bulan, bahkan untuk destinasi yang lebih jauh bisa sampai beberapa tahun. (Hal. 48)
  11. Selain menabung dan mengurangi pengeluaran seperti contoh itu, cara menambah uang tabungan adalah dengan bekerja part time untuk mencari penghasilan tambahan atau berinvestasi. (Hal. 50)
  12. Bagi seorang investor yang safety player, salah satu cara yang paling aman adalah mendepositokan uang. (Hal. 52)
  13. Kalau ingin mendapat penghasilan selain dari gaji bulanan, kita bisa mencoba wirausaha kecil-kecilan dari hobi. (Hal. 52)
  14. Kesimpulannya, karyawan bisa traveling dengan cara mengumpulkan penghasilan secara bertahap, bukan dalam sekejap. (Hal. 55)
  15. Selain berusaha membedakan kebutuhan dan keinginan, seseorang juga harus mampu menentukan skala prioritas. (Hal. 59)
  16. Sebenarnya kita tidak akan pernah tahu apa yang terjadi esok. Jadi, merencanakan masa depan dengan rajin menabung adalah tindakan yang tepat. (Hal. 61)
  17. Selain untuk hal-hal darurat, jumlah tabungan yang sudah memadai bisa digunakan untuk mewujudkan rencana traveling. (Hal. 61)
  18. Salah satu persyaratan penting agar bisa menabung adalah jangan lebih besar pasak daripada tiang. (Hal. 71)
  19. Jumlah uang yang sedikit bukanlah alasan yang tepat untuk tidak menabung. Jumlah bukan masalah; yang jadi masalah adalah niat untuk mulai menabung. Jumlah yang sedikit, kalau diiringi dengan sikap konsisten, lama-kelamaan akan menjadi banyak. (Hal. 72-73)
  20. Apabila menabung hanya dilakukan sekali-sekali saja tanpa jadwal dan perencanaan, target yang telah ditetapkan tidak akan tercapai. (Hal. 80)
  21. Sayang ongkosnya karena cuma liburan sebentar? Kalau menunggu kesempatan untuk bisa libur lama, belum tentu ada kesempatan dan akhirnya tidak pernah jadi berlibur. Selama masih kuat, traveling singkat di akhir pekan cukup menyenangkan. Yang terpenting adalah menjaga kesehatan dan mempersiapkan stamina. (Hal. 95)
Buku 'Traveling ala Orang Kantoran' ini terbit di tahun 2015, saya belinya juga di tahun yang sama. Karena sudah lima tahun yang lalu, bisa jadi beberapa tipsnya sudah nggak relevan dengan tahun sekarang. Tapi buat saya yang baru kerja dulu itu, buku ini sangat membantu menyuntikkan semangat buat jalan-jalan. Dan kesampaian juga ke tempat-tempat wisata yang ada di dalam maupun luar kota tempat tinggal.

Tahun 2020 ini kayaknya sebagian besar orang-orang yang punya rencana traveling jadi ketunda gara-gara pandemi. Semoga cepat berakhir kondisi yang seperti mimpi buruk ini biar bisa traveling lagi.

Kalau traveling nggak jadi prioritas hidup gimana? Ya nggak apa-apa.


*

9 comments :

  1. Kak Endah, tampilan blognya baru ya 🤭 tetap ya nuansanya pinky-pinky hihihi.

    Menurutku masih banyak poin-poin di atas yang relate dengan kehidupan sekarang. Aku setuju dengan poin no 1,2,3,5,7,10,16,17,19 kok kayaknya jadi hampir semua? 🤣
    Tapi memang pembahasannya menarik sih, pantas Kak Endah jadi termotivasi untuk travelling juga 🤭

    ReplyDelete
    Replies
    1. Eh tampilannya udah ganti lagi 🤣
      Berarti tadi pas aku ngetik, Kak Endah sedang under construction blognya 🤭

      Delete
    2. HEHEHEHEHE iya Lia dari kemarin aku pusing utak-atik theme terus pas pinky-pinky itu aku udah capek banget jadi langsung klik simple theme apa ya lupa hahahaha. Ini ganti lagi karena kemarin hurufnya kekecilan, semoga responsive terus huhu lelah hayati.
      Anyway, iya kan ada beberapa poin yang memang nggak bisa disetujui setiap orang seiring dengan berjalannya waktu. Habis baca buku ini dulu aku kebut wisata ke kota-kota yang ada di tiap provinsi di Pulau Jawa. Nggak mau muluk-muluk tapi cukup satu kota satu provinsi. xD Ok TMI.

      Delete
  2. Pas bilang, ada yang g relevan dengan jaman sekarang setuju sih.
    Aku tergila-gila sama traveling di tahun 2015-2018, selepas itu traveling is not my thing.
    Dan dari apa yang dijabarkan buku ini menekankan bahwa, dahulukan dana darurat baru deh traveling, bukan yang duit ada terus dipake semua buat traveling. Ini diriku banget sebelum manajemen duitku ketata.

    Karena traveling bukan prioritas lagi, I mean untuk release stress bisa dengan cara lain, dana daruratku terpenuhi. Cuman daripada ntar kebelet, aku tetep nyisihin beberapa lah, siapa tau tiba-tiba banget pingin staycation, udah cus tinggal berangkat

    ReplyDelete
    Replies
    1. Samaaa aku juga mikirnya gitu, kayak menggebu-gebunya sekitar tahun itu setelah itu udah nggak terlalu ngoyo. Sekarang lagi suka financial planning😁 setuju release stress dengan cara lain jadinya makin bisa mengeksplor skill lain yang sebelummya bahkan nggak kepikiran.

      Delete
  3. Izin mengutip salah satu kata kata diatas kaa, salah satunya ada yang kusuka dan relate banget sama ak hihih. eumm dan semoga pandemi nya bisa cepet selesai yah, biar rencana traveling yang ketunda bisa terelasiasikan hihii

    ReplyDelete
    Replies
    1. Silakan mas, iya aamiin aamiin semoga segera selesai ini pandeminya😢

      Delete
  4. Hi mbak Endah salam kenal 😊

    Suka banget dan bisa relate dengan tulisan mbak Enhdah ini. Traveling ketika sudah menjadi pekerja kantoran memang susah-susah gampang ya mbak 🙈 apalagi disaat sekarang yang lagi pandemi kaya gini dimana traveling tidak bisa jadi prioritas utama lagi hehe..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo mbak Aqmarina salam kenal juga. Iya sebagai pekerja kantoran kalau mau traveling harus pinter-pinter cari waktu dan cari duit xD bener, traveling di masa-masa kayak gini mending ditunda aja nunggu pandeminya selesai.

      Delete

Halo! Terima kasih sudah membaca dan meninggalkan komentar. Komentar yang masuk akan dimoderasi terlebih dahulu.

Back to Top