April 15, 2015

A Wonderful Yogyakarta Tour

Akhir Maret kemarin saya berwisata ke kota Yogyakarta bersama rekan-rekan kerja di kantor, ini kali ketiga saya mengunjungi Kota Gudeg, pertama waktu study tour SMP dan kedua pas awal Desember tahun lalu. Dibandingkan kunjungan saya yang kedua, kunjungan ketiga ini amat sangat menyenangkan sekali. Kenapa? Karena murni untuk liburan bukan untuk kerja. Yeay!

Bicara mengenai wisata ke Yogyakarta, yang terbayang di benak cetek saya adalah Candi Borobudur, Candi Prambanan, Keraton Yogyakarta, Pantai Parangtritis, dan Malioboro XD Awalnya saya ogah-ogahan tapi begitu lihat itinerary yang disusun sama agen travel, saya langsung eksaytid dan berpikiran “enggak bisa dipercepat aja nih ke Jogja-nya?” lol. Destinasi wisata yang dituju adalah Gua Pindul, Museum De Arca, Candi Prambanan, Kaliadem Merapi, Jogja T-shirt, dan pastinya Malioboro *wuih...belum pernah kesana semua (kecuali Malioboro)*

Seru-seruan Tubing di Gua Pindul
Tubing di Gua Pindul atau kegiatan menyusuri Gua Pindul menggunakan ban dalam ini bisa dilakukan oleh pemula maupun anak kecil bahkan wanita hamil, karena aliran air di Gua Pindul ini tenang *rombongan saya dulu ada yang membawa anaknya yang masih berusia dua tahun untuk ikut tubing di Gua Pindul*

Karena waktu saya tubing dulu rame banget, orangnya banyak, becandanya juga banyak, jadi penjelasan dari guide-guide di dalam gua banyak yang enggak kedengeran. Berikut saya bagikan informasi mengenai Gua Pindul dari website resmi wisata Gua Pindul:

Gua Pindul memiliki panjang sekitar 350 m, lebar hingga 5 m, jarak permukaan air dengan atap gua 4 m, dan kedalaman air sekitar 5-12 m. Gua ini memiliki 3 zona: zona terang, zona remang, dan zona gelap. Waktu tempuh sekitar 45 menit.

Ditengah gua, ada sebuah ruangan yang agak besar, dengan lubang di atasnya (warga setempat menyebutnya sumur terbalik). Sinar matahari yang masuk melalui lubang ini membuat suasana semakin indah. Lubang di atas gua ini sering digunakan sebagai jalan masuk vertikal oleh anggota TIM SAR saat latihan
*waktu rombongan saya tubing, ada sepasang calon pengantin yang lagi foto pre-wed di area ini*


Keindahan semakin lengkap dengan adanya ornamen di sepanjang dinding gua seperti mahakarya lukisan abstrak yang tak ternilai. Banyak kelelawar bergelantungan menghiasi lorong gua. Terdapat tirai juga yang tersusun dari tetesan-tetesan air di dinding gua.


Ohiyes bawa hp waktu tubing bisa banget lho, disana banyak yang jual plastik tempat hp yang kata guide saya, pak Danar Kaloko, aman untuk digunakan di dalam gua karena kedap air tapi touchscreen-nya masih sensitif. Tempatnya bisa dipake sebagai kalung kayak kalung identitasnya jamaah haji. Saya enggak menyarankan bawa tongsis kalau rombongan Anda kayak rombongan saya: ciprat-cipratan air ke muka orang yang belum basah! Hehehehe yaiyalah sayang hp-nya. Mending enggak bawa tongsis lah udah soalnya tangan kanan kiri harus saling pegangan ke ban orang lain. Kalau yang megang cuma sepihak dan pihak lain sibuk sama tongsisnya, kasian pihak yang megang, berat narik-nariknya.


Museum De Arca: Madame Tussaud-nya Yogyakarta
Museum De Arca berada di kawasan XT Square Jalan Veteran Padeyan Yogyakarta. Ternyata museum ini jadi satu area dengan De Mata Trick Eye Museum yang pada awal Desember tahun lalu saya kunjungi! Bedanya, De Mata menyajikan lukisan-lukisan trick-eye di tembok dan lantai, sedangkan De Arca menyajikan patung-patung lilin dari tokoh-tokoh terkenal dunia! Ya bisa dibilang Madame Tussaud versi Jogja lah, hohoho.
I was in De Mata Trick Eye Museum Jogja XD

Masuk ke museum ini harus melepas alas kaki, disana disediakan kantong kresek untuk wadah alas kaki kita. Saya sarankan kalau kesana bawa tongsis, bawa kamera yang bagus (karena ruangannya ada yang agak remang), dan jangan sendirian, hihihi yaiyalah mana asik pergi sendirian. Koleksi patung-patung lilin di museum ini terdiri dari pahlawan nasional jaman penjajahan, aktor dan aktris terkenal Hollywood, tokoh-tokoh film Hollywood, serta tokoh-tokoh penting dalam dan luar negeri lainnya. Menurut pengamatan saya, patung-patung lilin ini dibuat semirip mungkin dengan aslinya, baik wajah maupun tinggi badan (kalau beberapa wajahnya ada yang enggak mirip, dimaklumin aja namanya juga buatan manusia, manusia enggak ada yang sempurna :p ). Ternyata tinggi saya enggak jauh beda sama tinggi patung lilin Tuanku Imam Bonjol, tapi kalau sama tinggi patung lilin Rain dan Shah Rukh Khan ya langsung seketeknya. Pft. Hebat lho yang bikin patung lilinnya, bisa memprediksi tinggi badan para pahlawan nasional kita.

Patung lilin pahlawan nasional (ki-ka: Pangeran Diponegoro, K.H. Ahmad Dahlan, Pattimura, Tuanku Imam Bondjol (photo by me)

Patung lilin Dahlan Iskan, Affandi (maestro seni lukis), dan Mbah Maridjan (photo by me)

Patung lilin Barack Obama, Yasser Arafat, Queen Elizabeth II, dan Nelson Mandela (photo by me)

Patung lilin The King of Pop Michael Jackson, Steve Jobs, dan Ronaldo (photo by me)

Patung lilin Rain (Jung Jihoon), Jackie Chen, Will Smith, dan Brad Pitt (photo by me)

Patung lilin tokoh agama (ki-ka: Mother Theresa, Mahatma Gandhi, Paus Benedictus, Dalai Lama)

Patung lilin film Hollywood: (ki-ka) Kapten Jack Sparrow (Pirates of  the Caribbean), Thor, Iron Man, dan Black Widow (photo by me)

Gantengnya Rama, Cantiknya Shinta
Perjalanan lanjut ke Candi Prambanan. God...inilah destinasi yang paling saya tunggu-tunggu. Datang ke Candi Prambanan HARUS BANGET nonton sendratari Ramayana. DON’T MISS IT! YOU MUST WATCH IT! Tariannya bagus, musik gamelannya bagus, nembangnya bagus, make-up dan kostum para penarinya bagus, semuanya bagus! Budaya Indonesia emang enggak ada duanya, sampe bule aja nonton dan doski excited banget meski masuknya telat setengah jam. Rombongan saya dulu nonton di dalam gedung teater Trimurti karena bulan Maret masih termasuk bulan di musim hujan (November-April). Kalau datang di musim kemarau, antara Mei sampai Oktober, nontonnya outdoor berlatar Candi Prambanan di malam hari. Kata pak Danar, pertunjukkan outdoor sangat spektakuler apalagi waktu Hanoman dibakar oleh Rahwana.

Candi Prambanan di sore hari (atas) dan malam hari (bawah) (photo by me)

Kisah sendratari Ramayana secara garis besar kira-kira begini:

Rama memenangi sayembara untuk mendapatkan Shinta. Mereka berdua saling jatuh cinta dan menikah. Penguasa negeri Alengka bernama Rahwana jealous dan berniat menculik dan menikahi Shinta. Ketika Shinta ditinggal berperang oleh Rama, Shinta dilindungi oleh lingkaran yang dibuat oleh adik Rama (lupa namanya, mehehehe). Adik Rama kemudian pergi berperang menyusul sang kakak. Rahwana datang menyamar sebagai manula renta tak berdaya, Shinta merasa kasihan dan keluar dari lingkaran untuk menolong. Ya udah, enggak banyak omong langsung Shinta diculik ke Alengka sama Rahwana. Rama marah-marah ke adiknya kenapa ninggalin Shinta. Rama dan adiknya akhirnya pergi untuk menyelamatkan Shinta. Hanoman datang menolong namun tertangkap pasukan Rahwana. Hanoman dibakar hidup-hidup! Dasarnya monyet sakti ya, Hanoman enggak mati dong dibakar. Singkat cerita Rahwana dan Rama perang satu lawan satu, Rahwana mati di ujung panah Rama. Habis itu Rama dan Shinta ketemu lagi dan sayang-sayangan...

Enggak.

Belum.

Rama meragukan kesucian Shinta, Shinta disuruh membakar diri sebagai bukti kesucian dirinya. Shinta pun membakar dirinya dan dia enggak terbakar sama sekali karena memang dia masih suci enggak pernah ngapa-ngapain sama Rahwana. Ini nih baru Rama dan Shinta lived happily ever after...

Pemainnya masih muda-muda, masih pada mahasiswa kata pak Danar. Bahkan ada yang masih kecil kira-kira masih SD gitu udah pinter banget narinya cuy. Yang jadi Rama ganteng, yang jadi Shinta cantik banget! Terus kan habis acara selesai ada sesi foto bareng pemain-pemainnya, saya yang udah gemes banget pingin deket sama Rama dan Shinta langsung lari ke panggung *soalnya panggungnya udah rame sama rombongan lain juga* Habis foto bareng serombongan kantor, makin gila ramenya di sekeliling Rama dan Shinta. Dan saya diberkahi sekali malam itu karena mendapat spot sangat dekat dengan Rama dan Shinta! Langsung deh kamera hp saya fokuskan ke Rama dan Shinta, ambil foto mereka sebanyak-banyaknya, hahaha. Hasilnya enggak mengecewakan lah:

Rama dan Shinta :3 (photo by me)

Btw waktu saya fotoin senior saya di depan Rama dan Shinta, saya teriak-teriak “Rama enggak kelihatan mbak! Rama enggak kelihatan agak geser dikit mbak!” Rama-nya denger dan noleh ke saya. Rama lihat saya, saya lihat Rama lol. Rama pake behel ternyata :3

Diaduk Jeep di Kaliadem Merapi!
Menyapa Merapi di Minggu pagi. Hasek. Gunung Merapi terakhir meletus tahun 2010 dengan memuntahkan semburan awan panas dan jutaan kubik material vulkanik. Bencana dasyat ini memakan banyak korban jiwa, kehilangan harta benda, dan memusnahkan hampir seluruh daerah di sekitarnya. Kaliadem merupakan ngarai yang terbentuk karena luncuran cepat jutaan kubik material vulkanik dari puncak gunung dengan kecepatan sekitar 70 km/jam. Kaliadem terletak di Kecamatan Cangkringan, Sleman, Yogyakarta. Suhu disana enak banget, sejuk sejuk dingin gimana gitu. Kaliadem dulunya adalah hutan pinus yang hijau dan lebat, kemudian berubah menjadi lahan kosong yang tertimbun oleh pasir dan bebatuan berbagai ukuran setelah diterjang material vulkanik.

Gunung Merapi-nya ketutup awan :( (photo by me)

Setiap bencana pasti ada hikmah dibaliknya, sekarang tanah di kawasan Kaliadem dan sekitarnya menjadi subur. Masyarakat sekitar memanfaatkan pasir vulkanik sebagai lahan untuk mecari nafkah. Pepohonan pinus yang dulu hangus kini mulai tumbuh kembali. Kaliadem berubah menjadi tujuan wisata alam tempat menikmati keindahan Gunung Merapi sekaligus menyaksikan bukti bahwa alam memiliki cara untuk menyeimbangkan dirinya.
Tambang pasir di area Gunung Merapi. Guede banget! Truk aja sampe sebegitu kecilnya :O (photo by me)

Menikmati keindahan bekas dahsyatnya letusan Gunung Merapi bisa dilakukan dengan naik jeep terbuka, motor cross, maupun ojek. Saya dan empat teman saya yang lain memilih naik jeep dengan harga Rp 300.000. Lima cewek dan satu sopir super duper crazy! Kami kan enggak pernah off road ya, sekalinya off road jadi kayak orang gila. Ngakak dan teriak-teriak sepanjang jalan, LMAO. Kami jarang duduk, berdiri terus karena asik banget wajah kena angin sepoi-sepoi sambil tengok pemandangan kanan kiri. Pak sopirnya sengaja deh milih jalan yang bergeronjal-geronjal parah, diterjang pake jeep berkecepatan tinggi, jadilah kami berlima kayak diaduk di atas jeep! Terus jeep-nya diputer-puter di tengah padang pasir vulkanik, rasanya kayak naik roller coaster! ASLI ASIK BANGET SUMPAH KALIAN HARUS COBA! Pak sopirnya sendiri seneng sama kami soalnya kami penumpang paling heboh dan alay. Biasanya penumpang lain naiknya diem aja jadi pak sopirnya bingung mau ngapain, kkk~ Norak? Biarin, kapan lagi bisa kayak gitu di Merapi :p

Tujuan pertama adalah Museum Sisa Hartaku, yaitu rumah warga lengkap beserta isinya yang dulu dilewati awan panas dan material vulkanik. Di dalamnya ada perkakas rumah tangga yang rusak dan meleleh, ada kerangka dua ekor sapi, ada kerangka sepeda motor, dan jam dinding yang mati tepat saat Merapi meletus. Yang saya sayangkan disini adalah saya lupa ngasih sumbangan, malah sibuk foto-foto aneka perkakasnya :(

Perkakas rumah tangga dan sepeda motor yang rusak dan meleleh (photo by me)

Jam dinding yang mati tepat saat Gunung Merapi meletus (cr: ainilala27)

Tujuan kedua adalah tempat dimana ada batu wajah.
Batu wajah dari samping (please ignore the human kkk~) (photo by me)

Tujuan ketiga adalah bunker tempat dua orang relawan Merapi meninggal dunia. Kata pak Danar, awalnya dua orang tersebut merasa aman karena sebelumnya juga berlindung di dalam bunker waktu awan panas menerjang. Namun letusan kedua enggak cuma awan panas aja yang keluar, lava juga ikut keluar. Ya udah kayak direbus gitu dua orang tadi :( *ngeri* Di dalam bungker gelap banget, saya udah foto pake blitz tapi saya hapus lagi soalnya takut lihatnya, hahaha *cemen* Di tengah-tengah bungker ada gundukan kotak entah apa, saya dan dua orang senior saya jalan pelan-pelan mengelilingi benda kotak itu.

(photo by me)

Jeep yang kami naiki enggak bisa naik sampai ke rumah Mbah Marijan. Cerita dari teman lain yang naik motor cross sampai ke rumah Mbah Marijan, di dalam rumahnya ada gundukan yang dikira makam Mbah Marijan. Tapi ternyata bukan, gundukan di dalam rumah Mbah Marijan itu adalah tempat dimana Mbah Marijan ditemukan meninggal dalam posisi sujud ke arah serong antara barat dan selatan (penjelasan dari pak Danar).

Belanja Kaos Murah di Jogja T-shirt
Belanja kaos khas Yogyakarta buat saya harus yang asli. Kalau mau beli Dagadu ya Dagadu asli, rugi jauh-jauh ke Jogja tapi enggak beli yang asli. Tapi Dagadu asli kan mihil ya, hehehe. Ada alternatif lain, yaitu Jogja T-shirt. Jogja T-shirt terletak di Jalan Jambon Dusun Baturan RT 01 RW 19 Trihanggo, Sleman, Yogyakarta. Kualitas kaosnya bagus dan harganya lebih murah dari Dagadu. Pilihannya banyak banget dari segi gambar, ukuran, maupun warna kaos. Ada juga yang paketan, beli 6 kaos cuma seratus ribu rupiah aja. Kualitasnya? Yaaa...ada harga ada rupa lah, hehehe. Yang paketan ini waktu saya lihat sekilas, gambar sablon di kaosnya mirip-mirip gambar sablon kaos Dagadu. Saya sendiri lebih memilih yang enggak paketan :)

[FUN FACT] Buat yang belum tau, Dagadu adalah bahasa walikan kawula muda Jogja yang artinya umpatan ‘MATAMU’ *ya nulisnya enggak usah pake capslock gitu kali* :p Anak muda Jogja ini keren lho bahasa walikan-nya pake aksara Jawa. Kalau kita yang waktu SD dan SMP hafal Honocoroko dari depan, anak muda Jogja membaliknya dari belakang. Jadi Honocoroko-nya jadi huruf terakhir. So, ‘matamu’ jadinya ‘dagadu’. Ada yang ragu? Coba itu buku Pepak Basa Jawa-nya dibuka dulu terus dicocokin :D

Buru-buru di Malioboro
Destinasi terakhir sebelum meninggalkan Yogyakarta dan kembali ke Malang: Malioboro. Sedikit informasi, berdasarkan penjelasan pak Danar, Malioboro berasal dari bahasa Jawa ‘malik’ dan ‘beboro’. ‘Malik’ artinya dibalik, sedangkan ‘beboro’ artinya senjata. Jaman penjajahan dulu orang Jawa membawa senjata berupa keris yang diletakkan di depan badan (perut). Ketika akan menghadap raja di keraton, mereka membalik letak keris ke belakang badan (punggung). Maka jadilah nama jalan Malioboro, jalan Malioboro kan mengarah ke keraton.

Di sepanjang jalan Malioboro sendiri banyak sekali lapak dan toko yang menjual oleh-oleh khas Yogyakarta mulai dari gantungan kunci, asbak, patung, kalung, baju, celana, dll dll. Tinggal pinter-pinter milih aja biar dapet barang bagus dan murah. Kalau mau yang langsung bagus (tapi mahal) bisa ke Mirota. Pasar Beringharjo waktu itu udah tutup soalnya rombongan saya sampai di Malioboro lebih dari jam empat sore.

Anyway belanja-belanja di Malioboro dan sekitarnya dibatasi cuma setengah jam. Saya dan teman saya langsung ngacir cari daster buat emak masing-masing *anak solehah berbakti kepada ibu* Lanjut ke Matahari Jogja. Hah ngapain ke Matahari?? Beli bantal leher, bantal leher saya yang model tiupan dikempesin dibocorin sama tangan kecil yang tidak bertanggung jawab. KZL. Daripada malem enggak bisa tidur karena enggak ada bantal, mending lari-lari deh ke Matahari beli bantal leher *ada sih bantal di bus, bantal biasa tapi bukan bantal leher* Dapat satu warna biru ada gambar lumba-lumbanya lol. Lari-lari lagi ke parkiran karena udah mau habis waktu belanjanya, sampe di bus...supir bus-nya berubah jadi Zayn Malik. Bohong. Sampe di bus ternyata orang-orang pada belum balik :’) Saya enggak masalah sih mending datang lebih awal daripada telat dan ditegur sama yang lain :)


Happy banget rasanya pulang dari Jogja meskipun langsung kerja lagi empat jam setelah turun dari bus. Wisata yang dapat ilmu begini nih yang saya suka. Terima kasih banyak buat pak Danar Kaloko yang selama dua hari (Sabtu dan Minggu) selalu bercerita fakta-fakta unik tentang Yogyakarta tanpa bosan walaupun beberapa ada yang enggak dengerin waktu beliau ngomong. Profesional abis! Kebodohan saya adalah enggak ngambil foto pak Danar sama sekali waktu beliau cerita, baru ambil foto pas pak Danar pamit. Fotonya enggak begitu jelas karena beliau lagi ada di bus bagian depan dan cahayanya minim...errrrr -_____- Semoga bisa ketemu sama pak Danar lagi di lain waktu :D

Fotonya... T_____T

Eh ada yang kelupaan, belanja pia belum saya ceritain ya. Toko-toko yang menjual pia banyak sekali di Yogyakarta. Saking banyaknya saya sampai bingung toko yang saya kunjungi dulu namanya apa, hahaha. Pokoknya saya beli pia pathuk 25, kata temen saya pia ini pia yang paling enak. Angka 25 yang ada di belakang adalah nomor rumah tempat pia tersebut dibuat. Ada banyak nomor pia pathuk di Yogyakarta. Terus kata pak Danar ada pia langka bernomor 69...apa 013 ya lupa *hehehe maaf Pak Danar* kalau misalnya ada yang bisa nemu pia bernomor itu sama pak Danar bakal dibeliin dua dus. Yah rejekinya pak Danar yah, enggak ada yang nemu pia bernomor itu, kkk~

Salam Jogja Istimewa!

*

For further information about detail location, entrance ticket price, date show, etc just visit:

5 comments :

  1. jadi pengen mampir jogja lagi kalo pas pulang kampung. kemarin kemarin cuma mentok di malioboro aja nih :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya mak coba ke tempat-tempat yg pernah saya kunjungi itu

      Delete
  2. Mbak bunkernya syeremmmmm amat ya. Yang namanya bunker kalo di luar Negri kan tertutup semuanya ya, tapi kalo disini ya begitu ya, lava nya bisa masuk. Kesian ya

    ReplyDelete

Halo! Terima kasih sudah membaca dan meninggalkan komentar. Komentar yang masuk akan dimoderasi terlebih dahulu.

Back to Top